Alergi Cat Rambut Bikin Kepala Seorang Perempuan Bengkak Mirip Bohlam

3 Desember 2018 16:44 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala Estelle membengkak akibat reaksi alergi saat memakai pewarna rambut. (Foto: Le Parisien)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Estelle membengkak akibat reaksi alergi saat memakai pewarna rambut. (Foto: Le Parisien)
ADVERTISEMENT
Kepala seorang perempuan asal Prancis membengkak hingga berbentuk mirip seperti lampu bohlam. Menurut pengakuannya, kepalanya membengkak dua kali akibat reaksi alergi saat memakai pewarna atau cat rambut.
ADVERTISEMENT
Estelle (19), seorang pelajar di Prancis, mengatakan bahwa kasus ini bermula ketika ia ingin menggunakan pewarna rambut untuk mengubah rambut pirangnya menjadi kecokelatan.
Estelle melakukan patch test atau uji coba untuk mengetahui reaksi pewarna rambut yang dia pakai pada tubuhnya. Setelah melakukan uji coba selama 30 menit, Estelle langsung menggunakan sepenuhnya produk pewarna rambut itu ke rambut. Padahal, produk telah memberi peringatan untuk menunggu sekitar 48 jam setelah uji coba untuk melihat reaksi pada tubuh.
Estelle langsung merasa ada yang aneh setelah menggunakan produk itu. Ia merasa ada iritasi di kulit kepala yang diikuti dengan pembengkakan.
Estelle kemudian menggunakan obat antihistamin untuk mengobati alergi dan krim anti gatal, setelahnya ia langsung tidur. Ketika bangun, kepalanya malah membengkak.
ADVERTISEMENT
"Saya tidak bisa bernapas. Kepala saya jadi berbentuk bohlam," kata Estelle dikutip dari media Le Parisien.
Selain kepalanya, lidah Estelle juga mulai membengkak.
Kepala Estelle membengkak akibat reaksi alergi saat memakai pewarna rambut. (Foto: Le Parisien)
zoom-in-whitePerbesar
Kepala Estelle membengkak akibat reaksi alergi saat memakai pewarna rambut. (Foto: Le Parisien)
Ia dibawa ke rumah sakit. Di sana para dokter mengatakan bahwa Estelle mengalami reaksi alergi terhadap PPD (paraphenylenediamine).
PPD digunakan di beberapa pewarna rambut. Zat kimia ini bisa menyebabkan reaksi alergi yang serius, seperti yang dialami Estelle.
Di rumah sakit, para dokter memberikan Estelle suntikan adrenalin dan mengawasinya selama semalaman. Estelle mengaku dirinya khawatir akan tewas akibat kejadian ini.
"Sebelum tiba di rumah sakit, kamu tidak tahu berapa lama sebelum lamu mati tercekik, atau apakah kamu punya waktu yang cukup untuk tiba di rumah sakit atau tidak," ujar Estelle.
ADVERTISEMENT
Sekarang kondisi Estelle sudah membaik. Ia berharap orang lain bisa belajar dari pengalamannya.
"Pesan saya adalah agar orang-orang lebih hati-hati dengan produk-produk seperti ini, karena konsekuensinya bisa fatal," kata dia.
Ilustrasi mewarnai/cat rambut (Foto: Shutter Stock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mewarnai/cat rambut (Foto: Shutter Stock)
Apa yang Estelle katakan tidak salah. Dilansir dari Women's Health Mag, sebuah riset kasus kesehatan yang dipublikasikan di Journal of Research in Medical Sciences pada 2012, menemukan kasus berbahaya bagi tubuh akibat alergi serupa. Riset itu menemukan bahwa reaksi alergi parah pada PPD bisa menyebabkan komplikasi berbahaya, seperti gagal ginjal dan kegagalan sistem pernapasan.
Sementara di riset lain di Journal of Asthma and Allergy, reaksi yang tidak begitu berbahaya adalah muncul merah-merah pada kulit, gatal-gatal, dan kulit melepuh di area yang terdampak.
ADVERTISEMENT
Menurut badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat, Food and Drug Administration (FDA), pewarna rambut mengandung PPD sebenarnya aman untuk digunakan, namun tetap saja kita harus menggunakan patch test atau uji coba sebelum memakainya ke seluruh bagian kepala.
Hal yang sama diungkapkan oleh badan kesehatan Inggris, National Health Service (NHS), yang menyebut PPD pada pewarna rambut aman digunakan selama mengikuti instruksi yang diberikan.
Catherine Oliveres-Ghouti, anggota National Union of Dermatologists Prancis, menyatakan sekitar dua hingga tiga persen dari populasi di negara tersebut bisa mengalami reaksi alergi pada PPD. "Tapi kasus se-ekstrem Estelle, sangat langka," imbuh Oliveres-Ghouti.