Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Warteg Ojol, Warung Makan Keliling untuk Driver Ojek Online
1 Agustus 2018 18:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
ADVERTISEMENT
Edhi tampak sibuk memasukkan cah kangkung, potongan telur dadar, dan gorengan ke piring-piring plastik. Di tepian jalan kawasan Casablanca, Jakarta Selatan, pria berusia 44 tahun itu menjajakan makanan khas warteg untuk para driver ojek online (ojol).
ADVERTISEMENT
Seakan menyesuaikan pasar, Edhi juga menjajakan makanannya di atas sepeda motor. Bahkan, lantaran mayoritas pembeli adalah driver ojol, pria asal Bekasi itu menamai usahanya 'Warteg Ojol'.
“Ini saya bawa termos buat bikin minum, di kantong yang kiri itu es, kalau mau bikin minum es. Di tengah saya bawa makanannya, setiap hari gitu,” ujar Edhi kepada kumparan saat ditemui di kawasan Casablanca, Rabu (1/8).
Lelaki bernama lengkap Marda Melyantin Suhendro ini bercerita, ide membuka Warteg Ojol ini muncul saat dirinya merasa capek sebagai driver ojol. Selain itu, pengalamannya merasakan sulitnya mencari makan yang murah untuk driver ojol juga menjadi salah satu alasan.
“Waktu saya jadi driver Go-Jek, sekali makan itu sama telor, kalau sekali makan lebih dari Rp 20 ribu itu langsung deg (kerasa mahal). Makanya saya buka, Rabu kemarin saya coba ya, jalan awalnya di daerah Kelapa Gading dulu. Saya obrolin sama istri, akhirnya buka Warung Ojol,” ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Awalnya ia lebih sering membuka warung dan berkeliling di area Kelapa Gading, Jakarta Utara. Namun, karena merasa ingin mencoba area baru, Edhi kemudian mencoba berkeliling di area Kuningan, Jakarta Selatan. Lokasi ini juga merupakan tempat ia dulu sering beroperasi sebagai driver ojol.
Lantaran merasa kemahalan saat membeli di warung, Edhi pun tak mematok makanannya dengan harga tinggi. Untuk sepaket nasi yang berisi cah kangkung, potongan telur dadar, dan gorengan, Edhi hanya mematok harga Rp 10 ribu.
Meski begitu, ia mengaku tak merasa rugi. Bahkan, kata Edhi, penghasilannya saat ini tidak jauh berbeda dengan saat menjadi driver ojol. Bedanya, ia merasa tidak terlalu capek ketika berdagang nasi bungkus.
“Sama aja sebenarnya, cuma kalau ojol itu dapet Rp 100 ribu harus keliling 100 kiloan (km). Kalau di sini saya cuma diem biasanya,” ujar Edhi.
ADVERTISEMENT