news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Wawancara Khusus Menlu Retno: Kisah Jokowi ke Afghan Hingga Soal Papua

18 Oktober 2019 16:21 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Sebagai Menteri Luar Negeri RI perempuan pertama, Retno Marsudi selalu mencuri perhatian. Pembawaannya yang tenang serta sosok keibuan yang begitu kuat, membuat pribadinya disukai banyak pihak.
ADVERTISEMENT
Meski demikian, di balik itu, terdapat sikap tegas dalam menghadapi tantangan politik dan diplomasi luar negeri. Salah satunya ialah ketika Indonesia diganggu masalah kedaulatan di Papua.
Baginya, masalah kedaulatan Indonesia tak bisa lagi ditawar. Ia menegaskan seluruh Diplomat tak akan pernah mundur satu inci pun jika menghadapi isu kedaulatan.
Tak hanya itu, kemampuan negosiasinya yang jitu juga terlihat manakala Presiden Joko Widodo berkunjung ke Afghanistan pada tahun lalu. Begitu pula dengan evakuasi WNI dari Yaman pada 2015 silam.
kumparan berkesempatan berbincang secara mendalam dengan pemilik nama lengkap Retno Lestari Priansari Marsudi ini di Kantor Kemlu, Jakarta. Mari simak wawancaranya berikut ini.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Di pengujung periode kepemimpinan Anda, momen apa yang paling berkesan?
ADVERTISEMENT
Ada tiga hal yang begitu berkesan selama lima tahun ini terkait dengan politik dan diplomasi kita. Pertama, saat kita menang Dewan Keamanan (DK) PBB, itu kerja keras selama 3 tahun, lobi sana-sini, kampanye dan sebagainya, pada akhirnya pada 8 juni 2018 tahun lalu kita menang dan suara kita menang siginifikan sekali, dari 190 suara, kita dapat 144 suara. Karena itu Ramadhan, kesannya itu mendalam, saat puasa, diberikan anugerah DK PBB.
Yang kedua, Saat mengevakuasi WNI dari Yaman. Itu pekerjaan yang memerlukaan koordinasi banyak pihak, kepolisian, TNI, BIN, untuk evakuasi ribuan WNI yang ada di Yaman. Ada Diplomat yang jadi korban luka-luka, berimbas bom, bukan target tapi karena bomnya meledak dekat Kedutaan dan berimbas. Kita bisa evakuasi WNI ribuan dan selamat, dan itu pekerjaan yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya bahwa ada tantangan yang begitu besar, saya harus menerjunkan diplomat Indonesia terutama yang bisa berbahasa Arab, untuk mengambil warga negaranya, masuk ke medan perang, dan perjalanan mereka saya ikuti dari waktu ke waktu.
ADVERTISEMENT
Jadi komando adalah dari saya dari Jakarta terus langsung kapan mereka kecegat, kapan rompinya diambil, alatnya diambil, kapan kapal mendekat, kapan kapal harus pulang lagi, kemudian menyiapkan kapal berikutnya, itu kompleks semuanya kita ikuti kita kendalikan dari Jakarta.
Yang ketiga adalah kunjungan presiden ke Afghanistan, itu selalu menjadi salah satu bagian yang tidak pernah terlupakan bagaimana kita mempersiapkan sebuah kunjungan Presiden di wilayah yang memiliki tantangan keamanan yang sangat besar, dan bahkan sebelum kunjungan presiden ke Afghanistan ada beberapa bom meledak di Kabul, sehingga kita harus benar-benar mengevaluasi ancaman keamanan.
Kita bicara dengan Afghanistan kemudian dievaluasi lagi, akhirnya kunjungan dapat berlangsung dengan aman dan Presiden dapat kembali ke Jakarta dengan aman. Itu tiga diantara sekian banyak hal yang menjadi cerita dari perjalanan diplomasi Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kunjungan Presiden ke Afghanistan dan evakuasi WNI di Yaman cukup kompleks, apa kunci melewatinya?
Soliditas tim, teamwork itu buat saya harus ada, harus solid, dan kebetulan pada saat itu teamwork kita bagus, sehingga sangat dimudahkan kerja kita. Karena tidak mudah menghadapi medan yang berat, karena evakuasi kita ada di beberapa titik, dan yang paling susah titik yang dari selatan, dari Aden karena harus dievakuasi melalui kapal, itu yang paling sulit tapi itu bisa kita selesaikan.
Kita dibantu juga oleh orang-orang Indonesia dan beberapa kenalan, jadi misal ada orang Indonesia yang ada di Aden yang membantu meng-guide, dan bekerja sama dengan para pekerja kemanusiaan. Kita juga saat itu kontak-kontakan juga dengan negara-negara lain yang memiliki warga negara yang ada di Yaman, intinya saat seperti itu kita saling tolong, siapa dulu yang bisa harus menolong. kita juga membawa warga non Indonesia di dalam kapal, intinya siapapun yang ada disitu yang bisa kita ambil, ada warga India dan beberapa warga negara lain disana, setelah itu mereka mengucapkan terima kasih ke kita.
Presiden Jokowi dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan KTT ASEAN ke-34 di Bangkok, Thailand Foto: Rusman - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jadi, selain masalah tugas itu sendiri yang biasa menyentuh hati saya itu kemanusiaan. Pada saat mereka sudah bisa pulang ke Indonesia dengan selamat, biasanya saya jemput di Halim atau bandara lain. Saya saat ketemu mereka ‘Ya Allah ada gunanya juga kita, bisa menyelamatkan mereka’, jadi ada kegembiraan lain selain ini adalah tugas dan tanggung jawab.
ADVERTISEMENT
Indonesia juga berkomitmen untuk terlibat dalam penanganan masalah-masalah yang ada di Palestina dan Rohingya, sejauh ini apa saja pencapaian yang sudah dilakukan oleh Kemlu?
Politik luar negeri Indonesia itu adalah, selain tentunya memperjuangkan kepentingan nasional kita, adalah sebuah politik luar negeri yang ingin berkontribusi, tadi disebutkan yang berhubungan Rakhine (Rohingya) dan Palestina.
Saya ingin mulai dari Palestina dulu, Palestina posisi kita itu sangat konsisten karena menyangkut prinsip yang harus diperjuangkan, tidak banyak negara atau mungkin hanya beberapa negara yang dinilai memiliki konsistensi, dan kita jadi salah satu negara yang terus mendukung perjuangan palestina.
Oleh karena itu, di dalam ada setiap dinamika yang terjadi di Palestina, Indonesia adalah satu negara yang di-consult oleh negara lain. Perjuangan Palestina masih akan panjang kita tidak akan tahu masalah ini dapat selesai. Jadi ada beberapa pihak yang bertanya ‘ ini kan terjal, jalannya panjang kenapa tahu susah kenapa di lanjut ? ’
ADVERTISEMENT
Tapi saya bilang, kita tahu kan jalannya terjal, tapi apakah jalan terjal itu kita akan menyerah, sehingga prinsip-prinsip itu akan dibiarkan untuk dilanggar terus. Kita memilih untuk terus melakukan sesuatu, dukungan politik terus kita berikan kita juga beri dukungan dalam bentuk lain. Diplomat-diplomat Palestina banyak yang kita train, kita didik, kemudian dari aspek perdagangan misalnya, untuk meningkatkan kapasitas ekonomi merek beberapa produk dari Palestina kita berikan nol tarif pada saat masuk ke Indonesia, terus kita memberdayakan pengungsi perempuan Palestina.
Pada awal tahun 2019, saya ke pengungsian Palestina, kita melakukan capacity building untuk perempuan pengungsi Palestina dalam bidang ekonomi, kami juga berikan bantuan lain, berangkat dari angka awal sampai awal tahun ini berlipat-lipatnya ga karuan karena kita tahu masalah pengungsi ini salah satu tantangan yang paling besar, jadi financial support internasional terhadap pengungsi itu banyak, sementara masa depan mereka belum jelas karena itu kita ingin mengisi gap diantara financial support dan kebutuhan pengungsi dan kita memberikan kontribusi. Jadi, sebenarnya banyak yang dilakukan untuk Palestina, dan message saya sebenarnya kita akan selalu bersama Palestina.
ADVERTISEMENT
Mengenai isu Rakhine atau Rohingya kita ingin menjadi bagian dari penyelesaian masalah, kita ingin berkontribusi, satu juta orang muslim Rohingya harus meninggalkan rumahnya, tempatnya, harus mengungsi di negara lain, di Bangladesh tepatnya di Cox's Bazar, saya dua kali ke Cox's Bazar melihat bagaimana kondisi mereka.
Menjadi prioritas kita adalah bagaimana para pengungsi ini dapat kembali ke rumah mereka secara sukarela, secara aman dan secara bermartabat, itu tidak mudah. Situasi di Rakhine State sampai saat ini tantangan terkait dengan keamanan, sehingga saya bicara dengan Myanmar bahwa garansi keamanan merupakan hal yang nomor satu yang harus dilakukan, karena kita tidak mau para pengungsi kembali kemudian mereka berhadapan dengan tantangan keamanan sehingga balik lagi ke situasi semula, sehingga tantangan ini harus diturunkan harus diamankan, tentunya yang bisa mengamankan pemerintah Myanmar, karena ini negara mereka.
ADVERTISEMENT
Kemudian saat mereka kembali, pertanyaannya, mereka mau ngapain, mereka mau cari makan dari mana, rumah mereka bagaimana, pekerjaan mereka bagaimana, oleh karena itu livelihood mereka itu juga merupakan prioritas. ASEAN tentunya kita berusaha untuk membantu livelihood, Indonesia sendiri juga juga turut membantu, karena ini masalah livelihood maka akan panjang, tidak bisa hanya diselesaikan satu negara Indonesia atau negara ASEAN, tapi harus disangga oleh kerjasama dengan banyak negara, tentunya kerja sama ini harus melibatkan Myanmar, kita saat ini sedang mencoba menyelesaikan sebuah rumah sakit Indonesia, ini adalah sumbangan dari pegiat-pegiat kemanusiaan Indonesia tentunya difasilitasi oleh Pemerintah Indonesia, semula sekarang ini harusnya sudah selesai tapi karena ada situasi keamanan jadi delay, sekarang ini sudah lebih 95% tapi belum bisa diresmikan karena kondisi keamanan.
ADVERTISEMENT
Ini merupakan salah satu bukti konkrit kepedulian Indonesia terhadap situasi di Rakhine, dan kita masih akan bisa mencoba, dan kepedulian indonesia maka ASEAN bisa masuk bisa masuk.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memberikan sambutan di peluncuran Lembaga Dana Kerjasama Pembangunan Internasional di Gedung Pancasila, Kemlu RI, Jakpus, Jumat (18/10/2019). Foto: Dok. Infomed Kementerian Luar Negeri
Selama 5 tahun ini apa saja yang sudah dilakukan Kemlu untuk mengkomunikasikan kepada dunia bahwa pembangunan di negara kita terus berjalan?
Kalau mengenai perkembangan ekonomi di Indonesia, stabilitas politik dan stabilitas pertumbuhan ekonomi di Indonesia, saya kira terkomunikasikan dengan baik ke dunia. Dan, dunia mencatat dengan baik situasi tersebut karena jika kita lihat pertemuan G20, saya kira dilihat dari G20 saja yang pertumbuhan ekonominya berada diatas 5%, saya kira enggak banyak karena sekarang kita menghadapi tren penurunan/pelemahan ekonomi dunia, tetapi kita masih bisa memimpin pertumbuhan diatas 5%, dan tantangan itu bukan tantangan kecil loh,banyak sekali tantangan, karena penduduk kita besar sekali lebih dari 267 juta, semakin besar penduduknya pasti semakin besar tantangan untuk mengelola pertumbuhan 5%, jadi sekali terkomunikasikan dengan baik ‘ya’, mereka melihat tantangan ‘ya’.
ADVERTISEMENT
Salah satu tantangan yang dihadapi seluruh dunia adalah bagaimana menghadapi bagaimana menghadapi Suistainable Development Goals (SDG), kan ada 17 target misalnya mengenai pengentasan kemiskinan, pemerataan kesejahteraan, pendidikan, akses terhadap air bersih, dsb itu semakin menjadi tantangan dunia di tengah situasi perlambatan ekonomi dunia saat ini, dan satu kunci dapat dipastikan bahwa target SDG’s ini dapat tercapai kalau tidak digerakkan kerjasama internasional, karena banyak negara yang tidak memiliki kapasitas untuk memenuhi target-target tersebut, negara-negara yang masuk dalam list Developed Countries. Kalau diserahkan kepada mereka, kapasitas mereka sudah pasti tidak akan mampu. Oleh karena itu, kerja sama internasional sangat penting, multilateralisme sangat penting, sehingga sebagai satu keluarga bangsa di dunia untuk sama-sama naik kelas dan bisa mencapai target SDG’S.
ADVERTISEMENT
Terkait dengan Papua, beberapa waktu lalu ada kejadian di Papua, apa langkah dari Kemenlu untuk meredam gerakan separatis yang mempengaruhi dunia internasional?
Jadi, sebenarnya begini kalau kita lihat petanya, ada memang satu negara yang mereka terbuka menyatakan dukungannya terhadap kelompok separatisme. Sudahlah kita lupakan negara tersebut, sudah pasti negara itu tidak pernah membaca sejarah dan fakta hukum mengenai kedaulatan Indonesia atas Papua, kemudian negara ini memiliki link dengan kegiatan separatisme, yang dilakukan oleh oknum-oknum yang berusaha mengeluarkan ‘suara-suara’ sebetulnya kalau dilacak ‘suara-suara’ itu ya larinya ke orang orang itu juga, ke negara itu juga.
Kita lihat sidang PBB kemarin, itu banyak sekali hoaks seolah-olah PBB mendukung kemerdekaan papua, itu sama sekali saya katakan tidak benar isu Papua tidak dibahas di agenda sidang PBB kemarin.
ADVERTISEMENT
Jadi mereka tahu, membaca sejarah mengenai Papua dan Indonesia dan jangan lupa bahwa isu menghormati negara lain merupakan prinsip yang dalam piagam PBB, dan Indonesia konsisten menghormati prinsip tersebut.
Lalu bagaimana meredam anggapan internasional soal Papua?
Kita ini adalah negara demokrasi, itu check and balance-nya sangat terbuka, di negara demokrasi, demonstrasi itu dibolehkan sangat dibolehkan. Karena wujud freedom of expression, sehingga digaransi oleh pemerintah oleh negara. Saya katakan ke teman-teman semua kalau ada demonstrasi yang membakar gedung, yang melukai aparat, merusak fasilitas publik, apakah kamu akan diam? Kita balikin saja. Mereka pasti bilang tidak, karena itu melanggar public order mengganggu ketertiban umum, kalau sudah melanggar penegakan hukum harus ditegakkan jadi jelaskannya begitu saja.
ADVERTISEMENT
Dari kacamata Kemlu, apa kepentingan dari pihak luar yang menginginkan kemerdekaan Papua?
Saya malah enggak ngerti maksudnya dia apa gitu loh. Kalau bahasa gaulnya ‘Maksud lo, maksud lo apa sih?’ Saya tidak habis pikir.
Karena sudah jelas prinsip-prinsip yang harus dihormati sudah jelas, kita sudah bicara dan sebagainya tetap saja satu negara itu memberikan dukungan kepada separatisme saya ga bisa pahami. Mau mengatakan berdasarkan ethnicity, Melanesia misalnya, kita ini ada lima provinsi loh yang memiliki etnis Melanesia jadi Indonesia saat anda bicara Melanesia, Indonesia Melanesia karena banyak penduduk kita yang memiliki etnis Melanesia. Jadi enggak ngerti aja.
Menlu Retno Marsudi (kanan) dalam pertemuan bilateral dengan Menlu Kanada Chrystia Freeland (kiri) Foto: Nadia Riso/kumparan
Apakah itu menjadi tantangan?
Tantangan sih selalu ada tapi kita kelola, satu hal yang saya selalu tegaskan adalah pada saat isu kedaulatan, semua diplomat RI tidak akan mundur satu inci pun karena ini merupakan redline.
ADVERTISEMENT
Selain masalah Papua, apa tantangan lain yang dihadapi selama 5 tahun ini?
Jadi gini ya, dunia kan dinamikanya terus berjalan, kita selesaikan ini besok muncul yang lain dan terus berjalan. Oleh karena itu, kita mengelola tapi berdasarkan prinsip kalau enggak bisa dibayangkan Indonesia ada diantara negara-negara, kalau tidak punya prinsip kita tidak bisa berdiri tegak, tentu kita akan terombang-ambing terus, tapi kita bisa pertahankan prinsip jadi kita bisa berdiri tegak, bermartabat dan dihormati. Kalau saya melihat, banyak yang sudah kita lakukan dalam lima tahun kebelakang, termasuk diantaranya selain masalah Palestina, masalah Rohingya, masalah Afghanistan, banyak sekali pencapaian kita di perlindungan warga negara Indonesia. Diplomasi ekonomi kita buka, dengan Africa engagement kita paling intensif, selama dua tahun terakhir sangat intensif.
ADVERTISEMENT
Kemudian hambatan-hambatan yang bersifat regulasi berusaha kita angkat dengan negara lain, melalui perundingan baik CEPA, FTA, dan PTA bersama sama dengan Tim Kementrian Perdagangan.
Apa kunci atau jurus bernegosiasi ala Bu Retno terutama untuk hal-hal yang alot?
Saya adalah orang yang percaya pada pentingnya menjaga hubungan pribadi, kedinasan pasti official relation itu harus dijaga, tetapi kan pelaku politik luar negeri itu manusia, kalau kita tidak kenal dengan manusia itu pasti akan lebih sulit dibandingkan dengan kenal dengan orang tersebut. Oleh karena itu, saya merasa beruntung karena saya memiliki teman dekat hampir semua Para Menteri Luar Negeri, kita punya kumpulan menteri luar negeri dan kita sangat kuat dalam 2 tahun terakhir, kita sangat kuat me-mainstream isu woman, peace and security.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, dengan menteri luar negeri ASEAN pasti, kita punya WhatsApp Group, dengan Menlu Timur tengah, kita dekat sekali karena saya satu-satunya perempuan ya, jadi bagi mereka saya adalah sister nya, dengan yang lain misalnya dengan Menlu Australia, tadi pagi saya bangun, saya menerima teks dari Menlu Australia menyampaikan rasa simpati dan doa untuk Pak Wiranto, jadi sedekat itu.
Kalau ada perkembangan mereka memonitor yang terjadi di Indonesia. Itu kan sudah melebihi hubungan resmi antar negara, jadi itu yang sangat membantu saya dalam menyelesaikan tantangan-tantangan dalam lima tahun terakhir.
Jika nanti diberi amanah lagi, apa kira-kira yang akan Anda lakukan, terutama terkait hal-hal yang belum tercapai?
Tantangan datang dan pergi, bukan berarti kalau kita sudah selesai lima tahun kita sudah banyak sekali achievement-nya, atau sudah banyak yang kita lakukan bukan berarti tidak ada tantangan lagi. Tetapi kan dasar kita jelas politik kita bebas aktif ya, pasti akan diteruskan siapapun yang memangku tanggung jawab sebagai Menlu di periode baru nanti. Prinsip luar negeri kita, dari waktu ke waktu prinsipnya kan sama, tantangannya berbeda yang saya adjust kedepan yang akan diperkuat salah satunya diplomasi ekonomi, karena itu adalah pesan dari Presiden.
Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Mengenai Palestina, banyak yang sudah kita lakukan untuk palestina, dan message saya kita akan terus bersama dengan Palestina.
ADVERTISEMENT
Mengenai isu rohingya, kita ingin menjadi bagian dari penyelesaian masalah, kita ingin berkontribusi, 1,1 juta orang muslim rohingya harus meninggalkan rumahnya, tempatnya, harus mengungsi di tempat lain. Prioritas kami adalah bagaimana para pengungsi ini bisa kembali ke rumah mereka secara bermartabat.