Jangan Salah Kaprah Memahami Fitur Keselamatan

1 Oktober 2018 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Fitur Cruise Control (Foto: Alfons Yoshio/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Fitur Cruise Control (Foto: Alfons Yoshio/kumparan)
ADVERTISEMENT
Seiring perkembangan zaman, teknologi yang disematkan menjadi fitur-fitur kendaraan pun makin canggih. Sayangnya tidak semua pemilik kendaraan paham betul mengenai fungsi fitur-fitur ini.
ADVERTISEMENT
Pada beberapa kasus pemilik kendaraan --yang biasanya abai dalam membaca buku petunjuk-- tidak memahami dengan jelas fungsi teknologi pada kendaraannya. Berdasar temuan dari perusahaan nirlaba AAA Foundation for Traffic Safety, kebanyakan pemilik kendaraan salah kaprah dan terlalu bergantung pada teknologi pada mobilnya yang dampaknya malah membuat peluang terjadinya kecelakaan semakin besar.
"Sebagian besar dari responden menunjukkan kalau mereka kurang paham akan batas pada teknologi-teknologi yang ada pada kendaraannya," ujar Peneliti Senior AAA Foundation, Brian Tefft dikutip dari autoevolution.
Setidaknya ada tiga kasus terkait fitur keamanan yang dipelajari dan ditemukan AAA Foundation yang menunjukkan rendahnya pemahaman pemilik kendaraan akan fungsi dari teknologi di mobilnya.
Kasus pertama terkait fitur blind-spot monitoring. Sekitar 80 persen responden masih beranggapan kalau fitur ini akan mendeteksi mobil, sepeda, atau pejalan kaki yang menghampiri dalam kecepatan tinggi. Akibatnya 25 persen di antara responden bergantung sepenuhnya pada fitur ini saat akan berpindah jalur.
Blind Spot Monitoring System (Foto: dok. Hyundai)
zoom-in-whitePerbesar
Blind Spot Monitoring System (Foto: dok. Hyundai)
Contoh lain ditemukan pada 40 persen responden yang dibuat bingung dan mengaggap sama fitur foward-collision warning dengan automatic emergency braking. Padahal yang disebutkan di awal hanya berupa peringatan sementara yang lainnya akan mendorong kendaraan untuk melakukan pengeraman otomatis.
ADVERTISEMENT
Terakhir, yang paling berbahaya, 29 persen dari responden mengaku melakukan aktivitas lain saat adaptive cruise control dalam kondisi aktif karena beranggapan mobil dapat mengatur kecepatannya sendiri.
"Ada asumsi umum dari masyarakat kalau teknologi pada kendaraan saat ini dapat melayani pengendaranya secara total. Teknologi ini dihadirkan bukan untuk menggantikan peran pengendara, tapi baru sebatas membantu kerja kita dalam berkendara," sebut Direktur Advokasi Keamanan Berkendara dan Riset AAA Foundation, Jake Nelson masih dari sumber yang sama.
Lebih lanjut Nelson beranggapan kalau pemahaman teknologi pada fitur kendaraan merupakan tanggung jawab produsen kendaraan dan diler. Sehingga mereka wajib mengedukasi pengendara tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan teknologi yang tersemat di mobilnya.
ADVERTISEMENT
Langkah awal bisa diambil mulai dari pemasaran kendaraan. Pabrikan kendaraan diimbau untuk lebih menekankan pada batasan dari tenologi ketimbang mempromosikan seolah mobil dapat beroperasi tanpa intervensi dari pengendara. Selain itu diler juga dituntut untuk memastikan pembeli paham betul mengenai fitur kendaraannya saat melakukan pengiriman unit kendaraan.