news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Benarkah Merokok Vape Bisa Merusak Pembuluh Darah?

26 Agustus 2019 8:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi rokok elektrik atau vape Foto: Dok.Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rokok elektrik atau vape Foto: Dok.Pixabay
ADVERTISEMENT
Merokok sangat berbahaya bagi tubuh manusia, karena kandungan di dalamnya, termasuk nikotin, dapat memicu penyakit jantung, paru-paru dan kanker. Penelitian terkini juga menyebutkan bahwa merokok dengan vape atau rokok elektrik ternyata memiliki dampak yang sama berbahaya, bahkan lebih misterius.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) mengumumkan pemeriksaan serangkaian penyakit misterius terkait vape yang telah menjangkit hampir 100 orang di rumah sakit. Vape diduga dapat menciptakan racun berbahaya ke aliran dan pembuluh darah manusia.
Efek ini terlihat ketika orang tersebut menggunakan e-rokok yang tidak mengandung nikotin. Untuk memastikan bahaya vape, para peneliti merekrut 31 orang dewasa sehat yang tidak merokok.
Lalu, mengikatkan manset ketat di sekitar paha dari masing-masing peserta selama beberapa menit untuk membatasi aliran darah melalui vena utama dan arteri di kaki, yang dikenal sebagai arteri dan vena femoralis. Kemudian, peneliti mengambil manset dan menggunakan magnetic resonance imaging (MRI) untuk mengukur aliran darah partisipan.
Darah Foto: Pixabay
"Biasanya, ketika pembuluh darah ditutup, akan ada permintaan untuk meningkatkan aliran darah ke jaringan yang ditutup, hal ini karena jaringan darah kekurangan oksigen dan nutrisi," ungkap Felix Wehrli, profesor ilmu radiologi dan biofisika di Fakultas Kedokteran University of Pennsylvania Perelman, Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Tebakan mereka tepat, peneliti melihat aliran darah partisipan mengalir jauh lebih cepat, mencapai kecepatan puncak sebelum turun kembali ke tingkat normal selama satu menit atau lebih ketika manset dilepaskan.
Selanjutnya, para peserta diminta mengambil 16 isapan e-rokok yang tidak mengandung nikotin dan sekali lagi mengikatkan manset ke kaki mereka. Pasca mengisap vape, pembuluh darah partisipan ternyata tidak melebar seperti sebelumnya ketika membiarkan darah masuk.
Rata-rata pembuluh darahnya menyempit 34 persen daripada sebelum mengisap vape. Terlebih lagi, akselerasi darah menjadi lebih lambat 25,8 persen, aliran darah maksimum melalui pembuluh darah berkurang sebesar 17,5 persen, kadar oksigen di dalam pembuluh turun sebesar 20 persen. Semua temuan tersebut menunjukkan bahwa vape dapat merusak fungsi pembuluh darah secara singkat.
Ilustrasi vaping. Foto: REUTERS/Mike Blake/Illustration
"Respons normal yang terjadi dalam sirkulasi darah menjadi tumpul ketika seseorang merokok vape, bisa jadi hal ini disebabkan oleh bahan kimia yang ada di dalam cairan vape,” ujar Wehrli.
ADVERTISEMENT
Vape sendiri hadir dalam berbagai merek dan rasa, sementara produsen pembuatan cairan vape memiliki banyak daftar untuk bahan-bahannya. Tetapi bahan dasar utama, seperti propilen glikol dan gliserol, hampir ada di setiap vape.
Patut diketahui bahwa propilen glikol dan gliserol adalah bahan kimia yang ketika dipanaskan dalam suhu tinggi akan membentuk zat lain yang beracun. Sebuah zat yang mampu membuat respons imun toksin diendetelium, atau lapisan pembuluh darah.
Penelitian yang dilakukan Wehrli dan timnya memang hanya membuktikan efek jangka pendek dari vape, karena setelah menggunakan vape lazimnya pembuluh darah partisipan akan kembali normal dalam satu jam atau lebih.
Namun, ini menjadi bukti bahwa kita harus waspada terhadap efek samping vape. Jika setiap hari seseorang merokok dengan vape, pembuluh darah tidak akan punya waktu untuk kembali normal dan dapat menyebabkan penyakit.
ADVERTISEMENT
"Jika jangka pendek saja menimbulkan dampak buruk apalagi dilakukan dalam jangka panjang, tentu dapat menjadi indikator risiko penyakit kardiovaskular," ujar Stanton Glantz, professor kedokteran di University of California, seperti dikutip dari Live Science.
Memang, efek vape berjangka pendek dan sepenuhnya bersifat reversibel (proses suatu sistem kembali ke keadaan awal sesegera mungkin setelah selesainya suatu proses). Juga, belum dapat dipastikan jika vape beresiko menyebabkan penyakit jantung atau kerusakan pembuluh darah secara permanen.
Oleh karenanya, penelitian lebih lanjut sangat diperlukan untuk menguatkan apakah vape akan menimbulkan risiko cedera pembuluh darah yang tidak dapat dipulihkan atau tidak.