Cara Astronom Ambil Foto Black Hole untuk Pertama Kali Dalam Sejarah

11 April 2019 8:03 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Teleskop luar angkasa di Gurun Atacama, Chile. Foto: @ehtelescope/Twitter
zoom-in-whitePerbesar
Teleskop luar angkasa di Gurun Atacama, Chile. Foto: @ehtelescope/Twitter
ADVERTISEMENT
Akhirnya, umat manusia bisa melihat gambar black hole alias lubang hitam. Foto ini berhasil ditangkap para astronom berkat bantuan jaringan teleskop bernama Event Horizon Telescope (EHT) yang tersebar di seluruh dunia.
ADVERTISEMENT
Ada delapan teleskop yang bekerja sama dalam menghadirkan gambar black hole ini. Lokasi teleskop-teleskop ini ada di Hawaii dan Arizona di AS, Meksiko, Sierra Nevada di Spanyol, Gurun Atacama di Chile, dan Antartika.
Delapan teleskop yang terlibat adalah ALMA, APEX, IRAM, James Clerk Maxwell Telescope, Large Milimeter Telescope Alfonso Serrano, Submilimeter Array, Submillimeter Telescope, dan South Pole Telescope.
Ini penampakan black hole pertama yang berhasil diabadikan umat manusia. Gambar ini diambil dengan bantuan delapan teleskop berbeda yang tersebar di seluruh dunia. Foto: Event Horizon Telescope (EHT)
Jaringan teleskop EHT menggunakan teknik bernama very-long-baseline interferometry (VLBI) untuk menangkap gambar black hole yang ukurannya 3 juta kali lebih besar dari Bumi itu. Teknik ini membuat delapan teleskop EHT bekerja berbarengan.
Selain itu, VLBI juga memanfaatkan rotasi Bumi untuk seolah-olah membuat sebuah "teleskop" seukuran Bumi. "Teleskop" Bumi ini punya kemampuan untuk mencapai resolusi angular 20 mikro arksekon. Resolusi itu bisa membuat seseorang membaca koran di New York dari Paris.
ADVERTISEMENT
Jadi data-data mentah dari delapan teleskop ini dikumpulkan dalam satu super komputer. Super komputer itu berada di Max Planck Institute for Radio Astronomy dan MIT Haystack Observatory. Di sana data-datanya dikombinasikan dan akhirnya menghasilkan gambar bersejarah ini.
"Kita telah berhasil mencapai sesuatu yang dianggap tidak mungkin bisa terjadi satu generasi lalu," kata Sheperd S. Doeleman, Direktur Proyek EHT.
"Terobosan dalam teknologi, konektivitas antara teleskop radio terbaik dunia, dan inovasi algoritma semuanya bersatu demi membuka sebuah jendela baru dalam mempelajari black hole," imbuhnya, dalam pernyataan di laman resmi EHT.