Catatan Test Ride Royal Enfield Himalayan Buat Tunggangan Harian

16 Februari 2019 12:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tampak samping motor Royal Enfield Himalayan. Foto: Aditiya Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Tampak samping motor Royal Enfield Himalayan. Foto: Aditiya Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
kumparanOTO berkesempatan untuk menjajal Royal Enfield Himalayan sebagai tunggangan daily use selama seminggu. Sebelumnya kami pernah membahas bagaimana impresi awal kami soal motor petualang Royal Enfield ini di kawasan kaki gunung Pangrango.
ADVERTISEMENT
Untuk pengetesan kali ini rutenya adalah dari Ciputat, Tangerang Selatan sampai Pejaten, Jakarta Selatan yang berjarak kurang lebih 15 km. Sementara kondisi jalannya bervariasi, mulai aspal yang mulus, sampai yang berlubang dengan lalu lintas padat pada jam berangkat dan pulang kantor. Juga pada saat tertentu, kami mengetesnya di jalanan off road ringan.
Lalu seperti apa rasanya? Simak ulasannya berikut ini.
Posisi berkendara
Oke, seperti biasa kami awali dari posisi berkendaranya dulu. Secara keseluruhan motor ini punya bentuk yang jangkung tapi ramping. Untuk ketinggiannya punya panjang setinggi 800 mm. Cukup tinggi memang untuk postur tubuh orang Indonesia di kisaran 170-an cm.
Test rider kumparanOTO yang punya tinggi 171 cm terlihat harus jinjit kedua kakinya. Artinya dengan tinggi 170-an cm kedua kaki tidak dapat menapak sempurna.
Posisi duduk Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Selanjutnya soal posisi tangan, menariknya setangnya punya profil yang lebar juga penempatannya yang tinggi. Jadi tangan bisa lurus membuka sehingga posisi duduk jadi lebih rileks.
ADVERTISEMENT
Lain halnya saat berdiri menerjang permukaan aspal yang berjerawat, foot peg model geriginya bisa menopang sepatu dengan baik sehingga tidak mudah goyah. Posisi tangan ketika berdiri pun masih terbilang nyaman karena ketinggiannya.
Visibilitas
Visibilitas menunggangi Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Pengelihatan ke depan pun terbilang luas dan nuansa retronya begitu kentara. Ada panel instrumen yang bentuknya bundar dan dikombinasikan dengan panel digital.
Spion bertangkai yang terbilang 'caplang' ini pun bisa menampilkan visibilitas yang baik lewat kaca bundarnya.
Tapi tetap saja, karena moncongnya tertutupi dengan windshield, maka harus jaga jarak aman dengan kendaraan di depan.
Akomodasi
Menyoal akomodasi penyimpanan sebetulnya jangan terlalu berharap banyak pada motor yang punya tangki di tengah. Sebab, tidak ada cara lain selain menaruh barang dan mengikatnya di bracket belakang.
Jok dan bracket belakang Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Untungnya Himalayan ini sudah sepaket dengan bracket tersebut. Jadinya apabila malas menggendong ransel, bisa manfaatkan bracket yang ada. Lebih dari itu, bracket belakang juga bisa menyimpan jas hujan, jadinya tidak ada alasan lagi enggak bawa jas hujan meski menunggangi motor laki.
ADVERTISEMENT
Performa mesin
Bila mengacu data spesifikasi, Himalayan ini menggendong mesin 411 cc satu silinder SOHC berpendingin udara yang bisa memuntahkan tenaga 24 dk pada 6.500 rpm dan torsi 32 Nm pada 4.250 rpm yang dipadukan pada transmisi manual 5 percepatan.
Saat pertama kali melajukannya, tenaga langsung terisi secara linear hingga putaran mesin menengah. Artinya tidak terlalu menghentak pada putaran mesin awal.
Blok mesin Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Rasio gigi awalannya tidak terlalu pendek, jadinya asyik untuk menggebernya untuk menjemput torsi dan tenaganya sampai hi-rev.
Getaran pun juga tidak begitu terasa, karena mesinnya sudah mengaplikasikan poros penyeimbang (balancer shaft) yang bikin minim getaran.
Namun beda cerita ketika jarum takometer sudah berada di kisaran 4.500-an rpm, tenaga yang awalnya malu-malu mulai terpancar. Begitupun dengan suaranya yang kegarangannya lebih terdengar padat.
Impresi menunggangi Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Bisa dikatakan motor petualang ini enak diajak lari meskipun di perkotaan. Sampai-sampai lupa melihat jarum spidometer sudah berada di angka 90-an km per jam.
ADVERTISEMENT
Tapi lain halnya saat main di medan tanah. Himalayan harus tetap terjaga di putaran mesin menengah hingga atas biar tidak kehilangan torsinya saat melibas gundukan atau tanah yang licin.
Handling dan suspensi
Tenaganya yang gahar itu disokong sistem kaki-kaki yang pas. Maksudnya, bisa menjanjikan peredaman yang baik untuk depan dan belakangnya. Melibas jalan aspal yang berlubang dalam kecepatan agak cepat pun masih percaya diri saja.
Pun halnya ketika menikung saat jalanan tergolong sepi, bannya yang lebar bisa memandu motor untuk belok sedikit rebah.
Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Sementara bicara profilnya, ban depannya ini berukuran 90/90 yang menyelimuti velg jari-jari 21 inci, sedangkan belakangnya 120/90 yang membalut velg ukuran 17 inci.
ADVERTISEMENT
Kalau dari data, travel suspensi depannya ini punya panjang 220 mm, sementara belakang punya travel suspensi 180 mm. Coba saja kalau suspensi depannya ini sudah up side down, makin berkelas sekaligus nambah kenyamanan lagi nih buat riding dalam kota atau off road.
Pengereman
Sebetulnya pada pengereman ini lah yang menjadi kekurangan dari Royal Enfield Himalayan ini. Baik ban depan dan belakang belum tersematkan ABS.
Ban belakang Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Pernah beberapa kali harus mengurangi laju kendaraan secara mendadak karena tenaga mesinnya yang besar, jadinya ban harus mengunci. Tapi benturan dengan kendaraan di depan bisa teratasi dengan mengaplikasikan rem ABS yang dibuat-buat.
Konsumsi BBM
Panel instrumen Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Selebihnya mengenai konsumsi bahan bakar, karena sering digeber pada putaran mesin tinggi, motor ini jadinya sangat haus. Ya bagaimana tidak, kalau diajak bawa pelan rasanya kurang greget.
ADVERTISEMENT
Pada pengetesan kali ini mencatatkan angka satu liternya untuk jarak 24-an km. Kalau kamu pernah atau rutin mengendarai motor sport fairing 250 cc, kurang lebih sama lah. Bisa jadi sedikit lebih efisien kalau ngebuka gasnya halus dan diurut pelan-pelan.
Kesimpulan
Berakhir di kesimpulan, Royal Enfield Himalayan ini cukup nyaman dikendarai di dalam kota. Badan atau anggota tubuh lain tidak terasa pegal sama sekali. Cuma konsumsi bahan bakarnya yang tidak begitu ramah di kantong. Sementara untuk handling dan tenaga mesin, dua jempol.
Lampu depan Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Lampu belakang Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Posisi berdiri saat mengendarai Royal Enfield Himalayan Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO