7 Alasan Orang Pindah Agama Menurut Ahli

1 Agustus 2018 19:19 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Arnita Rodelina Turnip, mahasiswi IPB yang beasiswanya dicabut Pemkab Simalungun (Foto: Facebook/Alifah Jauna Multazimah )
zoom-in-whitePerbesar
Arnita Rodelina Turnip, mahasiswi IPB yang beasiswanya dicabut Pemkab Simalungun (Foto: Facebook/Alifah Jauna Multazimah )
ADVERTISEMENT
Pindah keyakinan atau agama adalah hal sensitif yang jarang dibahas. Mereka yang berpindah agama tentu saja memiliki alasan tersendiri untuk meninggalkan kepercayaan lamanya. Seperti apa alasan yang membuat seseorang pindah agama?
ADVERTISEMENT
Thomas Swan, spesialis ilmu kognitif agama dari Queen University Belfast, berpendapat bahwa secara psikologis banyak orang yang tertarik kepada "hadiah" yang ditawarkan oleh agama. Ia menjelaskan melalui tulisannya di Owlcation, hadiah yang dimaksud adalah seperti alam akhirat, sebuah tujuan hidup, rasa kebenaran moral, perlindungan dari Tuhan, dan jalan untuk berkembang secara ideal.
Hadiah-hadiah tersebut dianggap akan sangat menarik bagi individu yang memiliki rasa takut mati yang tinggi, merasa dikucilkan secara sosial, merasa cemas berlebihan atas bahaya serta kegagalan, atau mereka yang tidak memiliki tujuan hidup. Dengan anggapan tersebut, Swan pun memaparkan ada tujuh jenis konversi atau perpindahan agama yang biasa terjadi.
1. Konversi saat masih anak-anak
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi anak sekolah. (Foto: Thinkstock)
Sepanjang sejarah, pemimpin religius telah memanfaatkan sekolah untuk menyebarkan agama. Pikiran anak sering kali tidak mampu memahami secara mendalam klaim-klaim religius secara rasional. Hal ini membuat si anak lebih mudah terpengaruh atas suatu agama.
ADVERTISEMENT
Selain itu, keberadaan sebuah figur otoritas yang memberikan hadiah atas suatu tindakan baik akan memenuhi kebutuhan anak terhadap suatu dorongan positif.
2. Konversi karena miskin
Potret Kemiskinan di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Potret Kemiskinan di Indonesia (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Dalam sebuah riset ditemukan bahwa di negara-negara dengan kesejahteraan rendah, masyarakatnya akan menjadi lebih religius. Hal ini menunjukkan bahwa tanpa adanya rasa aman dalam menghadapi suatu kejadian akan membuat orang-orang menjadi lebih menerima kenyamanan yang diberikan agama.
Selain itu, negara-negara miskin dan berkembang biasanya memiliki standar pendidikan yang rendah. Hal ini mengurangi kemampuan masyarakatnya untuk memahami suatu klaim religius secara rasional.
Para misionaris memahami hal tersebut, dan mereka sering melakukan perjalanan ke negara-negara tersebut untuk mempengaruhi masyarakat untuk berganti agama di balik kedok amal.
ADVERTISEMENT
3. Konversi karena sakit
Sakit. (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Sakit. (Foto: Pexels)
Tempat tidur di rumah sakit menjadi tempat terjadinya konversi agama. Bagi semua orang, rasa takut atas mati akan meningkat sementara ketika sedang sakit. Hal tersebut akan memotivasi orang untuk mencari cara untuk mendukung klaim religius atas alam akhirat.
Sebelumnya ada eksperimen yang menunjukkan bahwa dengan menstimulasi rasa takut mati pada seseorang akan membuat orang tersebut tampak lebih religius. Para pemegang kepercayaan sering memanfaatkan momen kerentanan ini dengan mendorong kepercayaan mereka pada pasien rumah sakit.
Selain itu, rasa takut atas alam akhirat akan mendorong orang untuk terus memegang teguh ajaran agamanya, meski rasa sakitnya telah sembuh.
4. Konversi orang depresi
Ilustrasi orang depresi. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang depresi. (Foto: Thinkstock)
Kehilangan orang tersayang bisa membuat seseorang mencari nasihat dari pemuka agama. Hal ini juga mendorong rasa percaya atas alam akhirat yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Depresi memiliki beberapa penyebab yang mendorong rasa percaya terhadap agama yang lebih besar. Depresi dikaitkan dengan kegagalan yang bisa membuat orang untuk mengevaluasi metode mereka dalam mencapai kesuksesan hidup.
Depresi yang memiliki kaitan dengan apatis atau rasa tanpa tujuan, bisa mendorong munculnya rasa percaya terhadap agama.
5. Konversi narapidana
Ilustrasi narapidana (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi narapidana (Foto: Thinkstock)
Para narapidana akan lebih menyadari penolakan yang mereka rasakan dari masyarakat. Hal ini mendorong pencarian terhadap norma moral dan sosial yang bisa memperbaiki hubungan.
Sementara itu, reputasi moral yang dikaitkan dengan agama membuat para narapidana tertarik pada agama. Selain itu, rasa takut terhadap narapidana lain juga dapat meningkatkan rasa gelisah sehingga membuat seorang narapidana lebih menerima kenyamanan yang diberikan agama.
ADVERTISEMENT
6. Konversi pecandu obat-obatan terlarang
Penggunaan obat-obatan terlarang (Ilustrasi) (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Penggunaan obat-obatan terlarang (Ilustrasi) (Foto: Pixabay)
Alcoholics Anonymous adalah perkumpulan mantan pecandu alkohol. Kebanyakan anggotanya merupakan merupakan mantan alkoholik yang melakukan konversi agama.
Untuk membuat seorang pecandu melakukan konversi agama, biasanya mereka dibuat untuk merasa tidak bisa hidup tanpa agama. Jadi yang biasanya dilakukan adalah mengganti suatu kecanduan dengan kecanduan lain, yakni agama.
7. Konversi karena takut
Ilustrasi neraka. (Foto: LoggaWiggler via pixabay.)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi neraka. (Foto: LoggaWiggler via pixabay.)
Takut pada neraka adalah sebuah motivasi yang lazim ditemukan saat terjadi konversi agama dan efektif pada anak-anak dan kaum agnostik.
Selain itu, teks religius juga banyak dipenuhi oleh rasa takut kepada Tuhan, neraka, dan ramalan. Hal tersebut mendorong para penganut agama untuk menyenangkan Tuhan dengan menjaga sikap dan perilaku mereka.
ADVERTISEMENT
Namun begitu, instruksi untuk mengubah kepercayaan atas ancaman rasa sakit atau penderitaan malah akan mendorong terjadinya antipati pada mereka yang memiliki pikiran yang kuat.
Swan kemudian juga mempertanyakan bagaimana kita bisa mengetahui mana yang salah dan mana yang benar jika ada agama yang mengatakan bahwa seseorang yang baik tapi tidak percaya pada Tuhan akan masuk neraka, sementara orang yang jahat tapi percaya pada Tuhan akan tetap masuk surga.