Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Putu Juli Ardika kewalahan menghadapi cecaran pertanyaan wartawan. Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian itu tak bisa banyak mejawab pertanyaan seputar mobil Esemka . “Saya bukan perwakilan Esemka. Saya ini dari pemerintah,” katanya.
Jawaban itu tak lantas meredakan rasa ingin tahu para pewarta di sebuah kafe di bilangan Jakarta Pusat, Rabu (11/9). Siang itu, Putu memimpin konferensi pers. Dalam kata sambutannya, ia menjelaskan agenda pertemuan: meluruskan kesimpangsiuran yang beredar seputar mobil Esemka.
Putu tak sendiri. Ia memboyong tiga pengurus perwakilan asosiasi yang terkait dengan industri otomotif dalam negeri. Namun, bukannya membuat lurus kesimpangsiuran, diskusi malah memunculkan pertanyaan baru. Pasalnya, perwakilan Esemka tak hadir.
Para pewarta yang hadir—kebanyakan khusus meliput bidang otomotif—mencium gelagat aneh di balik kemunculan Esemka. Sebab, setelah Esemka Bima resmi diperkenalkan ke publik, orang-orang kunci di balik PT Solo Manufaktur Kreasi yang memproduksi Esemka itu bak lenyap ditelan bumi. Menghilang begitu saja tanpa bisa diwawancara.
Semua pejabat-pejabatnya sulit dihubungi. PT SMK pun seperti tak serius menjual mobil. Indikatornya sederhana saja: PT SMK sama sekali tidak mengiklankan produk Esemka di media mana pun. Belum lagi ditambah sejumlah ketidaklaziman lain.
Salah satunya, berita-berita yang muncul di media tidak satu pun keluar dari rilis resmi PT SMK. Menurut sejumlah wartawan otomotif, semua informasi berasal dari pemerintah, yakni Kementerian Perindustrian dan Kementerian Perhubungan. Para pewarta baru menyadari keanehan ini belakangan.
Pabrik Esemka—mobil yang disebut produksi nasional—diresmikan dengan gempita. Presiden Joko Widodo mengunjungi langsung pabrik PT SMK di Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/9). Sehari sebelum acara, Kamis (5/9), dua orang berseragam tentara mendatangi kediaman Semin, Ketua RT 01/ RW 03 Desa Senting, Boyolali.
Keduanya meminta warga dimobilisasi untuk memasang bendera penyambutan kedatangan Jokowi. Semin lantas meminta pengurus karang taruna setempat untuk mempersiapkan aksesoris itu.
“Disuruh berbondong-bondonglah. Dengan senang hati kita disuruh memasang bendera, umbul-umbul. Dengan Pak Jokowi masuk ke wilayah Senting, kita senang,” ujar Semin kepada kumparan di Senting, Boyolali, Jumat (14/9).
Namun di hari peresmian, tak satu pun warga sekitar pabrik PT SMK yang diundang. Semin menonton kedatangan Jokowi dari kejauhan. Di balik tembok pabrik PT SMK yang berdiri sejak 2016 itu, Jokowi melontarkan sanjungan ke mobil pikap Bima 1200 cc yang diproduksi PT SMK.
“Harganya Rp 95 juta, off-road yang murah. Feeling saya laku keras,” kata Jokowi usai meresmikan pabrik Esemka.
Esemka tak bisa dilepaskan dari orang nomor satu di negeri ini—Jokowi. Dialah yang membuat Esemka dikenal di kancah nasional. Saat menjabat Wali Kota Solo, Jokowi menyulap mobil jenis sport utility vehicle (SUV) yang diberi nama Kiat Esemka Rajawali sebagai kendaraan dinas.
Mobil tersebut bisa dibilang Esemka generasi pertama. Ia dirancang siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kemunculan mobil “Esemka” berawal dari inisiatif seseorang bernama Sukiyat pada rentang 2006 hingga 2007. Saat itu, SMKN 1 Trucuk yang tak jauh dari rumahnya hampir bangkrut karena kekurangan murid.
Sekolah kemudian bersiasat dengan membuka jurusan otomotif. Sukiyat diminta untuk membantu. Status Sukiyat saat itu bukan guru. Seiring berjalannya waktu dia kemudian menjadi bagian dari komite sekolah
"Saya ngajar anak-anak SMK ini praktik, bikin miniatur mobil-mobil bagaimana dia menekuk body, bagaimana menempelkan, bagaimana dia bisa ndempul. Jadi selesai ya dibuang, daripada dibuang-buang kita praktik buat mobil betul," tutur Sukiyat.
Ia kemudian berinisiatif membuat mobil bernama Esemka yang turut melibatkan anak-anak SMK. Tapi mobil Esemka yang baru-baru ini diluncurkan PT SMK tidak ada hubungannya dengan Esemka versi Sukiyat.
"Bedanya itu kan sekarang teknologi baru. Segala sesuatu kan sudah diperbaiki. Modelnya juga beda," Sukiyat kepada kumparan saat ditemui di bengkelnya di Klaten, Kamis (13/9).
Sejak Jokowi menjadi Gubernur DKI, Sukiyat sudah tidak lagi berurusan dengan pengembangan Esemka. Ia mengaku pernah diminta Jokowi menjadi komisaris perusahaan yang akan memproduksi Esemka. Jokowi selalu berusaha mendorong Esemka masuk industri. Namun Sukiyat menolak tawaran tersebut karena ragu kapasitas pabrik Indonesia memproduksinya.
"Saya tahu buat mobil itu enggak gampang dan perlu biaya besar. Tak lihat di PT-PT ini kemampuannya tidak segitu, aku enggak enak," kata pria 60 tahun itu.
Perjalanan Esemka menuju dunia industri melalui jalan berliku. Sejak awal, ide produksi massal Esemka diinisiasi PT SMK. Berdasarkan akta perusahaan, PT SMK sudah berdiri sejak 2010. Pada 2012, ketika Esemka mulai diperkenalkan Jokowi, PT SMK mengalami perubahan susunan direksi dan komisaris. Hingga 2019, perusahaan itu sudah sembilan kali gonta ganti pemegang saham.
Abdullah Mahmud Hendropriyono, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara, sempat masuk jajaran komisaris pada 2016. Saat itu, ia menyuntikan modal ke PT SMK melalui PT Adiperkasa Citra Esemka Hero.
Di tahun yang sama, perusahaan itu mengumumkan rencana memproduksi tiga varian mobil esemka secara massal. Niatan tersebut kemudian diundur hingga Agustus 2017. Tapi realisasinya tak kunjung terlaksana.
Pada Oktober 2018, struktur pemegang saham PT SMK berubah lagi. Kali ini, Hendropriyono tak lagi terlibat di perusahaan. Pemegang saham terbesar di PT SMK berada di tangan PT Danadipa Jaya Indonesia dengan Eddy Wirajaya duduk sebagai direktur utama. Komposisi direksi dan pemegang saham ini bertahan hingga saat ini.
Saat meresmikan pabrik Esemka, Jokowi menegaskan pemerintah tak akan memberikan perlakuan khusus. Menurutnya, dunia otomotif harus mampu tumbuh dan bersaing secara mandiri. Namun, seorang pengurus asosiasi yang bergerak di industri otomotif mengaku Kementerian Perindustrian memfasilitasi untuk mendukung PT SMK. Hal ini tak dibantah oleh Putu Juli Ardika.
Esemka diklaim punya tingkat kandungan dalam negeri mencapai 62 persen. Angka itu sebenarnya masih kecil dibanding kendaraan pabrikan lain yang sudah menembus TKDN 90 persen. Lalu, publik dikejutkan kemiripan Esemka Bima 1200 dengan kendaraan Changan Star Truck, yang merupakan produksi pabrikan Cina.
Hampir semua mirip, dari segi tampilan. Berdasarkan keterangan spesifikasi yang dirilis Esemka, pikap Bima juga punya kode mesin identik dengan dengan Changan Star Truck.
kumparan menemui sejumlah karyawan PT SMK di Boyolali. Tiga orang yang bekerja di sana mengaku tak melihat aktivitas produksi komponen mobil di dalam pabrik. "Kalau di sini tinggal assembling," kata seseorang pegawai yang karena beberapa pertimbangan namanya tidak kami sebutkan.
Spekulasi yang muncul di kalangan wartawan adalah, PT SMK hanya ingin menjual mobil bermesin Cina dengan embel-embel Esemka. Bagaimana pun, sebagai sebuah merek, Esemka sudah identik dengan kesan produk dalam negeri yang nuansa nasionalismenya bisa dikapitalisasi secara bisnis.
Dugaan-dugaan itu belum bisa dikonfirmasi bersamaan dengan "menghilangnya" petinggi Esemka. kumparan berkali-kali menghubungi Eddy Wirajaya melalui WhatsApp dan telepon ke nomor pribadinya. kumparan juga mendatangi pabrik Esemka di Boyolali, tapi tak ada pihak pengelola yang mau memberikan keterangan rinci. Seorang security hanya memberikan nomor telepon pabrik kepada kumparan.
"Arahan dari manajemen kita belum ada statement lagi. Pertanyaan-pertanyaan ditampung saja dulu nanti kita ada sesilah kapan-kapan," jawab seorang pegawai bernama Maxi saat dihubungi melalui telepon, Kamis (13/9).
Di hari yang sama, sebuah bangunan menyerupai showroom di samping pabrik PT SMK tampak tutup. kumparan mencoba menelepon sambil berpura-pura sebagai calon pembeli. Salah satu pegawai malah mengajukan pertanyaan yang tak lazim.
"Bapak tahu nomornya (telepon) dari mana? Sekarang tidak bisa (melihat mobil di showroom). Tidak ada yang mendampingi. Senin atau Rabu-lah," katanya.
Kejanggalan tak cuma di showroom. Esemka bahkan tidak punya situs resmi di dunia yang sudah begitu digital. Juga tidak ada lokasi pelayanan purnajual Esemka yang terdengar di belahan dunia mana pun.
Pertanyaan-pertanyaan itu tak bisa dijawab Putu Juli Ardika dalam konferensi pers pekan lalu. Begitu acara ditutup, para pewarta tetap mengerubunginya. Lagi-lagi, pejabat di Kementerian Perindustrian itu gelagapan. Ia hanya banyak mendengarkan pertanyaan sambil sesekali tersenyum.
"Oke, nanti kita usahakan ajak orang Esemka, supaya teman-teman bisa ngobrol langsung," ia berujar. Kesempatan yang dijanjikan itu tak kunjung tiba hingga sekarang.