Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
4 Kesalahan yang Sering Dilakukan Pengendara Motor Matik
25 Februari 2018 16:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:11 WIB
ADVERTISEMENT
Kelebihan yang ditawarkan motor matik adalah kemudahan pengoperasian. Hanya dengan menyalakan mesin dan tarik gas, praktis motor akan melaju. Beda halnya dari motor tipe bebek atau sport, yang mewajibkan pengendaranya menarik tuas kopling dan memasukkan gigi dulu untuk membuat motor berakselerasi.
ADVERTISEMENT
Hanya saja saking mudahnya dikendarai, pengguna motor matik kerap kali mengabaikan perilaku serta anjuran yang seharusnya dilakukan, alhasil performa matik menurun dan boros bensin tentunya.
Perilaku-perilaku tersebut kerap kali menjadi kebiasaan yang dianggap wajajr. Apa saja kesalahan tersebut? Berikut ulasan kumparanOTO setelah berkonsultasi dengan Ahmad Kosasih, Service Advisor Honda Margo Mulyo Megah, Pasar Minggu, Jakarta Selatan.
Menahan Gas Sambil Menarik Tuas Rem
Ahmad menjelaskan, saat macet pengguna skuter matik (skutik) kerap kali menahan gas sambil menarik tuas rem. Perilaku tersebut jelas membuat kampas kopling cepat aus. Karena kampas kopling akan berputar saat gas ditarik, sedangkan rumah kopling yang tersistemasi dengan ban belakang berhenti, sehingga menimbulkan gesekan yang besar serta panas yang diakibatkan dari gesekan tersebut.
“Kalau pemakaiannya tepat, penggantian kampas kopling itu sesuai buku servis di 30.000 km. Tapi kalau sering menahan gas paling tidak di 18.000 km udah harus ganti,” katanya. Tambahnya lagi komponen tersebut cukup mahal dan harus ditebus seharga Rp 280 ribuan.
ADVERTISEMENT
Lalai Ganti Oli Gardan
Pada motor matik, selain penggantian oli mesin yang harus dilakukan rutin, juga ada oli gardan atau oli transmisi yang harus diganti. Sesuai jadwal penggantian, oli CVT wajib diganti saat pemakaian di kelipatan 8.000 km.
Oli transmisi juga memiliki peran penting untuk melindungi gesekan (lubrikasi) serta menjaga kinerja komponen pada transmisi. Hanya saja, oli transmisi tidak mendapatkan panas saat bekerja, sehingga umurnya lebih panjang ketimbang oli mesin.
Ahmad menuturkan, apabila oli gardan tidak diganti, akan mengakibatkan rumah CVT berbunyi bising karena gesekan antar komponen transmisi.
Oli transmisi tersebut cukup murah, dengan uang Rp 12,5 ribu cairan bervolume 120 ml ini bisa ditebus. Mengenalinya juga mudah dengan melihat kemasannya yang berbentuk segitiga dengan ujungnya melancip.
ADVERTISEMENT
Drive Belt Dibiarkan Kotor
Sama seperti rantai, drive belt yang dibiarkan kotor atau jarang sekali dibersihkan akan mengakibatkan kerak yang mengakibatkan umur pemakaian pendek atau cepat putus.
Menurut Ahmad, kerak yang ada pada drive belt berasal dari debu jalanan ataupun oli yang yang merembes akibat seal yang bocor sehingga masuk ke rumah CVT yang akhirnya bercampur dengan debu.
Mudahnya kata Ahmad, apabila merasakan gejala getar, bensin boros, dan suara pada rumah CVT kasar, harus segera dibawa ke bengkel untuk dilakukan pengecekan.
Drive belt yang putus akan mengakibatkan matik tidak dapat digunakan, selain itu komponen lain yang berkaitan juga akan rusak seperti roller CVT dan piece slide (bantalan rumah roller), apabila putus pada kecepatan yang tinggi, kerusakan akan lebih parah karena dalaman rumah CVT hancur dan akibatnya ban mengunci.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan pengalaman Ahmad, apabila mendapati konsumen yang demikian maka kocek yang dikeluarkan tidak sedikit. Padahal umur pemakaian drive belt ini mencapai 24.000 km atau dua tahun.
“Kalau sudah begitu, paling tidak siapkan Rp 800 ribu, rincinya Rp 650 ribu untuk paket penggantian keseluruhan komponen CVT, sedangkan sisanya untuk ganti busi, oli mesin, dan oli transmisi,” tutur Ahmad.
Tidak Ganti Busi dan Filter Udara Saat Servis Rutin
Ahmad mengakui, umumnya konsumen yang melakukan perawatan rutin hanya meminta pembersihan mesin dan ganti oli saja tanpa menyertakan penggantian busi dan filter yang tidak kalah penting dalam menjaga performa mesin.
Padahal busi dan filter udara yang bersih akan menjaga tarikan gas tetap ringan atau terhindar dari gejala brebet atau tarikan gas yang berat. Kedua komponen ini wajib diganti sesuai jadwal.
ADVERTISEMENT
“Pada buku servis busi harus diganti pada pemakaian 8.000 km dan filter udara diganti saat 14.000 km atau kalau sudah terlihat kotor,” tambah Ahmad.
Harga busi pun cukup terjangkau, kisaran Rp 15-20 ribu, sementara filter udara dibanderol kisaran Rp45-60 ribu.