Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Badak Putih Utara Jantan Terakhir di Dunia Mati pada Usia 45 Tahun
20 Maret 2018 16:18 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:10 WIB
ADVERTISEMENT
Suaka Margasatwa Ol Pejeta Conservancy di Kenya sedang berduka. Sudan, badak putih utara jantan terakhir di dunia yang tinggal di suaka margasatwa itu, baru saja mati pada usia 45 tahun.
ADVERTISEMENT
Akun Twitter resmi Ol Pejeta menulis Sudan mati pada Senin, 19 Maret 2018 di Ol Pejeta, Kenya. Usia 45 tahun adalah usia yang sangat tua bagi seekor badak putih utara yang biasanya hanya hidup 30 hingga 40 tahun.
Penyebab kematian Sudan diduga karena komplikasi akibat usia tua. Komplikasi ini mengakibatkan kerusakan pada otot dan tulangnya, ditambah lagi ia menderita luka di kulitnya sehingga ia tidak bisa berdiri lagi. Penyakit di kaki Sudan sudah ia alami sejak akhir tahun 2017.
Sudan lahir di negara Sudan pada 1973. Ia kemudian ditangkap dan dibawa ke Dvůr Králové Zoo di Republik Ceko pada tahun yang sama sebelum akhirnya dibawa ke Ol Pejeta Conservancy pada 2009.
ADVERTISEMENT
Saat dibawa ke Ol Pejeta. Sudan adalah salah satu dari empat badak putih utara terakhir yang ada di dunia, dua jantan dan dua betina. Harapannya, dengan berada di habitat aslinya, keempat badak tersebut bisa memiliki keturunan dan menyelamatkan jenisnya dari kepunahan.
Namun sayangnya, Suni, salah satu pejantan, mati di tahun 2014.
Kabar kematian Sudan bukan sekadar kabar duka bagi para penghuni Ol Pejeta, namun juga kabar duka bagi dunia fauna secara keseluruhan. Karena dengan kematian Sudan, saat ini hanya tersisa dua ekor badak putih utara, dan keduanya adalah betina.
Kedua betina itu bernama Najin dan Fatu. Keduanya masih berkerabat dengan Sudan. Najin adalah anak perempuan Sudan dan Fatu adalah cucunya.
Siaran pers dari Ol Pejeta mengatakan, satu-satunya harapan mereka untuk menyelamatkan badak ini dari kepunahan hanyalah dengan menggunakan teknik reproduksi buatan, antara lain dengan menggunakan bayi tabung.
ADVERTISEMENT
Sebab, tidaklah mungkin bisa dilahirkan badak putih utara lagi secara alami dan normal jika pejantan dari jenisnya sudah tidak ada lagi yang masih hidup di dunia.
Saat ini Ol Pejeta Conservancy dan Dvůr Králové Zoo sedang bekerja sama dengan IZW Berlin, Avantea Cremona dan Kenya Wildlife Service untuk pertama kalinya mencoba melakukan prosedur pengambilan sel telur milik betina badak putih utara yang masih hidup dan membuahinya dengan sperma dari pejantan badak putih utara yang sudah mati, kemudian embrionya dimasukkan ke dalam rahim betina badak putih selatan.
“Sudan adalah badak putih utara jantan terakhir dan ia lahir di alam liar. Kematiannya merupakan simbol dari ketidakpedulian manusia terhadap alam dan hal ini menyedihkan bagi semua yang mengenal Sudan. Tapi kita tidak boleh menyerah,” kata Jan Stejskal, direktur Proyek Internasional di Dvůr Králové Zoo.
ADVERTISEMENT
Untuk melakukan prosedur ini, dibutuhkan dana setidaknya 9 juta dolar AS atau sekitar 123 miliar rupiah. Karena itu, Ol Pejeta membuka kesempatan bagi siapapun yang ingin memberikan donasi untuk program ini .