5 Riset Peraih Ig Nobel Prize 2018, Parodi Serius Nobel Prize (Part 1)

16 September 2018 17:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penganugerahan Ig Nobe Prize 2018 (Foto: ImprobableResearch/YouTube)
zoom-in-whitePerbesar
Penganugerahan Ig Nobe Prize 2018 (Foto: ImprobableResearch/YouTube)
ADVERTISEMENT
Tahun ini acara penganugerahan Ig Nobel Prize kembali digelar. Acara tersebut baru saja selesai diselenggarakan pada Kamis (13/9) malam di Sanders Theater yang berada di Harvard University.
ADVERTISEMENT
Didirikan pada tahun 1991, Ig Nobel Prize adalah bentuk parodi dari Nobel Prize alias Penghargaan Nobel. Ajang penghargaan ini diselenggarakan untuk menghormati "pencapaian-pencapaian yang mulanya membuat orang tertawa, dan kemudian membuat mereka berpikir."
Rangkaian acara perayaan Ig Nobel Prize biasanya menampilkan mini-opera, demo ilmiah, dan ceramah 24/7, di mana para ahli yang menerima penghargaan tersebut harus menjelaskan hasil penelitian mereka dua kali: satu kali dalam 24 detik, dan yang kedua hanya dalam tujuh kata.
Pidato penerimaan tersebut dibatasi hingga 60 detik, diberlakukan secara ketat oleh seorang gadis berusia delapan tahun yang dijuluki "Miss Sweetie-Poo," yang akan mengganggu para peneliti yang melebihi batas waktu dengan mengulangi, "Tolong hentikan. Aku bosan." Sampai para peneliti itu akhirnya berhenti berorasi.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Ars Technica, berikut ini adalah daftar para peneliti beserta rincian penelitian mereka yang dianugerahi Ig Nobel Prize tahun ini.
1. Bidang Ilmu kedokteran
Peneliti: Marc Mitchell dan David Wartinger
Tertawalah: Mereka menggunakan naik roller coaster sebagai cara untuk mempercepat pengeluaran batu ginjal.
Ilustrasi Roller coaster. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Roller coaster. (Foto: Thinkstock)
Pikirkan: Batu ginjal menyumbang sekitar 300.000 kunjungan ke ruang gawat darurat setiap tahunnya. Para pasien biasanya hanya menunggu batu-batu di ginjal itu keluar dengan sendirinya setelah menjalani pengobatan, yang bisa menjadi proses yang panjang dan menyakitkan.
Kedua peneliti tersebut mendengar cukup banyak laporan anekdotal tentang orang yang bisa mengeluarkan batu ginjal dengan lebih mudah setelah bungee jumping atau menaiki roller coaster (seperti perjalanan Big Thunder Mountain Railroad di Walt Disney World) yang mereka anggap perlu diselidiki lebih lanjut.
ADVERTISEMENT
Jika Anda memiliki batu ginjal, Anda akan menghargai hasil riset ini yang mengungkap bahwa posisi duduk di belakang di roller coaster adalah cara yang baik untuk mengeluarkan batu ginjal dengan lebih cepat.
2. Bidang Antropologi
Peneliti: Tomas Persson, Gabriela-Alina Sauciuc, dan Elaine Madsen
Tertawalah: Mereka mengumpulkan bukti di kebun binatang bahwa simpanse meniru manusia sesering manusia meniru simpanse.
Ilustrasi simpanse. (Foto: DaFranzos via Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi simpanse. (Foto: DaFranzos via Pixabay)
Pikirkan: Meniru adalah bentuk sanjungan yang tulus. Ini juga penting untuk pengembangan manusia, terutama ketika menyangkut ikatan sosial dan transfer keterampilan dan pengetahuan.
Telah diasumsikan bahwa simpanse dan primata non-manusia lainnya tidak terlibat dalam permainan meniru. Riset yang menyelidiki interaksi antara simpanse dan pengunjung ke kebun binatang ini menunjukkan ternyata asumsi tersebut salah. Sebab dalam riset ini ditemukan simpanse terbukti lebih seperti manusia dalam melakukan permainan meniru daripada yang diyakini sebelumnya.
ADVERTISEMENT
3. Bidang Biologi
Peneliti: Paul Becher, Sebastien Lebreton, Erika Wallin, Erik Hedenstrom, Felipe Borrero-Echeverry, Marie Bengtsson, Volker Jorger, dan Peter Witzgall
Tertawalah: Mereka berhasil mendemonstrasikan bahwa para ahli anggur bisa mengidentifikasi kehadiran lalat dalam segelas anggur hanya dengan cara mencium baunya.
Anggur merah (Foto: flickr/ Brent Hofacker)
zoom-in-whitePerbesar
Anggur merah (Foto: flickr/ Brent Hofacker)
Pikirkan: Lalat buah betina mengeluarkan feromon dengan aroma yang tidak menyenangkan yang mudah dideteksi oleh manusia sekaligus menjadi cara untuk mengetahui bahwa lalat jantan dan betina terbang secara terpisah.
Para peneliti mampu mengidentifikasi bahwa feromon spesifik yang begitu kuat dari seekor lalat betina dapat merusak segelas anggur. Ditambah lagi, lalat buah memang menyukai buah-buahan, seperti menyelam ke dalam segelas anggur yang hendak Anda nikmati.
Jadi berterima kasihlah kepada sains, terutama pada riset ini. Karena jika lalat mendarat di anggur Anda, Anda bisa segera tahu dari baunya, dan bahkan bisa tahu jenis kelamin lalat tersebut
ADVERTISEMENT
4. Bidang Kimia
Peneliti: Paula Romao, Adilia Alarcao, dan mendiang Cesar Viana
Tertawalah: Mereka mengukur tingkat di mana air liur manusia adalah agen pembersih yang baik untuk permukaan benda yang kotor.
Ilustrasi air liur (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi air liur (Foto: Thinkstock)
Pikirkan: Akui saja, Anda kadang-kadang menggunakan sedikit air liur untuk membersihkan noda. Para konservasionis misalnya lebih memilih menggunakan air liur mereka sendiri saat membersihkan permukaan benda yang halus, seperti lapisan emas atau keramik yang dicat.
Ternyata hasil eksperimen para peneliti ini menunjukkan bahwa intuisi adalah ilmu yang baik: air liur membersihkan permukaan emas khususnya lebih baik daripada pembersih lain yang digunakan oleh para konservasionis. Mereka bahkan mengidentifikasi komponen yang mungkin bertanggung jawab, membawa kita satu langkah lebih dekat untuk menghasilkan versi sintetis air liur sebagai bahan pembersih.
ADVERTISEMENT
5. Bidang Pendidikan Medis
Peneliti: Akira Horiuchi
Tertawalah: Dia menulis laporan medis berjudul "Kolonoskopi dalam Posisi Duduk: Pelajaran Yang Diperoleh dari Kolonoskopi Diri."
Ilustrasi kolonoskopi (Foto: CSIRO via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kolonoskopi (Foto: CSIRO via Wikimedia Commons)
Pikirkan: Kolonoskopi adalah prosedur yang dilakukan untuk memeriksa kondisi usus besar dan rektum guna mendeteksi adanya ketidaknormalan bagian tersebut dengan cara memasukkan alat bernama kolonoskop melalui lubang anus. Kolonoskop sendiri adalah alat berbentuk tabung panjang, tipis, dan lentur, yang melekat pada kamera video kecil dan terhubung ke layar TV.
Prosedur kolonoskopi memang tidak pernah menyenangkan, tetapi beberapa orang memiliki kesulitan yang lebih besar daripada yang lain. Ada tradisi panjang para ilmuwan yang menggunakan diri mereka sebagai kelinci percobaan —dalam hal ini, untuk mengeksplorasi apakah mungkin lebih baik untuk melakukan kolonoskopi saat berada dalam posisi duduk versus posisi telentang biasa.
ADVERTISEMENT
Itulah yang dilakukan oleh Akira Horiuchi. Ia mengeksplorasi prosedur kolonoskopi diri dalam posisi duduk sebanyak empat kali dengan tingkat ketidaknyamanan yang berbeda-beda. Dia menyerukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan prosedur kolonoskopi dalam posisi duduk dan telentang ini.
Baru lima riset peraih Ig Nobel Prize 2018 yang dijabarkan dalam tulisan ini. Lima riset lainnya yang juga meraih Ig Nobel Prize 2018 akan dipaparkan dalam tulisan lain selanjutnya.