Apa Kabar Proyek Mobil Listrik Nasional?

21 Mei 2018 18:28 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mobil Listrik Buatan Ricky Elson. (Foto: Dok. Pribadi Valdy)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil Listrik Buatan Ricky Elson. (Foto: Dok. Pribadi Valdy)
ADVERTISEMENT
Jalan panjang pengembangan kendaraan listrik secara nasional dimulai pada tahun 2012. Saat itu Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono memerintahkan 5 Perguruan Tinggi di Indonesia meliputi UI, ITB, UGM, UNS, dan ITS untuk melakukan penelitian secara terintegerasi.
ADVERTISEMENT
Hasil dari riset terintegerasi tersebut masing-masing perguruan tinggi mampu membuat prototipe kendaraan listrik penuh, seperti ITS lewat Ezzy I dan II, UNS dengan Smart, mobil listrik ITB, mobil listrik UGM, dan mobil serta bus listrik UI.
Di samping itu, ada pihak lain yang juga diminta untuk mengembangkan kendaraan nol emisi dengan konsep yang sama di bawah naungan Menteri BUMN yang saat itu dijabat oleh Dahlan Iskan. Timnya diberi nama Pendawa Lima yang terdiri dari Dasep Ahmadi, Danet Suryatama, Ravi Desai, Mario Revaldi, dan Ricky Elson yang berhasil mengembangkan mobil listrik seperti Tucuxi, Gendis, dan Selo.
Memasuki tahun 2015, pengembangan mobil listrik nasional oleh kalangan akademisi tersendat karena diberhentikannya pendanaan oleh Ristekdikti, padahal dalam skema pengembangan atau roadmap, tahun 2018 ditargetkan Molina siap diproduksi massal 10 ribu per tahun.
Ezzy ITS (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Ezzy ITS (Foto: Istimewa)
Direktur Eksekutif Pusat Unggulan Iptek Sistem Kontrol Otomotif (PUI SKO), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Muhammad Nur Yuniarto, menuturkan konsep mobil listrik nasional (Molina) masih berjalan hingga saat ini, hanya saja penerapannya berbeda saat pertama kali dilakukan. Ini karena peta pengembangan telah direvisi pada tahun 2020 mobil listrik nasional dapat diproduksi massal.
ADVERTISEMENT
"Sampai saat ini (sebenarnya) masih tetap jalan, cuma memang sudah tidak terintegerasi lagi seperti saat 2012, sekarang ini cenderung masing-masing perguruan tinggi menyesuaikan kemampuannya dengan kemampuan yang dimiliki," tutur Nur kepada kumparanOTO, Minggu (20/5).
Mengenai isu mobil listrik nasional yang meredup, Nur juga mengakui bila peran pemerintah sudah tidak masif lagi mendukung hingga akhirnya memutuskan untuk bergerak sendiri-sendiri.
Mobil Listrik Smart UNS (Foto: dok. UNS)
zoom-in-whitePerbesar
Mobil Listrik Smart UNS (Foto: dok. UNS)
"Ya itu balik lagi kami butuh katalis dari pemerintah, kalau mengharap industri terus menerus yang dipikir cuma untung enggak (rugi)nya aja," tambahnya.
"Sebetulnya kita mesti niru Proton, dulu Mahathir masih jadi perdana menteri dia mati-matian buat ngembangin nama Proton tapi ya akhirnya mati juga dibeli sama Geely. Penerapannya kalau sekarang pemerintah sudah menyerahkan ke swasta, cuma tidak diberikan rangsangan yang menarik, yang terjadi semua swasta itu menahan diri akhirnya. Ya artinya ini butuh kerja keras dan usaha bersama semua lini, tidak seperti saat ini saling sliding," tutup Nur.
ADVERTISEMENT