Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
ADVERTISEMENT
Terik matahari menyengat siang itu, tak mengendurkan semangat Isdi Parmanto untuk bertahan mengikuti acara Sedulur Daihatsu 2019, yang kali ini diadakan di lingkungan Candi Prambanan, Sabtu (3/8).
ADVERTISEMENT
Iya, Isdi sebenarnya hanya satu dari hampir 3.000-an peserta kumpul-kumpul pengguna Daihatsu, dari seluruh penjuru Jawa Tengah dan sekitarnya.
Perkenalan dengan Isdi, diawali saat redaksi kumparan yang datang meliput kegiatan silaturahmi akbar itu, melihat Daihatsu Hijet ‘Bagong’ terparkir di bawah pohon, dengan tampilan yang masih terbilang kinclong untuk ukuran mobil yang lahir di tahun 1970-an.
Mengambil satu dua gambar dari jarak cukup jauh, rasa penasaran kemudian menggerakkan kaki buat melangkah lebih dekat. Namun sebelum sampai, keluar pria dengan perawakan cukup tua dari dalam kabin mobil --yang mungkin sudah memperhatikan gerak-gerik redaksi kumparan, dan tetiba mendekat dan menyapa.
Dan setelah berkenalan, ternyata dialah Isdi, pemilik Hijet pikap mulus yang mencuri perhatian. Tanpa basa basi, secara spontan langsung terlontar pertanyaan-pertanyaan dan keingintahuan akan mobil unik tersebut, yang punya bentuk kotak, bermata bulat dengan hidung pesek, dan tentunya sudah berusia uzur.
ADVERTISEMENT
“Iya ini Daihatsu Hijet 55 wide atau Bagong ya, saya sangat suka dengan dia. Mesinnya masih bandel dan banyak kenangan bersamanya. Bangga juga menungganginya di jalan, sampai pernah ada bule yang minta saya berhentikan mobil dan difoto,” ucap pria yang sudah berusia 65 tahun ini.
Selain karena hobi, ternyata si ‘Bagong’ bermesin 550cc yang dibelinya Rp 10 juta, juga dimanfaatkan Isdi yang asli warga Yogyakarta ini, buat mengangkut hasil panen. Mobil tua yang ternyata masih multifungsi.
“Mobil ini masih sanggup angkut satu ton. Soal perawatannya sampai suku cadang sendiri tak sulit ditemukan, dan bisa disubtitusi dengan komponen lain. Apalagi konsumsi bahan bakarnya juga irit,” ujarnya.
Jauh-jauh dari Malang
Seusai berbincang dengan Isdi, kumparan kemudian bergeser dan bertemu dengan loyalis lainnya Hasan, yang sudah merawat Daihatsu Taft F50 lansiran 1984 selama lebih dari 15 tahun.
ADVERTISEMENT
“Mesinnya 2.500 ini dan berpenggerak 4x4. Mobil ini masih sehat dan kerap menjadi rescue car, ketika komunitasnya Hijet 55 Club,” ucap pria yang sudah datang jauh-jauh dari malang ke Yogyakarta, untuk menghadiri Sedulur Daihatsu.
Bukan hanya suka saja, Hasan ternyata punya kenangan yang mungkin tak akan dilupakannya, di mana mobil Daihatsu Hijet 1000, yang menemaninya belajar mengendarai mobil dan digunakan pertama kalinya buat mencari uang.
Sampai saat ini, Hasan yang saat ini usianya 63 tahun masih apik merawat mobil Daihatsu lawasnya, dan tak berniat untuk dijual. Walaupun sudah ada banyak yang berminat meminangnya.
Mobil Impian
Berbincang dengan pemilk Daihatsu lainnya, kumparan bertemu dengan Fikar Yunizar, pemilik Daihatsu Taruna FL lansiran 2003 yang kondisinya hampir tanpa cacat.
ADVERTISEMENT
Kepada kumparan dirinya mengaku beruntung mendapatkannya, setelah bertahun-tahun menginginkannya. Fikar yang berprofesi sebagai relawan di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini, dirinya rela merogoh kocek di kisaran Rp 60-70 juta, untuk meminang sang Taruna.
“Saya memang sudah lama mengimpikan ini, karena banyak yang merekomendasikan kalau dipakainya nyaman, tenaganya bagus dan irit juga. Bahkan suku cadangnya juga masih beredar,” ucapnya.
Akhir kata, ketiganya hanya perwakilan mereka yang loyal dengan produk Daihatsu, di mana dengan pengalaman dan beragam alasan, mereka masih bertahan sampai sekarang menggunakannya.