Menakar Peluang Honda Jazz Hybrid Masuk Indonesia

26 Juli 2017 19:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
New Honda Jazz. (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
New Honda Jazz. (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Honda Jazz tersedia dalam varian hybrid. Model ini sudah dipasarkan pabrikan Jepang itu di sejumlah negara termasuk Malaysia. Namun sayang, PT Honda Prospect Motor (HPM) selaku Agen Pemegang Merek (APM) Honda di Indonesia belum berencana membawa Jazz hybrid ke pasar nasional.
ADVERTISEMENT
“Pokoknya teknologi apa saja kami siap, Honda itu punya teknologinya. Cuma harus jelas saja permintaannya (regulasi pemerintah),” kata Direktur Pemasaran dan Purnajual PT HPM Jonfis Fandy saat ditemui seusai peluncuran new Honda Jazz di The Pallas, Jakarta, Rabu (26/7).
Artinya, HPM menunggu regulasi atau aturan main yang ditetapkan pemerintah. Sebab, di situ, tentu saja akan menyangkut insentif pajak yang membuat harga Honda Jazz hybrid lebih kompetitif dibandingkan dengan versi mesin pembakaran internal (combustion engine) saja.
Meskipun bila aturan soal hybrid itu rampung, dia pun tak berani memutuskan model mana yang akan dipasarkan terlebih dahulu. “Kami belum bisa menentukan produk mana yang harus kita perkenalkan lebih dahulu,” katanya.
Honda Jazz Facelift (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Honda Jazz Facelift (Foto: Gesit Prayogi/kumparan)
Sebagaimana diketahui pemerintah kini tengah menggodok program low carbon emission vehicle (LCEV) yang di dalamnya akan mencakup kendaraan rendah emisi, hybrid, dan listrik.
ADVERTISEMENT
Jonfis menuturkan, regulasi hybrid perlu diperjelas. Sebab, sejumlah negara khususnya negara maju sudah mulai melirik listrik. Sementara Indonesia yang masih berstatus negara berkembang bisa memilih hybrid sebagai transisi dari combustion engine sebelum beralih ke mobil listrik.
“Di Jepang memang sukses karena sudah ada subsisdi dan kemudian harganya hampir sama dengan mobil bensin biasa. Jadi benefitnya jelas di sana dan mereka sukses. Tapi di Indonesia belum tahu, aturannya saja belum rampung, jadi kami arus melakukan survei terus di mobil apa saja yang harus di-apply,” tukas dia.