Benarkah Makan Daging Kambing Bisa Sebabkan Darah Tinggi?

7 Agustus 2018 19:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sate Kambing di Empal Gentong H. Apud (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sate Kambing di Empal Gentong H. Apud (Foto: Luthfa Nurridha/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebentar lagi Idul Adha akan tiba. Pada Hari Raya umat Islam tersebut, daging, terutama daging kambing, biasanya akan menjadi makanan primadona.
ADVERTISEMENT
Meskipun dapat diolah menjadi berbagai makanan yang menggugah selera seperti gulai kambing, satai, atau nasi kebuli, pada umumnya daging kambing menjadi sosok yang menakutkan bagi penderita tekanan darah tinggi alias hipertensi karena daging ini dipercaya bisa meningkatkan tekanan darah.
Tapi benarkah daging kambing berbahaya bagi penderita hipertensi karena bisa bikin tekanan darah jadi tinggi?
“Nah itu harus diluruskan. Tidak ada di buku mana pun yang mengatakan makan daging kambing itu (menyebabkan) hipertensi,” tegas dr. Tunggul D. Situmorang, Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RS PGI Cikini, saat ditemui kumparanSAINS dalam acara konferensi pers May Measurement Month bersama Indonesian Society of Hypertension (InaSH) dan PT. Omron Health Care Indonesia di Jakarta, Selasa (7/8).
ADVERTISEMENT
“Faktor penyebab hipertensi itu jelas. Itu adalah garam. Jadi enggak ada itu (kambing menyebabkan hipertensi),” tegasnya.
Sate kambing di Xi'an, China. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Sate kambing di Xi'an, China. (Foto: Feby Dwi Sutianto/kumparan)
Lalu bagaimana dengan memakan daging selain daging kambing? Tunggul menegaskan bahwa daging pada umumnya tidak meningkatkan risiko hipertensi. Namun ia juga mengingatkan bahwa memakan lemak yang ada dalam daging dapat meningkatkan risiko kolesterol.
“Memang mereka (penyakit) ini suka datang bersama-sama. Hipertensi, kolesterol, DM (diabetes melitus), asam urat, itu suka datang bersamaan,” jelas Tunggul.
Calon pembeli memilih daging sapi. (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)
zoom-in-whitePerbesar
Calon pembeli memilih daging sapi. (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)
Batasi konsumsi garam
Tunggul mengingatkan, meski garam bisa meningkatkan risiko hipertensi, bukan berarti kita harus meninggalkan garam sepenuhnya. Hal ini dikarenakan garam masih dibutuhkan oleh tubuh, di antaranya untuk memelihara keseimbangan cairan tubuh.
Yang paling penting, menurutnya, adalah memakan garam secukupnya dan menghindari garam berlebihan. “(Tapi) Kalau kalian rasa sudah terlalu asin, yah tinggalkan,” ingatnya.
Ilustrasi garam (Foto: Pexels)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi garam (Foto: Pexels)
Badan Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) menganjurkan, orang yang memiliki tekanan darah normal disarankan untuk mengonsumsi garam 5.000 miligram setiap hari.
ADVERTISEMENT
Adapun pasien hipertensi berat dianjurkan untuk melakukan diet rendah garam I dengan hanya mengonsumsi 200-400 miligram Natrium atau garam setiap harinya. Sementara pasien hipertensi tidak berat dianjurkan melakukan diet rendah garam II dengan mengonsumsi hanya 600-800 miligram atau sekitar setengah sendok teh garam setiap harinya.