Apa yang Otak Kita Pikirkan Menjelang Kematian?

28 Desember 2017 8:27 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi meninggal. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi meninggal. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Tidak ada yang mengetahui secara pasti apa yang akan kita lihat dan rasakan saat kita berada di situasi menjelang maut alis sekarat. Bisa jadi kita merasa seperti dijemput oleh keluarga kita, berjalan sendirian menuju sebuah cahaya terang, atau bahkan bertemu dengan makhluk lain seperti malaikat.
ADVERTISEMENT
Yang jelas ketika 'saat-saat terakhir' itu tiba, kita akan merasakan sendiri pengalaman misterius tersebut. Tetapi apapun itu para peneliti beranggapan bahwa momen itu kemungkinan besar datang dari dalam otak kita.
Dilansir Science Alert, sebelumnya pada tahun 2013, para peneliti di University of Michigan menemukan bahwa otak tikus tetap menunjukkan aktivitas bahkan setelah tikus itu dinyatakan mati klinis. Mati klinis adalah kondisi saat manusia atau hewan berhenti bernapas dan jantung tak lagi bekerja.
Aktivitas tersebut memperlihatkan tanda-tanda elektrik dari kesadaran di otak lebih tinggi dibandingkan saat tikus itu berada dalam keadaan sadar.
"Kami beranggapan bahwa jika pengalaman yang dirasakan saat sekarat berasal dari aktivitas otak, maka saraf yang menghubungkan kesadaran harusnya dapat diidentifikasi di manusia atau hewan setelah berhentinya aliran darah ke otak," kata Jimo Borjigin, ahli saraf dari tim tersebut.
Ilustrasi Sel otak (Foto: Thinstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sel otak (Foto: Thinstock)
Dan hal inilah yang tim Borjigin berhasil temukan. Pada eksperimen yang dilakukan pada tikus yang telah dianestesi, tim peneliti menemukan bahwa ada lonjakan pada aktivitas otak setelah tikus itu mengalami gagal jantung. Aktivitas otak yang sama dapat dilihat polanya pada otak yang sedang dirangsang.
ADVERTISEMENT
Fenomena yang dideteksi oleh tim peneliti itu bisa menyangkal gagasan bahwa ketika aliran darah ke otak berhenti akibat mati klinis, maka otak juga akan berhenti berfungsi secara bersamaan.
"Studi ini memberikan kita pengetahuan bahwa berkurangnya oksigen saja atau oksigen dan glukosa saat terjadi serangan jantung dapat menstimulasi aktivitas otak yang berhubungan dengan proses kesadaran," kata Borjigin.
"Hal ini juga dapat memberikan penjelasan ilmiah atas pengalaman saat sekarat yang dialami oleh mereka yang selamat dari serangan jantung."
Otak manusia (ilustrasi). (Foto: Pixabay/PeteLinforth)
zoom-in-whitePerbesar
Otak manusia (ilustrasi). (Foto: Pixabay/PeteLinforth)
Memang hasil temuan tim tersebut memberikan pendekatan ilmiah dalam menginterpretasikan kejadian yang dialami oleh tikus saat mendekati maut. Tetapi hal itu bukan berati manusia juga mengalami hal yang sama di otaknya saat mendekati maut.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, jika otak kita juga mengalami lonjakan yang sama, temuan peneliti itu dapat menjelaskan mengapa banyak orang yang berhasil dihidupkan kembali saat terjadi situasi gawat darurat.
Selain itu, ada juga studi yang mempelajari pengalaman sekarat yang dilakukan oleh Sam Parnia dari Stony Brook University pada tahun 2014.
Ia mewawancarai lebih dari 100 orang yang berhasil selamat dari serangan jantung. Dan 46 persen di antaranya masih mengingat pengalaman mereka saat berada dalam kondisi mendekati kematian. Sebagian besar dari mereka memiliki pengalaman yang mirip, yaitu bertemu dengan keluarga, melihat cahaya terang, dan merasa takut.
Bahkan ada dua pasien yang bisa mengingat kejadian saat mereka dihidupkan kembali secara medis. Padahal, menurut pendangan luas kesadaran akan hilang ketika kita mengalami mati klinis.
ADVERTISEMENT
Menurut Parnia, fenomena itu hanya terjadi pada 2 orang pasien saja. Bahkan Parnia sendiri mengakui bahwa penjelasan paling mudah dari itu semua adalah ilusi yang terjadi dalam otak.
Ilusi tersebut bisa terjadi akibat respons saraf kita pada stres yang terjadi saat serangan jantung. Dengan kata lain, pengalaman kognitif tersebut sebenarnya terjadi sebelum mati klinis terjadi, kemudian menjadi hal yang diingat oleh pasien. Pemahaman inilah yang dianut oleh banyak ahli di bidang saraf.
Meski telah ada beberapa penelitian dan studi yang dilakukan pada otak dalam situasi menjelang kematian, masih belum ada kesimpulan pasti atas hal tersebut. Namun, ada satu hal yang bisa dipastikan dari itu semua, yaitu kita akan mengalami pengalaman itu secara langsung suatu saat nanti.
ADVERTISEMENT