Apakah Hubungan Seks dengan ODHA Pasti Tularkan HIV?

9 Agustus 2018 18:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
COVER: Hubungan Seks Suami Istri (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
COVER: Hubungan Seks Suami Istri (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Melakukan hubungan seks yang tidak aman adalah salah satu cara seseorang bisa tertular human immunodeficiency virus (HIV). Lantas apakah berhubungan seks dengan penderita HIV/AIDS alias orang dengan HIV/AIDS (ODHA) bisa membuat seseorang langsung terinfeksi HIV?
ADVERTISEMENT
Adiyana Esti, dokter dari Institusi Angsamerah, organisasi swasta yang bergerak di bidang kesehatan, menjelaskan bahwa risiko seseorang tertular virus HIV saat melakukan hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS tanpa kondom adalah 15 persen. Menurutnya belum tentu seseorang langsung terkena infeksi virus HIV saat berhubungan seks dengan pengidap HIV/AIDS untuk pertama kalinya.
"Ada yang tertular saat pertama kali hubungan seks dan ada juga yang tertular setelah beberapa kali melakukannya," ujar Esti di acara diskusi media bertajuk 'Tangkal Hoax-nya, Pahami Fakta HIV/AIDS' di Jakarta, Kamis (9/8).
"Jadi penularan tidak memandang beberapa kali melakukan hubungan seks. Intinya kembali lagi pada kemungkinan 15 persen itu," tambah dia.
Adiyana Esti, dokter dari institusi Angsamerah, di acara diskusi "Tangkal Hoax-nya, Pahami Fakta HIV/AIDS" di Jakarta, Kamis (9/8). (Foto: Sayid Mulki Razqa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Adiyana Esti, dokter dari institusi Angsamerah, di acara diskusi "Tangkal Hoax-nya, Pahami Fakta HIV/AIDS" di Jakarta, Kamis (9/8). (Foto: Sayid Mulki Razqa/kumparan)
Selain itu, Esti mengatakan bahwa risiko terinfeksi HIV saat melakukan hubungan seks anal sama saja dengan melakukan hubungan seks vagina. Ia menjelaskan juga bahwa kondom bisa membantu mengurangi risiko tertular tersebut.
ADVERTISEMENT
Esti kemudian menyarankan masyarakat Indonesia yang pernah berhubungan seks untuk melakukan tes darah untuk pemeriksaan HIV minimal satu kali dalam setahun. Menurutnya, hal ini bisa membantu orang yang terinfeksi HIV tidak sampai pada kondisi AIDS.
Patut dipahami bahwa HIV dan AIDS adalah hal yang berbeda. Esti memaparkan bahwa HIV adalah virus yang menyerang kekebalan tubuh manusia. Sementara acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah kondisi yang dialami penderita HIV setelah sistem pertahanan tubuhnya rusak akibat virus tersebut. Rentang waktu HIV berubah menjadi AIDS tergantung pada pengobatan dan kecepatan penanganan si penderita.
Logo HIV AIDS (Foto: Jayel Aheram/Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Logo HIV AIDS (Foto: Jayel Aheram/Flickr)
"Kalau memang khawatir, bisa lakukan pengecekan darah kira-kira sebulan atau tiga bulan setelah bersinggungan dengan salah satu faktor penyebab infeksi HIV," kata Esti.
ADVERTISEMENT
"Dengan melakukan pengobatan dan penanganan yang lebih cepat pada penderita HIV, mereka bisa tetap melanjutkan kehidupannya dengan normal," imbuh dia.
Esti mengatakan bahwa obat ARV digunakan untuk mencegah memburuknya kondisi penderita HIV hingga terkena kondisi AIDS. Obat ini bisa menghambat aktivitas dan perkembangbiakan HIV dengan mencegahnya menempel ke sel darah putih di dalam tubuh.