Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Pernahkan kita menyadari bahwa diri kita selalu berada dalam proses berpikir yang tidak berujung? Sering kali, kita mencoba untuk menghentikan aliran pikiran ini dengan mengatakan pada diri sendiri agar berhenti berpikir. Tetapi dapatkah kita benar-benar berhenti berpikir?
ADVERTISEMENT
Menurut Julia Kam, ilmuwan kognitif di Knight Lab di University of California, Berkeley, Amerika Serikat, semua itu tergantung bagaimana kita mendefinisikan kata "berpikir". Pemikiran terjadi akibat hasil dari percikan sel-sel otak, baik itu secara sadar atau pun tidak sadar.
Jenis pemikiran yang kita sadari, seperti pikiran yang muncul ketika mencoba untuk tidur, secara teori dapat dibungkam. Pembungkaman pikiran ini disebut meditasi. Hanya saja, untuk mengosongkan pikiran seutuhnya atau berhenti berpikir ialah hal yang berbeda dengan meditasi.
"Saya tidak tahu apakah berhenti berpikir sepenuhnya mungkin dilakukan secara teori, dan jika ‘ya’ saya pikir itu akan sangat sulit untuk diuji," ungkap Julia, seperti diberitakan Live Science.
Meditasi yang dilakukan para mediator sebetulnya ialah pembungkaman pikiran yang tidak jelas. Selain itu, meditasi yang diajarkan oleh para mediator adalah mengarahkan pikiran kita untuk fokus pada satu hal.
ADVERTISEMENT
Proses ini membuat otak mereka memberikan perhatian pada satu fokus saja sehingga pikiran-pikiran lainnya tidak dapat mengganggu fokus kita. Jadi, pikiran mereka tak pernah benar-benar kosong dan prosesnya tak pernah berhenti.
Kita pun patut memahami bahwa ada perbedaan antara "memiliki pikiran" dan "menyadari bahwa kita memiliki pemikiran". Contohnya, jika kita bertanya kepada seseorang "apa yang sedang mereka pikirkan" lalu mereka menjawab "tidak ada," itu artinya mereka tidak menyadari bahwa mereka sedang berpikir. Sementara itu, orang-orang yang berpikir tentang "tidak ada" memiliki aliran kesadaran dan lebih menyadari bahwa sebenarnya mereka sedang berpikir.
Kebanyakan pikiran terjadi tanpa kita sadari dan tidak ada cara yang dapat menghentikannya. Sebagai contohnya, jika kamu sedang berada di tengah kerumunan lalu bertemu orang yang familiar, pasti otak akan merespons untuk mengingat kembali nama dan wajah dari rekan atau saudaramu.
Lalu, setelah berjam-jam mengingat, akhirnya kamu pun kembali ingat siapa orang tersebut. Inilah akibat dari otak yang "berpikir". Bahkan ketika kamu membuat keputusan secara tidak sadar pun sebenarnya kamu telah berpikir. Sebagai contoh lainnya, pikiran membuat kita memiliki "firasat", yang nantinya secara tidak sadar akan mempengaruhi pengambilan keputusan.
ADVERTISEMENT
Jadi, jika kita mendefinisikan "berhenti berpikir" dengan berhenti melakukan dialog batin dengan diri sendiri atas pikiran-pikiran kita, itu memang bisa dilakukan secara sadar. Namun, jika kita bermaksud "berhenti berpikir" dengan tidak memusatkan perhatian pada sesuatu yang khusus, maka itu akan sangat sulit sekali dan saat ini masih belum ada penelitian yang mengetahui cara untuk melakukannya.