Cacing Pita 2,8 Meter Ditemukan dalam Tubuh Pasien di Singapura

29 Januari 2018 14:11 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cacing pita sepanjang 2,8 m (Foto: Singapore General Hospital's Department of Microbiology)
zoom-in-whitePerbesar
Cacing pita sepanjang 2,8 m (Foto: Singapore General Hospital's Department of Microbiology)
ADVERTISEMENT
Seekor cacing pita sepanjang 2,8 meter ditemukan di dalam tubuh seorang wanita sehat yang sebelumnya tak menunjukkan gejala sakit apapun.
ADVERTISEMENT
Dilansir Strait Times, Senin (29/1), cacing tersebut mempunyai panjang yang melebihi tinggi badan pasien tersebut. Saking panjangnya, Departemen Mikrobiologi, Singapura General Hospital Singapur, melipat cacing tersebut sebanyak 18 kali agar bisa ditangkap kamera untuk di dokumentasikan.
Profesor Hsu Li Yang, ahli penyakit menular di Singapura mangatakan pasien yang di tubuhnya terdapat cacing itu tidak menunjukkan tanda atau gejala apapun yang mengindikasikan ada hewan parasit di dalam tubuhnya.
"Pasien sangat takut saat mendapati cacing pita itu keluar melalui rektumnya," ahli penyakit menular Hsu Li Yang.
Dia juga yakin bahwa parasit cacing 2,8 meter dalam tubuh pasien itu merupakan jenis cacing pita, karena menurutnya tidak ada parasit lain yang mampu hidup di tubuh manusia dengan jangka waktu yang lama dan panjang.
ADVERTISEMENT
"Sekarang pertanyaannya, jenis cacing pita apa itu. Informasi itu akan membantu menjawab bagaimana pasien mendapatkan cacing semacam itu," tambahnya.
Seekor cacing pita dewasa memiliki kepala, leher dan rantai segmen yang disebut proglottida. Selama menjadi parasit, kepala cacing pita itu menempel pada dinding usus, dan proglottida tumbuh serta menghasilkan telur.
Dari kejadian pasien tersebut, Hsu curiga cacing pita yang ada di tubuh pasien itu berasal dari ikan yang dikonsumsinya. Mengingat selama bertahun-tahun ini di Singapura konsumsi ikan terus meningkat. Tapi hal ini tidak dapat dikonfirmasi secara pasti karena tidak ada data yang akurat dan orang-orang yang terinfeksi kebanyakan tidak memiliki gejala yang signifikan.
Hsu juga mengungkapkan kasus seperti ini sudah pernah ditemukan pada 2016 karena kebiasaan sering memakan daging babi, sapi atau ikan yang mentah atau setengah mentah. Hal ini bisa membuat cacing yang hidup di daging tersebut masuk ke dalam tubuh manusia. Sebagian besar ikan yang mengandung cacing pita itu karena lingkungan hidup mereka di air tawar, seperti salmon.
ADVERTISEMENT
Walaupun pasien yang menderita infeksi cacing pita ini tidak memiliki gejala, namun Hsu mengatakan biasanya orang yang teridentifikasi akan merasaka mual, lemah, sakit petut dan diare.
Di National University Hospital (NUH), mencatat kasus cacing terpanjang yang pernah terekam oleh medis sejauh ini adalah cacing pita babi sepanjang 1 meter, lima tahun yang lalu.
Menurut Dr Jolene Oon, seorang konsultan pada divisi penyakit menular NUH, secara keseluruhan di Singapura, ada sekitar dua sampai tiga kasus cacing di tubuh manusia setiap tahunnya. Namun kasus itu mungkin termasuk parasit cacing lain seperti cacing tambang yang diperoleh dari sanitasi yang buruk, bukan karena memakan makanan mentah.
Di sisi lain, ada pula beberapa kasus infeksi bakteri akibat mengonsumsi makanan laut mentah atau kurang matang. Salah satu contoh yang terkenal adalah infeksi Streptococcus B akibat mengkonsumsi ikan mentah. Kasus terbanyak infeksi itu terjadi pada 2015 silam.
ADVERTISEMENT
Dr Goh E. Shaun, seorang konsultan di Rumah Sakit Raffles, ikut menjelaskan sangat sulit untuk mengidentifikasi dengan mata telanjang jika ada sepotong ikan mentah yag terkontaminasi. Hanya koki sushi berpengalaman dan pemasok ikan yang bisa mendeteksi parasit dalam daging ikan.