Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1

ADVERTISEMENT
China menargetkan 60 persen dari kendaraan baru yang beredar pada tahun 2035 telah berbasis listrik . Sebagai gambaran, pasar mobil baru di sana pada paruh pertama 2019 saja telah mencapai 12,3 juta unit.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, industri otomotif China sebelumnya berpatokan pada regulasi yang terbit tahun 2017. Kala itu, negeri Tirai Bambu itu menetapkan bahwa New Energy Vehicle (NEV) atau kendaraan energi baru --EV, Fuel Cell dan PHEV-- akan mencapai lebih dari 20 persen dari total penjualan mobil baru pada tahun 2025.
12 kali lipat
Terkait dengan target baru yang akan dicanangkan pada 2035, setidaknya ada lompatan 12 kali lipat soal proporsi penjualan NEV dibandingkan dengan saat ini, yang hanya sekira 5 persen.
ADVERTISEMENT
Buat mencapai target tersebut, pemerintah akan memposisikan isu kendaraan listrik ini pada prioritas tinggi, dan selanjutnya melakukan stimulus dengan subsidi dan keringanan pajak.
Buang mesin ICE
Kebijakan ini, mau tak mau membuat pabrikan otomotif raksasa di China harus meningkatkan fasilitasnya dan mengganti produksi ke arah kendaraan ramah lingkungan.
Imbasnya, bagi pabrikan yang sudah punya rencana produksi mesin ICE, harus memikirkan ke mana mereka membuang produk mereka.
Nampaknya ini yang kemudian harus dipikirkan negara seperti Indonesia, untuk bisa cepat menangkap tren dunia dan memastikan masa depan industri otomotif dalam negeri di masa depan, terutama di kendaraan ramah lingkungan.
Supaya jangan sampai kita masih saja menjadi pasar untuk mobil ICE, dan tertinggal jauh dari tren kendaraan listrik .
ADVERTISEMENT