Akibat Pemanasan Global, Setengah Lautan di Dunia Bakal Berubah Warna

6 Februari 2019 7:23 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemanasan global. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Pemanasan global. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Pemanasan global telah memberi dampak yang signifikan terhadap kelangsungan hidup manusia. Selain mempengaruhi perubahan iklim yang ekstrem, hal itu juga berdampak pada lautan di dunia. Sebuah studi baru dari sekelompok ilmuwan Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan, setengah lautan di dunia akan mengalami perubahan warna pada akhir abad ini. Riset ini sudah dipublikasikan di Nature Communications pada 4 Februari 2019. Hal itu ditengarai oleh perubahan suhu secara global yang akan memengaruhi populasi ganggang kecil dan mikroskopis, atau lebih dikenal dengan fitoplankton, yang memanfaatkan energi matahari untuk melakukan fotosintesis. Populasi fitoplankton sendiri diprediksi akan berkurang, dan bakal menyebabkan warna lautan menjadi lebih terang. Artinya, semakin banyak fitoplankton, maka air laut akan semakin terlihat hijau. Begitupun sebaliknya.
Pemandangan Bawah Laut Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Contoh di Kutub Utara dan Kutub Selatan, warna lautan akan lebih hijau karena perubahan suhu yang lebih hangat memicu pertumbuhan fitoplankton. Sedangkan di perairan tropis, warna laut akan terlihat lebih terang karena populasi fitoplankton yang semakin berkurang. “Akan terjadi perbedaan mencolok dalam warna 50% lautan di akhir abad ke-21,” ujar Stephanie Dutkiewicz, seperti dikutip IFLScience. Perubahan itu diprediksi akan segera terjadi pada 2055. Puncaknya, jika suhu udara dunia meningkatkan hingga 3 derajat celcius pada 2100, maka warna setengah lautan di dunia akan berubah, termasuk Laut Atlantik Utara. "Perubahan itu bukan hal yang baik, karena pasti akan berdampak pada jaringan makanan secara keseluruhan," ujar Dutkiewicz. “Fitoplankton berada pada dasar rantai makanan, jika komposisinya berubah, maka hal tersebut akan membahayakan kelangsungan hidup seluruh ekosistem,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT