Alasan Mengapa Sebaiknya Kamu Tidak Melakukan Diet Instan

6 Oktober 2018 20:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Makanan Diet  (Foto: Thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Makanan Diet (Foto: Thinkstock )
ADVERTISEMENT
Berbagai cara diet instan kini sudah banyak beredar dan menjanjikan banyak hal. Cara ini menjanjikan pelakunya dapat memiliki berat badan impian dalam waktu yang cepat.
ADVERTISEMENT
Diet-diet tersebut biasanya dilakukan dengan cara membatasi asupan jenis makanan tertentu, seperti lemak atau karbohidrat, mengganti makanan misalnya dengan jus, atau mengurangi kalori.
Secara sains, belum ada diet instan yang benar-benar terbukti dapat bekerja. Walau diet tersebut berhasil mengurangi berat badan, ke depannya, hampir selalu dipastikan pelaku diet tersebut malah akan kembali ke berat badan awal dan bukan tidak mungkin malah menjadi tambah gemuk.
Hal ini dikarenakan saat melakukan diet, maka kalori akan dibatasi dengan tiba-tiba dan secara ekstrem sehingga menyebabkan ketidakseimbangan antara rasa lapar dan kenyang yang malah meningkatkan selera makan dan memicu orang untuk makan lebih banyak dari biasanya.
Selain itu, melakukan pemotongan kalori secara ekstrem dalam waktu singkat juga dapat memicu gangguan makan.
Ilustrasi Diet Mediterania (Foto: Instagram @signemeirane)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Diet Mediterania (Foto: Instagram @signemeirane)
Sekelompok peneliti dari Georgetown University baru-baru ini membuktikan bahwa diet instan justru memicu terbentuknya lemak perut atau dikenal juga sebagai lemak visceral. Lemak ini dikenal sebagai biang keladi dari berbagai penyakit mematikan seperti diabetes, penyakit jantung, kanker, dan demensia.
ADVERTISEMENT
Peneliti melakukan studinya dengan menggunakan sekelompok tikus. Tikus dan manusia memiliki sistem metabolisme yang sangat mirip. Peneliti Aline de Souza dan timnya memberi satu kelompok tikus makanan dengan kalori 60 persen lebih sedikit sementara kelompok tikus lainnya diberi makan seperti biasa.
Alasan mengapa angka 60 persen dipilih adalah karena angka ini mirip dengan anjuran rata-rata diet instan yaitu makan dengan 800 kalori atau sekitar 60 persen dari anjuran asupan 2.000 kalori setiap harinya.
Diabulimia, diet insulin yang berlebihan  (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Diabulimia, diet insulin yang berlebihan (Foto: Thinkstock)
Setelah tiga hari menjalani diet, tikus mulai kehilangan berat badannya, namun bukan hanya itu, tikus itu juga mengalami penurunan volume darah, tekanan darah, detak jantung, dan fungsi ginjal. Tak hanya itu saja, tikus juga mengalami gangguan siklus estrus, siklus bulanan yang mirip menstruasi.
ADVERTISEMENT
Tiga bulan setelah diet, tikus-tikus tersebut menunjukkan bahwa mereka memiliki lebih banyak lemak perut daripada tikus yang tidak diet.
"Bahkan yang lebih mengganggu adalah temuan bahwa angiotensin II, hormon dalam tubuh, telah meningkatkan tekanan darah pada tikus yang menjalani diet rendah kalori dengan lebih kuat," kata de Souza, dilansir IFL Science.
Angiostensin II biasanya akan meningkat pada saat stres dan memicu terjadinya tekanan darah tinggi.