Berapa Lama Jasad Manusia Bisa Bertahan dalam Air Laut?

31 Oktober 2018 7:58 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
Petugas Basarnas, TNI, Polri terus menyisir lokasi puing-puing pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Basarnas, TNI, Polri terus menyisir lokasi puing-puing pesawat Lion Air JT-610. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak Senin (29/10) hingga hari ini (31/10), usaha pencarian badan pesawat Lion Air JT-610 dan jasad para penumpangnya yang jatuh di perairan sekitar Tanjung Karawang, Jawa Barat, masih terus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo sendiri telah memerintahkan seluruh tim yang tergabung dalam Basarnas untuk bekerja non-stop dalam mencari korban kecelakaan pesawat Boeing 737 Max 8 dengan nomor registrasi PK-LQP ini.
"Sudah saya perintahkan malam ini tetap kerja 24 jam untuk mempercepat pencarian badan pesawat yang sampai saat ini belum ditemukan meskipun lokasinya kurang lebih sudah diketahui," kata Jokowi saat menggelar konferensi pers di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banteng, Senin (29/10).
Sejauh ini Basarnas sudah menemukan 47 kantong jenazah korban kecelakaan pesawat ini yang ditemukan. Direktur Operasi Basarnas Brigjen TNI (Mar) Bambang Suryo Aji memprediksi masih banyak korban yang berada di tubuh pesawat. Sebab, hingga saat ini, yang ditemukan petugas baru potongan tubuh, bukan jenazah utuh.
ADVERTISEMENT
Lalu berapa lama jasad manusia bisa bertahan di dalam air laut?
Proses pembusukan jasad manusia di darat berbeda dengan pembusukan di dalam air laut. Dikutip dari Science Focus, temperatur air mempengaruhi proses pembusukan tubuh manusia di dalam laut.
Dalam kondisi air yang dingin, bakteri yang menyebabkan tubuh manusia membengkak mungkin akan bekerja lebih lambat. Selain itu, air dingin juga menyebabkan munculnya formasi adipocere, yakni zat lilin yang terbentuk dari lemak tubuh yang melindungi tubuh dari pembusukan.
Kapal Basarnas di perairan Tanjung pakis Karawang saat melakukan pencarian korban pesawat Lion air JT 610, Selasa (30/10/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kapal Basarnas di perairan Tanjung pakis Karawang saat melakukan pencarian korban pesawat Lion air JT 610, Selasa (30/10/2018). (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Scientific American melaporkan bahwa saat jenazah berada di dalam laut dengan temperatur air kurang dari 21 derajat Celcius, dalam tiga minggu bagian tubuh yang lunak akan berubah menjadi asam lemak yang menghentikan pertumbuhan bakteri.
ADVERTISEMENT
Namun faktor penyebab hancurnya tubuh manusia di dalam air laut bukan hanya bakteri. Menurut buku Forensic Taphonomy: The Postmortem Fate of Human Remains yang ditulis William D Haglund and Marcella H. Sorg, tubuh manusia akan menjadi mangsa hewan-hewan laut. Bukan hanya hewan-hewan laut yang besar, kepiting juga ikan-ikan kecil juga akan memakan beberapa bagian tubuh yang lunak, seperti mata dan bibir.
Selain itu, kulit tubuh juga akan menyerap air sehingga membuatnya terkelupas dari jaringan di bawahnya dalam kisaran waktu satu minggu. Hal ini bisa membuat ikan, kepiting, dan hewan lainnya bisa memangsa daging manusia.
Petugas Tim SAR melakukan pencarian pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Arif Ariadi)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas Tim SAR melakukan pencarian pesawat Lion Air JT-610 di perairan Karawang, Jawa Barat, Senin (29/10/2018). (Foto: ANTARA FOTO/Arif Ariadi)
Pernah dilaporkan ada temuan tubuh manusia yang masih dalam keadaan utuh di dalam air dengan temperatur di bawah 7 derajat Celcius setelah terendam beberapa minggu.
ADVERTISEMENT
Sementara dalam perairan tropis yang hangat, tubuh manusia biasanya akan mengambang di permukaan setelah tiga atau empat hari. Hal ini membuatnya bisa dimangsa burung-burung laut. Kemudian hewan-hewan laut yang lebih kecil juga bisa memangsa tubuh itu dan membuatnya kembali tenggelam ke dasar laut.
Di dasar laut, tulang belulang itu perlahan-lahan akan terkubur oleh lumpur laut atau mungkin malah hancur dalam waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, tergantung tingkat keasaman air.
Beberapa riset terkait
Ada hasil sebuah riset menarik yang dipublikasikan di jurnal Legal Medicine pada 2002 lalu. Riset ini mempelajari sembilan tubuh manusia yang terdampar ratusan kilometer dari pantai Portugis dan Spanyol yang lautnya berair dingin.
Tubuh yang berhasil ditemukan pada minggu pertama masih berada dalam kondisi yang baik, meski telah muncul tanda-tanda pembusukan. Sementara ubuh yang ditemukan setelah 20 hari telah mengalami pembusukan dan baru bisa diidentifikasi melalui DNA atau data rekam gigi.
Petugas membawa kantong jenazah korban pesawat Lion Air JT-610 di Dermaga JICT, Selasa (30/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputa/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Petugas membawa kantong jenazah korban pesawat Lion Air JT-610 di Dermaga JICT, Selasa (30/10/2018). (Foto: Irfan Adi Saputa/kumparan)
Adapun pada 2008 ada riset yang mempelajari dampak perairan bertemperatur hangat pada mayat manusia. Kala itu peneliti mempelajari dua tubuh manusia yang ditemukan dari kecelakaan pesawat yang berbeda.
ADVERTISEMENT
Temuan pertama adalah tubuh yang sebagiannya telah berubah menjadi tulang belulang. Tubuh ini ditemukan di daerah Sisilia, Italia, 34 hari setelah kecelakaan. Sementara tubuh kedua ditemukan tiga bulan setelah kecelakaan di daerah perairan Namibia, Afrika, dan telah berubah seutuhnya jadi tulang-belulang.
Perairan Tanjung Karawang sendiri masih berada dalam wilayah Laut Jawa. Perairan ini merupakan perairan tropis yang hangat, bukan perairan bertemperatur dingin.