Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Mobil Listrik Mengancam Industri Otomotif Indonesia
23 Mei 2018 19:01 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Yohanes Nangoi, mengutarakan kekhawatirannya bila pemerintah langsung memutus penjualan mobil konvensional untuk beralih ke listrik.
ADVERTISEMENT
"Kalau sekarang peraturannya membatasi combustion engine, kendaraan berbahan bakar minyak, harus berhenti dijual di 2040, celaka kita," katanya.
Bukan tanpa sebab, industri otomotif Indonesia saat ini masih bergantung dengan mesin pembakaran internal. Ia tak menampik bahwa kendaraan listrik menjadi masa depan industri otomotif. Tapi alangkah baiknya kalau perubahan itu dilakukan secara bertahap.
"Kenapa kok malah dimatiin? Kalau bisa jangan dimatiin terlebih dahulu, kalau memang sudah menjanjikan (prospek mobil listrik), baru berjalan saja bersama," Nangoi menambahkan.
Nangoi mengungkapkan bahwa tak kurang dari 1,2 juta orang menggantungkan nasibnya di industri otomotif. Selain itu, sektor ini juga memberikan kontribusi terhadap neraca perdagangan dalam negeri.
Dalam sambutannya di pembukaan IIMS 2018, Presiden Joko Widodo mengatakan kebutuhan komponen terhadap mobil listrik lebih kecil dibandingkan yang menggunakan mesin konvensional. Dia menyebut bahwa mobil berbasis baterai kebutuhan komponennya satu per sepuluh, yang mana menciut 90 persen.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, Nangoi menjelaskan bahwa pasar mobil listrik masih sangat kecil. Dari 5 juta unit mobil yang terjual per bulan, baru 30 ribu unit di antaranya yang berbasis listrik.
"Kalo saya bilang peraturannya kita benahin, jadi peraturan yang mendukung ke kendaraan yang low emission itu harus kita dorong. Nah, ini akan menumbuhkan mobil-mobil hybrid dan plug-in hybrid, juga electric vehicle (EV) nantinya," kata Nangoi.