5 Fakta soal Pemakaian Alat Kontrasepsi di Indonesia

26 September 2018 7:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi kontrasepsi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kontrasepsi. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Dalam perayaan Hari Kontrasepsi Sedunia 2018 yang diselenggarakan oleh DKT Indonesia, terdapat beberapa fakta menarik mengenai penggunaan alat dan metode kontrasepsi di Indonesia. Fakta-fakta ini diungkapkan oleh para narasumber di acara yang diadakan pada Selasa (25/9).
ADVERTISEMENT
Alat kontrasepsi memang banyak dimanfaatkan masyarakat Indonesia yang ingin merencanakan kehamilan. Hal ini dilakukan berdasarkan berbagai faktor, mulai dari mental, fisik, maupun kondisi ekonomi.
Berikut ini adalah beberapa fakta unik mengenai kontrasepsi di Indonesia.
1. Penggunaan alat kontrasepsi tertinggi di Indonesia ada pada usia 15 hingga 34 tahun
Berdasarkan data dari Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SKDI) 2017 dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, pengguna alat kontrasepsi terbesar di Indonesia datang dari kelompok umur 15 hingga 34 tahun, yaitu sebesar 58,28 persen.
Pil kontrasepsi. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pil kontrasepsi. (Foto: Pixabay)
2. Adanya penurunan penggunaan alat kontrasepsi modern
Data dari SDKI 2017 juga menunjukkan bahwa adanya penurunan penggunaan kontrasepsi modern di Indonesia. Alat kontrasepsi modern merujuk pada penggunaan alat kontrasepsi seperti kondom, pil KB, implan, IUD, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Pengguna kontrasepsi modern turun sebanyak 1 persen. Penurunan terbesar terjadi pada segmen usia 15 hingga 24 tahun, yaitu sebesar 4 persen.
Sebaliknya, pengguna metode kontrasepsi tradisional justru meningkat sebesar 2 persen.
Hari Kontrasepsi Dunia yang ke-10 (Foto: Sephanie Elia/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Hari Kontrasepsi Dunia yang ke-10 (Foto: Sephanie Elia/kumparan)
“Metode tradisional adalah metode yang tidak menggunakan bantuan alat atau obat, misalnya seperti coitus interuptus (mencabut penis sebelum ejakulasi),” terang Aditya A. Putra, Strategic Planning Manager DKT Indonesia, yang menjadi pembicara dalam acara peringatan Hari Kontrasepsi Sedunia 2018.
3. Metode kontrasepsi paling populer adalah suntik
Metode kontrasepsi yang paling populer di Indonesia adalah dengan menggunakan metode suntik, dengan prevalensinya mencapai 73 persen. Selain suntik, ada metode lain juga yang populer yakni pil, implan, dan IUD.
“Namun ini yang terlaporkan. Kalau suntik itu dilakukan di bidan sehingga ada laporannya. Sementara pil ada yang membeli sendiri, sehingga mungkin saja ada yang tidak terlaporkan,” kata drg. Widyono, M.Kes dari BKKBN.
ADVERTISEMENT
4. Kondom kurang populer bagi pasangan yang sudah menikah
Meski kondom adalah alat kontrasepsi yang banyak ditemukan dan dijual secara umum, namun popularitas kondom di kalangan pasangan yang sudah menikah justru tidak begitu baik.
Menurut Widyono, hal ini bisa jadi karena kontrasepsi biasanya dianggap sebagai urusan perempuan, sehingga yang memilih dan memakai alat kontrasepsi biasanya adalah istrinya.
Drg. Widiyono, M.Kes (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Drg. Widiyono, M.Kes (Foto: Zahrina Noorputeri/kumparan)
5. Tingkat putus pakai pil KB di Indonesia mencapai 45 persen
Aditya selaku Strategic Planning Manager DKT Indonesia mengatakan, tingkat putus pakai kontrasepsi jangka pendek cukup tinggi. Salah satunya adalah tingkat putus pakai pil KB yang mencapai 45 persen. Hal ini menunjukkan, ada 45 persen pengguna pil KB yang kemudian berhenti.
ADVERTISEMENT
Ia juga mengatakan beberapa faktor bisa mempengaruhi tingkat putus pakai pil KB, salah satunya adalah karena memutuskan untuk mengganti metode kontrasepsi atau karena ingin punya anak. Namun, alasan lain yang mendorong seseorang untuk berhenti menggunakan pil KB adalah karena metode kontrasepsi ini membutuhkan kedisiplinan tinggi, yaitu dengan cara tidak pernah lupa mengkonsumsi pil setiap hari agar pencegahan kehamilan dapat berjalan efektif.