Demi Selamatkan Kura-kura Punk, Peneliti Rela Jualan Cokelat

21 April 2018 10:59 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kura-kura Sungai Mary. (Foto: Chris van Wyk via Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Kura-kura Sungai Mary. (Foto: Chris van Wyk via Flickr)
ADVERTISEMENT
Upaya untuk menyelamatkan kura-kura punk dari kepunahan tampaknya tidak berjalan mulus. Kura-kura yang memiliki habitat di sungai Mary, Queensland, Australia ini, terancam punah akibat habitatnya yang semakin kotor.
ADVERTISEMENT
Sejak beberapa tahun lalu, draf rencana untuk penyelamatan kura-kura dan spesies lain yang hidup di sungai Mary masih menunggu untuk disahkan oleh pemerintah. Sampai sekarang, belum ada jawaban dari pemerintah mengenai hal ini.
Dalam berita The Guardian sebelumnya, terungkap bahwa kura-kura langka ini hanya bisa ditemukan di sungai Mary, dan sampai sekarang, belum ada rencana dari pemerintah setempat untuk melindungi kura-kura tersebut.
Karena itu, demi mendapatkan dana untuk melestarikan kura-kura punk, para ahli konservasi memutuskan untuk menjual cokelat berbentuk kura-kura dan meminta dana ke Uni Emirat Arab.
Kura-kura Sungai Mary. (Foto: Chris van Wyk via Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Kura-kura Sungai Mary. (Foto: Chris van Wyk via Flickr)
Peneliti bernama Marilyn Connell dari Charles Darwin University, adalah salah satu kelompok relawan dengan kelompok Tiaro Landcare yang telah berusaha mengumpulkan dana untuk perlindungan kura-kura. Mereka fokus untuk melindungi sarang penyu dari pemangsa, mendanai penelitian ilmiah untuk spesies ini, dan berupaya agar masyarakat lebih mengenal kura-kura ini.
ADVERTISEMENT
Connell mengatakan, mereka sangat bergantung pada dana dari luar Australia, termasuk dari Mohamed bin Zayed Conservation Fund, yang dipimpin oleh Mohamed bin Zayed Al Nahyan, putra mahkota Abu Dhabi, yang telah mendukung kelompok tersebut selama tiga tahun.
Tahun lalu, mereka juga menerima donasi dari kelompok herpetologi Stockholm. Connell juga mengatakan kalau mereka membutuhkan dana 40 ribu dolar Australia atau sekitar Rp 426 juta setiap tahunnya, dan salah satu sumber dana mereka adalah dari berjualan cokelat berbentuk penyu.