7 Hal yang Perlu Diwaspadai Saat Mudik Lewat Tol Trans Jawa

17 Mei 2019 14:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pengalihan di Jalur  Exit Tol Bulakamba. Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Pengalihan di Jalur Exit Tol Bulakamba. Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Sepanjang 965 km tol Trans Jawa siap dilalui pemudik dari ujung barat hingga timur pulau Jawa. Jalan bebas hambatan yang menghubungkan Merak, Banten hingga Probolinggo, Jawa Timur ini sejatinya juga memangkas waktu perjalanan sebelum adanya tol.
ADVERTISEMENT
Namun perlu perhatikan, tol Trans Jawa terbilang baru, sehingga masih ada infrastruktur yang belum lengkap. Lengkap dalam artian seperti rest area yang belum dilengkapi SPBU, ruas jalan yang minim penerangan, atau permukaan jalan yang bergelombang.
Dari kondisi tadi, masih ada sejumlah aspek lain yang harus diwaspadai ketika mengemudi di tol Trans Jawa. Instruktur dan pendiri Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu, menilai, jalan tol yang relatif lancar perlu diperhatikan agar tidak menimbulkan gejala penyebab kecelakaan lalu lintas.
Jalan Tol Pandaan-Malang. Foto: Foto: Jasa Marga
“Pastinya pada saat melakukan perjalanan dan melewati tol sampai ujung Jawa, maka ada kondisi kelelahan makin bertambah, juga jalan tol yang relatif lancar akan ada efek monoton, dari situasi ini menciptakan terjadinya highway hypnosis, microsleep, sampai potensi memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi,” jelasnya kepada kumparan, Kamis (16/5).
ADVERTISEMENT
Dari aspek teknis, beberapa kondisi permukaan jalan tol punya kontur yang berbeda. Contohnya ada yang berupa beton, ada pula yang sudah dilapisi aspal. Belum lagi sambungan antar keduanya yang punya gundukan tidak halus sehingga menyebabkan mobil berguncang.
Akses dari Tol menuju Bandara Kertajati. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Kondisi ini juga kerap ditemukan pada ruas jembatan. Jadi antar jalanan melandai dan rata, ada sambungan yang perlu diwaspadai. Solusi ketika mendapati hal ini adalah langsung kurangi kecepatan, dan jaga momentum pergerakan mobil tetap terkendali.
Karena tergolong baru, rest area yang tersedia juga masih belum dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Segera arahkan kendaraan Anda apabila menemukan rest area dengan fasilitas vital seperti toilet, tempat beristirahat untuk menyelonjorkan kaki, atau tempat ibadah. Sebab, kita tidak tahu rest area selanjutnya yang punya fasilitas lengkap tersebut.
ADVERTISEMENT
Rest Area SPBU Cipali KM 102 Foto: Prima Gerhard/kumparan
Apabila rest area minim, maka berimbas pada jumlah SPBU yang tersedia. Contohnya saat memasuki ruas tol Cipali, SPBU terdekat ada di km 102 setelah melewati percabangan ke Cikampek. Rekomendasinya sebelum melintas, isi full tank dulu di rest area km 57. Bila perlu, setiap mendapati tangki bahan bakar mulai menyisakan setengah volumenya, segera isi sampai penuh.
Kendati demikian, guna meminimalisir terjadinya kehabisan bensin, Pertamina sudah menyiapkan SPBU modular, stasiun pengisian operasional, sampai layanan BBM kemasan motor di sejumlah titik ruas tol yang jarak antar rest area-nya begitu jauh.
Mitsubishi turunkan lima mobil di Ekspedisi Trans Jawa Foto: istimewa
Pada beberapa ruas tol, ada yang belum dilengkapi penerangan jalan. Apabila hendak melalui ruas tol ini pada malam hari, pastikan lampu kendaraan berfungsi normal dan jaga kecepatan pada batas yang dianjurkan.
ADVERTISEMENT
Tak menutup kemungkinan masih ada binatang yang bisa masuk ke badan jalan tol. Maklum, pembangunan tol ada yang membelah bukit, sawah, maupun hutan, maka tak jarang masih ada binatang yang bisa menyebrang.
Tidak jarang pula serangga kecil seperti kupu-kupu atau burung bisa mengagetkan ketika menabrak kaca mobil. Pengalaman kumparan, di ruas tol Cipali seksi Subang-Cikedung, pernah menemukan ada bangkai kambing di bahu jalan.
“Jadi tidak seperti dari Jakarta ke Bekasi atau lainnya, Trans Jawa masih melewati sawah atau hutan, ada kecenderungan binatang liar atau peliharaan seperti anjing atau kambing melintas, tentunya bisa menimbulkan ancaman bagi pengemudi,” kata Jusri.
Ilustrasi mengantuk saat berkendara. Foto: Thinkstock
Kemudian dari sisi praktis, kalau yang satu ini perlu diantisipasi dengan bijak. Jalan tol yang notabenenya lurus, lama kelamaan bisa melelahkan dan lebih lanjut menurunkan daya konsentrasi. Saat otak lelah, segala input sensorik dari mata dan penglihatan tak dapat diproses, sehingga menyebabkan tidur sesaat atau dikenal dengan microsleep.
ADVERTISEMENT
Microsleep ini tentu mengancam keselamatan, contohnya bila memacu mobil berkecepatan 100 km/jam, dan tertidur sesaat selama 5 detik, artinya mobil melaju sepanjang 138,8 meter tanpa kendali.
Adapun guna meminimalisir hal ini terjadi, jangan paksakan kemampuan mengemudi Anda, segera istirahat dan gunakan waktu untuk tidur guna menyegarkan otak.
Ilustrasi Mobil saat Hujan Foto: Sauerlaender/pixabay
Terakhir, musim hujan yang tak menentu ini juga menuntut tingkat kewaspadaan pengemudi. Khususnya ketika hujan, permukaan jalan tol yang bergelombang bisa menampung genangan air hujan.
Adapun dari genangan air ini bisa memicu terjadinya aquaplaning bila memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi. Sebaiknya bila berkendara di bawah guyuran hujan dan memandang adanya genangan, segera turunkan kecepatan dari batas normal.