Alasan Kenapa Ada Orang yang Lemas Setelah Lihat Darah

1 September 2018 10:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi darah Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi darah Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melihat darah memang bukanlah pemandangan menyenangkan. Bahkan, ada orang yang merasa lemas dan pingsan seketika setelah melihat cairan tersebut. Apa yang menyebabkan hal itu terjadi?
ADVERTISEMENT
Mereka yang memiliki tendensi untuk merasa lemas hingga pingsan ketika melihat darah ternyata memiliki kondisi yang dikenal sebagai Sinkop Vasovagal.
Kondisi tersebut dapat membuat detak jantung seseorang menjadi tidak beraturan ketika melihat darah. Saat detak jatung tidak beraturan, pembuluh darah di kaki akan melebar, menyebabkan darah berkumpul di kaki dan menjauhi kepala.
Hal itu akan membuat tekanan darah menurun dan kemudian akan berakibat pada pingsannya orang yang mengalami kondisi tersebut.
Ada beberapa tanda yang terlihat sebelum seseorang akan pingsan. Kulit mereka akan terlihat pucat, penglihatan orang tersebut akan kabur, dan ia juga akan merasa pusing. Menurut Mayo Clinic, simtom lainnnya adalah rasa pusing, keringat dingin, penglihatan yang terganggu, dan juga rasa panas.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan juga bahwa kondisi tersebut tidak hanya dipicu oleh pemandangan darah saja. Terkena panas berlebih hingga meniup sebuah trompet secara berlebihan juga dapat memicu kondisi tersebut. Selain itu stres emosional yang ekstrem juga dapat memicu kondisi tersebut.
Fobia terhadap darah, seperti fobia lainnya sebenarnya dapat diredakan dengan mengekspos penderitanya terhadap penyebab fobia.
Keunikan fobia darah dibanding fobia lain adalah, fobia ini tidak meningkatkan detak jantung, malah ia menyebabkan penurunan detak jantung.
Ada beberapa hipotesis untuk menjelaskan mengapa orang bisa memiliki fobia tersebut. Hipotesis dengan argumen yang cukup kuat adalah "hipotesis ancaman paleolitik". Hipotesis ini didukung oleh fakta bahwa Sinkop Vasovagal lebih banyak terjadi pada perempuan dan anak kecil, sementara pada anak laki-laki, mereka berhasil melawan fobianya saat masa pubertas.
ADVERTISEMENT
Dalam hipotesis ancaman paleolitik dijelaskan bahwa fobia ini mungkin adalah perlindungan dalam bentuk biologis terhadap kaum perempuan dan anak-anak di zaman dahulu. Ketika konflik terjadi, antara manusia dengan manusia lain, mereka tidak akan terbunuh karena pingsan. Namun, dijelaskan juga bahwa hipotesis ini sebenarnya masih berupa spekulasi.
Kondisi Sinkop Vasovagal tidak dapat dihindari. Mereka yang mengalami kondisi tersebut dapat mengurangi efeknya dengan berbaring dan mengangkat kakinya ketika menemukan simtom-simtom awal. Jika tidak memungkinkan untuk berbaring, mereka juga dapat duduk dan meletakkan kepalanya di antara dua lututnya. Hal itu membuat gravitasi bisa membantu mengalirkan darah ke otak.