Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
ADVERTISEMENT
Sepanjang peluncuran armada taksi listrik Blue Bird di Jakarta, beberapa waktu lalu, Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman beberapa kali menyebutkan merek Hyundai .
ADVERTISEMENT
Pertama kali merek asal Korea Selatan disebut, kala purnawirawan TNI itu memberikan sambutan. Saat itu, dirinya sedang membahas soal obrolannya dengan pihak Blue Bird, mengajak buat menanamkan investasi di mobil listrik bersama Hyundai atau merek lain.
Lalu yang kedua pada momen doorstop, di mana Luhut mengungkapkan kalau Hyundai bahkan sudah membeli tanah di Indonesia. Namun dirinya tak menjelaskan, atau menjawab pertanyaan lanjutan soal Hyundai .
Bisa jadi penyebutan berulang Hyundai, merupakan salah satu pertanda bahwa merek asal Korea Selatan itu sudah secara bertahap merealisasikan investasinya.
Memang, pada 2018 lalu Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Harjanto, menyebut bahwa Hyundai meminta untuk diberikan lahan yang strategis.
ADVERTISEMENT
Presiden Direktur PT Hyundai Mobil Indonesia, Mukiat Sutikno, enggan bicara banyak ketika ditanya soal isu tersebut. Bahkan, ia menyebut kalau soal investasi, dilakukan langsung oleh Hyundai Korea langsung.
“Sorry terkait investment Hyundai Korea belum bisa di-sharing banyak, karena kebanyakan activities dari pihak Korea langsung,” ucap Mukiat kepada kumparan, Rabu (24/4).
Saat dikonfirmasi ulang, apakah pihak Hyundai Indonesia tak dilibatkan langsung dalam proses investasi ini, Mukiat hanya mengatakan, “Diskusi investment langsung dari pusat.”
Menarik untuk ditunggu kapan Hyundai benar-benar mau buka suara soal investasinya di Indonesia. Namun, sudah ada indikasi positif kalau Hyundai bakal serius bermain di dalam negeri.
Harjanto pernah menyebut, total investasi otomotif Hyundai mencapai 880 juta dolar AS atau Rp 12,8 triliun. Dan tak hanya akan memproduksi mobil konvensional tapi juga listrik.
ADVERTISEMENT