Mitos atau Fakta: Ban Lebih Cepat Aus di Jalanan Beton

28 Maret 2019 8:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jalan Tol Bocimi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Jalan Tol Bocimi. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Tak sedikit yang bilang kalau melintas di jalanan beton terus-menerus ban jadi lebih cepat botak atau aus. Beda pada permukaan aspal yang katanya bikin alur ban tetap terjaga dengan baik.
ADVERTISEMENT
Lalu, benarkah hal tersebut?
Menanyakan hal ini kepada OVT Manager GT Proving Ground, Zulpata Zainal menjelaskan, keduanya tergantung pada tingkat kekasaran jalan. Jadi baik aspal maupun beton, sebenarnya punya tingkat kekasaran yang berbeda.
Ilustrasi aslap sirkuit MotoGP Foto: Shutterstock
"Tepatnya harus diukur friksinya atau koefisien permukaan jalan, bisa aspal yang lebih kasar daripada beton kan, atau macam permukaan aspalnya," buka Zul panggilan akrabnya kepada kumparan, Rabu (27/3).
Zul menyontohkan aspal pada sirkuit balap, umumnya permukaan aspal sirkuit yang dirancang dengan traksi tinggi bikin ban lebih cepat aus dibanding aspal jalan arteri atau tol.
"Jadi kalau aspalnya kasar, betonnya halus, lebih cepat keausan ban di aspal, dan sebaliknya," timpalnya lagi.
Sejumlah kendaraan melintas di jalan Tol Bogor, Ciawi, Sukabumi (Bocimi) seksi I. Foto: ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya
Menurutnya, permukaan jalan beton memang benar bisa mempercepat keausan ban, apabila gaya mengemudi, tipe ban yang dipakai, beban muatan pada kendaraan semuanya seragam. Tapi kenyataannya, segala kondisi tersebut bervariasi.
ADVERTISEMENT
"Faktanya kalau kondisi semua jalan sama, kecepatan sama, muatan, cara nyetir sama, ban tipenya sama, iya fakta keausan ban bisa lebih cepat kalau jalan di permukaan beton, dibanding aspal, terutama yang cross rain groove, garis-garisnya melintang dengan arah laju kendaraan," katanya lagi.
Tapi yang dimaksud lebih cepat aus katanya tidak sampai memperpendek umur ban hingga setengah atau seperempat dari ban yang cuma lewat jalanan aspal.
"Sebelum ban dipasarkan, kami melakukan yang namanya wearing test, ban dijalankan setiap hari sampai puluhan ribu kilometer dengan permukaan jalan yang berbeda-beda, ada beton, aspal, turunan-tanjakan, lurus, berbelok, kering, basah, dan sebagainya," lanjut Zul.
Tapak ban mobil yang sudah botak Foto: Shutter stock
"Jadi pabrikan ban sudah membuat standar, tentang besar keausan ban minimal untuk sebuah ban, biasanya tes ini salah satu syarat juga untuk bisa supply ke pabrikan kendaraan untuk bisa dipakai ban resmi," timpal Zul.
ADVERTISEMENT
Masih dijelaskannya, di samping kasarnya permukaan jalan, ada banyak faktor lain yang mempengaruhi percepatan keausan ban. Untuk itu, perlu perhatikan pemeliharaan ban biar tidak cepat botak meliputi:
1. Pastikan tekanan angin ban sesuai rekomendasi pabrikan mobil, minimal cek setiap 1 bulan sekali
2. Rotasi ban setiap 5.000 km
3. Rutin periksa kelurusan roda (spooring) dan keseimbangan roda (balancing)
4. Rutin mengecek suspensi kendaraan
"Tidak kalah penting pemakaian ukuran, tipe ban, serta bobot muatan harus disesuaikan dengan yang direkomendasikan pabrikan mobil," tutup Zul.