5 Hal yang Sering Disepelekan Pengendara Mobil Matik

24 Januari 2018 10:31 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tuas Transmisi Mobil Matic (Foto: Dok. Toyota Astra Motor )
zoom-in-whitePerbesar
Tuas Transmisi Mobil Matic (Foto: Dok. Toyota Astra Motor )
ADVERTISEMENT
Jika melihat jalanan perkotaan yang selalu dihiasi dengan kemacetan, pastinya mobil matik menjadi satu-satunya solusi untuk mereka yang berkendara dengan kendaraan roda empat. Banyak dari mereka yang enggan untuk mengendarai mobil manual di situasi seperti ini, dengan alasan ‘hanya membuat pegal’.
ADVERTISEMENT
Meski menawarkan banyak kemudahan untuk warga perkotaan, nampaknya masih banyak pengendara mobil matik yang menyepelekan beberapa hal, yang seharusnya tidak mereka lakukan ketika memilih kendaraan dengan transmisi otomatis.
Technical Support Auto2000, Agus Mustafa menjabarkan lima hal yang biasanya diremehkan oleh pengendara mobil matik. Berikut listnya!
1. Mempertahankan Posisi Transimisi ‘D’ pada saat Berhenti Sejenak
Hal ini paling sering ditemukan pada saat lampu merah. Karena alasan berhenti sebentar, pengemudi enggan untuk memindahkan transmisi ke dalam posisi ‘N’ atau ‘P‘.
Agus menjelaskan sebenarnya tidak ada dampak serius yang akan terjadi baik ke sistem remnya, ataupun ke mesinnya sendiri. Hal ini lebih mengarah kepada faktor keselamatan.
“Mobil matik kan emang yang ditawarkan kemudahan. Memang tidak akan ada efek langsung ke mesin atau remnya. Tapi dikhawatirkan pengendaranya lengah dan seketika mobilnya melaju sendiri,” tuturnya saat dihubungi kumparanOTO, Selasa (23/1).
ADVERTISEMENT
Agus melanjutkan, bukan berarti dengan segala kemudahan tersebut, pengendara bisa seenaknya menahan kaki di pedal rem pada saat berhenti.
Agus menganjurkan kepada pengendara untuk memerhatikan durasi waktu berhenti. Apabila lampu merah atau ingin berhenti dengan waktu yang cukup lama, jangan malas untuk memindahkan transmisi ke ‘P’ atau ‘N’ disertai dengan hand brake.
Hal ini juga bertujuan untuk menjaga 'kesehatan' kampas rem, sehingga Anda tidak perlu kelewat sering mengganti komponen yang satu ini.
2. Menggunakan Kedua Kaki dalam Mengendarai Mobil Matik
Kembali untuk alasan keselamatan, jangan menyamakan cara berkendara mobil matik dengan mobil manual, seperti dengan meletakkan kaki kiri di atas pedal rem.
Mengendarai mobil matik cukup dengan menggunakan satu kaki untuk menginjak pedal gas dan pedal rem secara bergantian.
ADVERTISEMENT
Jika kebiasaan mengemudikan mobil manual ini terbawa saat membawa mobil matik, ada bahaya cukup riskan yang dapat terjadi jika pengendara kehilangan kontrol saat mengemudi.
So, untuk kumparanOTO readers yang masih menggunakan kedua kakinya untuk mengendarai mobil matik, perlu diingat ya, ini sungguh sangat berbahaya. Di sisi lain, hal ini juga bisa membuat kalian menjadi lebih sulit untuk mengendalikan mobil pada saat situasi-situasi tertentu.
Jadi mulai sekarang, cobalah untuk mulai mengggunakan satu kaki dalam mengendarai mobil bertransmisi otomatis.
3. Menghiraukan Aturan Derek Mobil Matik
Jika kalian ingin menggunakan jasa derek, ketika mobil matik yang kalian tumpangi mogok. Ketahui terlebih dulu bagaimana pihak derek tersebut akan menderek kendaraan Anda.
Jika pihak bengkel menggunakan cara towing atau diangkut secara keseluruhan, ini tidak akan menciptakan masalah terhadap kendaraan Anda. Namun akan berbeda cerita jika pihak bengkel akan menderek mobil Anda dengan mengangkat bagian depannya saja.
ADVERTISEMENT
Agus berpesan, jika orang bengkel menderek mobil hanya di bagian depan saja maka Anda harus memperhatikan sistem penggerak mobil. Apabila mobil matik tersebut menggunakan sistem penggerak roda depan (FWD) itu tak akan menjadi masalah, akan menjadi suatu perkara jika mobilnya adalah mobil matik dengan penggerak roda belakang (RWD), yang diderek dengan cara seperti itu.
“Kalau pemiliknya enggak aware tentang hal ini, dikhawatirkan komponen dalam transmisi akan menjadi rusak karena dipaksa berjalan tanpa adanya lubrikasi. Karena kan mesinnya semua mati, pompa olinya juga mati,” terangnya.
Kalaupun tidak ada cara lain dan tetap menggunakan cara tersebut, Agus menganjurkan agar mobil penderek tidak melaju dengan kecepatan lebih dari 30 km/jam, dengan waktu tidak lebih dari satu jam.
ADVERTISEMENT
4. Memposisikan Transmisi ‘D’ saat Turunan
Jangan hanya karena mobil matik bisa melaju dalam kondisi trasmisi di posisi ‘D’, bukan berarti kalian bisa menggunakan transmisi yang sama untuk kondisi jalan downhill atau turunan.
Turunan Bumi Aki sebelum titik kecelakaan Ciloto. (Foto: Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Turunan Bumi Aki sebelum titik kecelakaan Ciloto. (Foto: Google Maps)
Jika kalian terus menggunakan transmisi ‘D’ saat turunan curam, dikhawatirkan mobil yang kalian kendarai akan melaju dengan cepat, dan menjadi lebih sulit untuk dikendalikan.
“Supaya terjadi engine brake pada saat turunan, maka seharusnya pengendara mengubah posisi trasmisi dari 'D' menjadi ‘L’ untuk mobil matik, dan gigi dua untuk mobil manual,” ujar Agus.
Tak hanya itu, Agus menjelaskan jika hal ini juga dapat mengurangi panas pada minyak rem kendaraan Anda.
5. Tidak Memperhatikan Posisi Transmisi
ADVERTISEMENT
Seringkali ditemukan jika pengendara mobil matik tidak memerhatikan posisi transmisi baik selagi berhenti ataupun di saat melaju. Untuk alasan keselamatan, hal ini penting namun seringkali tidak diperhatikan.
Banyak contoh kasus yang disebabkan pengendara tak memerhatikan posisi transmisi. Seperti, mengira transmisi dalam kondisi ‘D’, ternyata sebenarnya transmisi masih berada di posisi ‘R’. Kalau-kalau pengendara menginjak gas dengan kuat, maka keadaan yang tak di inginkan bisa saja menghampiri Anda.
“Banyak pengendara tuh, yang suka meleng, gak fokus saat mengendarai mobil matik. Yang dikiranya bakal maju, tahu-tahunya malah mundur. Ini kan bahaya sekali kalau ada orang lewat atau ada mobil lain,” ujar Agus.
--
Nah readers, kalau kalian salah satu pengguna mobil matik, dan masih seringkali ceroboh dalam hal-hal di atas. Enggak ada salahnya kok readers untuk mulai mengubah kebiasaan buruk itu. Hitung-hitung untuk kebaikan diri sendiri juga kan readers.
ADVERTISEMENT