Yatim Piatu karena Aksi Bom Bunuh Diri Orang Tua di Sidoarjo-Surabaya

15 Mei 2018 8:31 WIB
Kapolri temui anak-anak pelaku bom. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri temui anak-anak pelaku bom. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Aksi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya pada Minggu (13/5) dan Senin (14/5) memakan korban. Tidak hanya dari pihak yang terdampak, namun juga dari pihak pelaku teroris.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi bom bunuh diri di Surabaya, bomber kerap mengajak seluruh keluarganya untuk melakukan aksi itu, termasuk mengajak anak-anak mereka yang masih kecil. Pada kejadian ledakan bom di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo pada Minggu malam, AR dan kedua adiknya harus menerima kenyataan pahit menjadi yatim piatu, karena ayahnya, Anton Ferdiantono beserta istri dan anak perempuannya yang sulung, tewas akibat bom pipa yang meledak.
Bom pipa itu tidak sengaja meledak di rumah mereka. Istri Anton dan anak perempuannya tewas di tempat, sementara Anton ditembak mati oleh polisi karena di tangannya memegang alat pemicu bom. Belakangan diketahui, Anton merupakan anggota dari Jaringan Ansharut Daulah (JAD).
AR dan kedua adiknya selamat dari kejadian itu. Adik AR yang paling bungsu harus mendapatkan perawatan karena mengalami luka akibat ledakan bom itu. Saat ditemui Kapolri Jenderal Tito Karnavian di ruang perawatan RS Bhayangkara Polda Jatim, si putra bungsu tengah terlelap pulas. Sementara, AR dan adik perempuannya terlihat memiliki tatapan kosong, seakan-akan keduanya masih belum percaya kehilangan kedua orang tua dan kakaknya akibat kejadian itu.
Kapolri temui anak-anak pelaku bom. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapolri temui anak-anak pelaku bom. (Foto: Ainul Qalbi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Tidak hanya AR dan kedua adiknya yang menjadi yatim piatu karena bom. AIS (8), putri bomber Polrestabes Surabaya, Tri Murtiono (50) juga menjadi yatim piatu akibat peristiwa ini.
AIS kini harus hidup sebatang kara. Betapa tidak, sang ayah bersama ibunya yang bernama Tri Ernawati (43) dan kedua kakaknya, Muhammad Dafa Amin Murdana (16), Muhammad D. Satria Murdana (14) tewas dalam kejadian itu. Mereka meledakkan diri tepat di gerbang masuk Polrestabes Surabaya.
Sementara AIS selamat karena terpelanting dari sepeda motor yang ditunggangi ayahnya. Ia langsung dibawa ke rumah sakit oleh petugas dan sedang menjalani perawatan intensif.
Hal ini membuat geram berbagai pihak. Termasuk ketua DPR RI Bambang Soesatyo. Bamsoet --sapaan Bambang Soesatyo-- mengecam perbuatan teroris yang mengajak seluruh keluarganya, apalagi anak kandung sendiri, untuk bersama-sama melakukan aksi bom bunuh diri.
ADVERTISEMENT
"Kita sangat menyesalkan perbuatan biadab itu melibatkan anak-anak kandungnya sendiri. Itu yang tidak bisa diterima akal sehat kita. Saya tidak tahu ini ajaran mana yang membenarkan anak kandung dikorbankan untuk sebuah misi yang tidak jelas" kata Bamsoet saat mengunjungi Polrestabes Surabaya.
Yang jadi pertanyaan saat ini adalah bagaimana nasib anak-anak ini ketika kembali ke lingkungan mereka? Semoga mereka dapat diterima kembali oleh masyarakat tanpa ada penolakan karena keburukan masa lalu yang ditorehkan orang tua mereka.