Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Cerita dan Prestasi Ekspor Mobil Toyota Buatan Indonesia
9 Maret 2017 8:32 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Plant and PLC Senior Director, Sunter Plant PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Edward Otto Kanter, mengenang bagaimana ketika mereka mengawali ekspor pada tahun 1987. Memori itu adalah kala mengirim Kijang Minibus ke Brunei Darussalam 30 tahun lalu.
Sejurus kemudian materi presentasi memperlihatkan perbedaan pengiriman mobil dulu dan kini. "Waktu itu kirim mobil kayak angkut sapi," seloroh dia mengomentari.
Pada masa tersebut, dia melanjutkan ekspor mobil dulu berada di Terminal 2 Tanjung Priok bercampur dengan aktivitas pengiriman komoditas lain. Tentu, seiring berjalan waktu TMMIN mengalami perubahan. Kini mereka menggunakan fasilitas di IPC Car Terminal yang dikelola PT Indonesia Kendaraan Terminal -- anak perusahaan PT PT Pelabuhan Indonesia II. Fasilitas dan layanan jauh lebih modern dan digadang-gadang bakal menjadi pelabuhan bongkar-muat khusus kendaraan terbesar kelima dunia.
Cerita berlanjut, Setelah menandai ekspor CBU pertama, setahun kemudian TMMIN mengirim 5K ke Jepang dan berlanjut dengan mesin 7K ke Filipina dan Taiwan pada 1996. "Proyek IMV (Innovative International Multi-purpose Vehicle) pada 2004 mendongkrak ekspor Toyota," kata Edward.
Proyek itu, memungkinan TMMIN yang 95 persen sahamnya dimiliki Toyota Motor Corporation (TMC) itu mengirim Avanza dan Kijang Innova ke Thailand pada 2004. Di tahun yang sama, mereka juga mengekspor mesin TR ke sejumlah negara di Asia dan Amerika Latin.
Timur Tengah
Meski sudah berhasil meningkatkan ekspor CBU, jumlahnya tentu belum seberapa. Kemudian, mereka melebarkan pasar ke Timur Tengah dengan melempar Innova. Setahun kemudian modelnya bertambah dengan hadirnya Fortuner.
"Awalnya kita harus bersaing dengan Thailand. Arab Saudi sanksi dengan kualitas produk kami," kata Edward saat ditemui di IPC Car Terminal, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (8/3/2017).
Selain unit CBU, komponen yang berhasil diterima pasar luar negeri termasuk komponen kendaraan, alat bantu produksi pada proses pengeperesan (dies), alat bantu proses pengelasan (jigs), juga mesin bensin dan ethanol utuh tipe TR. Mesin enthanol sendiri pertama kali dikirim pada 2010 ke Argentina. Empat tahun kemudian tepatnya pada 2014, mereka telah mengekspor 100.000 kontainer komponen.
"Sekitar tahun 2014, jumlah ekspor CBU di Timur Tengah sudah berkontribusi 50 persen," terang Edward kepada kumparan.
Kini, kontribusi pasar Timur Tengah terhadap ekspor mobil Toyota sudah lebih dari 50 persen. Model yang dikirim pun tak cuma Fortuner dan Kijang Innnova, tapi juga ada Avanza serta Vios. Bahkan dari sekitar 60-70 persen mobil yang dikirim ke sana, 50 persen di antaranya diserap Arab Saudi.
Hingga kini, ekspor menjadi salah satu tumpuan. Selain kendaraan dalam bentuk CBU (completely built-up) kini mereka juga mengirim komponen dengan sasaran 80 negara. Terhitung hingga Januari 2017, jumlah ekspor TMMIN selama 30 tahun sebesar 1.065.100 unit.
Edward menuturkan, bila konsistensi ekspor Toyota terjaga dan bisa menembus lebih dari 150 ribuan unit per tahun, tak perlu waktu lama bagi TMMIN untuk menorehkan rekor ekspor dua juta unit dalam waktu 5 sampai 6 tahun ke depan.
"Ya dalam 5 atau 6 tahun bisa capai itu (2 juta unit ekspor)," katanya.
Secara total TMMIN kini mengekspor Kijang Innova, Fortuner, Sienta, Yaris, Vios, Avanza, Agya, Rush, juga Toyota Ace/Town Lite. Model yang paling banyak diekspor sepanjang Januari 2017 adalah Fortuner (5.034 unit), Vios (2.486 unit), dan Kijang Innova (1.144 unit).
Data ekspor CBU TMMIN dari tahun 1987 hingga 2016:
1987-2011 : 313.000 unit
2012 : 115.000 unit
2013 : 118.000 unit
2014 : 160.000 unit
2015 : 177.000 unit
2016 : 169.000 unit
2017 : +10 persen dari 2016
ADVERTISEMENT