Pilih Piggyback atau ECU Aftermarket, Dongkrak Performa Motor Harian

16 Juli 2019 7:58 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi piggyback pada motor Foto: dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi piggyback pada motor Foto: dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Di dunia motor injeksi yang serba terkomputerisasi, mendongkrak performa mesin atau menyesuaikan tarikan motor dengan karakter penunggangnya, tak perlu lagi bongkar-bongkar mesin dan berjibaku dengan oli.
ADVERTISEMENT
Cukup hanya dengan memasangkan dua produk aftermarket, piggyback atau ECU (Electronic Control Unit) --bukan bawaan pabrik. Kualitas mesin bisa naik kelas, tapi tentu saja dengan setelan yang pas dan sesuai dengan kegunaan.
Perlu diketahui, kedua komponen ini punya fungsi beda. Piggyback sendiri merupakan sebuah modul yang dipasangkan pada motor untuk melakukan konfigurasi fuel mapping. Umumnya berguna buat memanipulasi atau membohongi data pada ECU.
“Kebanyakan motor standar kan fuel mapping-nya sudah tidak bisa dioporek lagi. Nah itu yang kemudian jadi tugas piggyback, untuk melakukan perubahan input sensor. Tujuannya untuk menambahkan atau mengurangi bensin yang diperlukan mesin,” kata Herman dari One 3 Motoshop beberapa waktu lalu.
Ilustrasi piggyback pada motor Foto: dok. Istimewa
Sementara untuk ECU sendiri, punya kegunaan lebih banyak lagi. Pemilik motor jadi bisa mengatur beberapa fungsi dan fitur pada motor injeksi, seperti menyetel debit bahan bakar, pengapian, limiter, iddle rpm, injector timing dan masih banyak lagi.
ADVERTISEMENT
ECU sendiri sebenarnya sudah disematkan pabrikan di semua produk mereka, hanya saja beberapa masih belum ada yang puas dengan setelan standar itu. Jadi beberapa memilih untuk mencari ECU aftermarket yang bisa disesuaikan dengan keinginan.
Pilih Mana?
Herman menjelaskan apabila kebutuhannya untuk harian sebenarnya piggyback saja cukup. Dengan melakukan penyetelan suplai bensin ke mesin yang merata di setiap rentang putaran mesin, motor juga sudah bisa enak dipakai.
Umumnya penggunaan piggyback dilakukan ketika seseorang mengubah knalpot racing, air filter, maupun bore up.
Ilustrasi mengganti knalpot Foto: Aditya Pratama Niagara/kumparanOTO
Namun bila motor memang ditujukan buat balapan di trek, ECU stand alone aftermarket jadi pilihan terbaik. Pemilik kendaraan atau mekanik, punya kontrol lebih luas terhadap mesin, karena bisa sampai mengatur debit bahan bakar, pengapian, limiter, iddle rpm, injector timing dan lainnya.
ADVERTISEMENT
“Kalau hanya untuk kebutuhan harian, piggyback memang bisa jadi solusi, tapi kalau motor dipakai untuk balap, fungsinya tidak akan membantu maksimal,” tambahnya lagi.
Soal harga sendiri piggyback aftermarket dibanderol Rp 3,5 juta sampai dengan Rp 5 juta per unitnya. Kedua komponen ini tidak bisa langsung dipasang secara langsung (plug and play). Semua komponen ini membutuhkan keahlian mekanik saat menyeting. Jika salah setingan, motor tidak akan maksimal.