Hasil Ekspedisi Laut Dalam Jawa 2 Minggu: 12 Spesies Baru Ditemukan

25 April 2018 9:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pemandangan bawah laut Palau. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Pemandangan bawah laut Palau. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Sekelompok tim yang terdiri dari 31 peneliti dan 25 staf pendukung mengadakan ekspedisi di laut dalam Pulau Jawa. Ekspedisi bertajuk South Java Deep Seas Biodiversity Expedition 2018 (SJADES 2018) itu dipimpin oleh Profesor Dwi Listyo Rahayu dari Pusat Penelitian Oseonagrafi LIPI dan Peter Ng dari Lee Kong Chian Natural History Museum di National University of Singapore (NUS).
ADVERTISEMENT
Ekspedisi ini memakan waktu selama 14 hari, yakni sejak 23 Maret hingga 5 April 2018.
Selama ekspedisi berlangsung, ditemukan 800 spesies dari 200 famili porifera (spons), ubur-ubur, moluska, bintang laut, bulu babi, cacing laut, kepiting, udang, hingga ikan.
Lebih dari 12 spesies baru kelomang, udang, lobster, dan kepiting ditemukan. Selain itu, sebagaimana dilansir laman NUS, lebih dari 40 spesies dari berbagai jenis hewan yang ditemukan dari hasil ekspedisi ini merupakan rekor baru bagi Indonesia.
Sampai saat ini, belum ada penjelasan rekor atau spesies baru apa saja yang ditemukan. Sampel yang dikumpulkan akan terlebih dahulu dipelajari secara lebih cermat dan hasilnya akan diumumkan pada workshop khusus yang akan diadakan di Indonesia pada 2020.
ADVERTISEMENT
Beberapa makhluk dari laut dalam jenis baru yang ditemukan ini antara lain adalah kepiting yang memiliki duri halus dan mata merah darah, lobster dengan capit panjang dan cangkang bermotif zebra, serta kelomang bermata hijau dan bercapit oranye.
Ekspedisi selama dua minggu ini dilakukan dengan menggunakan Kapal Baruna Jaya VIII. Perjalanan dimulai dari Muara Baru, Jakarta, dan bergerak melawan jarum jam ke arah Selat Sunda. Dari sana tim kemudian mengarungi perairan menuju ke selatan Pulau Jawa dan berakhir di Cilacap. Total, 2.200 kilometer jarak telah ditempuh oleh tim ekspedisi ini.
Profesor Dwi Listyo Rahayu mengatakan ekspedisi yang dilakukan dengan berkolaborasi dengan para peneliti dari Singapura ini merupakan sebuah keuntungan tersendiri bagi Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Para ilmuwan Indonesia mendapat keuntungan dari ekspedisi ini baik secara pribadi maupun profesional, ini merupakan pelatihan bagi peneliti muda kita. Melalui interaksi dengan para ilmuwan internasional, mereka dihadapkan pada teknik dan metodologi ilmiah baru dalam lingkungan yang menyajikan serangkaian tantangan dari spesialisasi ilmiah mereka sendiri,” ujar Rahayu.