Hentikan Pengambilan Air Tanah untuk Cegah Jakarta Tenggelam

24 Desember 2017 19:42 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bangunan di Muara Baru. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan di Muara Baru. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Berdasarkan perhitungan kasar, wilayah Jakarta Utara hingga Jakarta Pusat diprediksi akan tenggelam dalam waktu 40 tahun ke depan. Perhitungan ini melibatkan data ketinggian tanah di DKI Jakarta saat ini serta kecepatan penurunan tanah ibu kota setiap tahunnya .
ADVERTISEMENT
“Kami punya data topografi Jakarta, di Jakarta Utara sampai ke Jakarta Pusat itu ketinggiannya 1 sampai 8 meter di atas permukaan laut,” tutur Heri kepada kumparan (kumparan.com), Ahad (24/12).
Sementara terkait penurunan tanah, berdasarkan hasil penelitian Heri, ketinggian tanah ibu kota tercatat selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. “Ada yang dari 1 sentimeter per tahun, ada juga yang sampai 20 sentimeter per tahun di beberapa tempat,” papar Heri.
Oleh karena itu, jika kita asumsikan semua wilayah di Jakarta Utara hingga Jakarta Pusat memiliki kecepatan penurunan tanah sebesar 20 sentimeter per tahun alias 0,2 meter per tahun, dapat kita perkirakan dalam 40 tahun ke depan semua wilayah itu akan sama atau lebih rendah dibanding ketinggian permukaan laut sehingga akan tenggelam.
ADVERTISEMENT
Perhitungannya mudah, yakni 8 meter dibagi 0,2 meter per tahun sama dengan 40 tahun.
Bangunan di Muara Baru. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Bangunan di Muara Baru. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
Heri mengatakan penyebab penurunan tanah di Jakarta adalah pengambilan air tanah yang berlebihan. “Karena ketika air tanah diambil, di bawah tanah akan ada kekosongan pori. Nanti bentuk adaptasinya, tanah di atasnya (pori tersebut) akan turun ke bawah,” jelasnya.
Heri mengatakan ada dua upaya untuk menanggulangi risiko bencana tenggelamnya Jakarta, yaitu adaptasi dan mitigasi.
“Kalau kita mampu melakukan mitigasi itu yang paling bagus. Sekarang kalau mitigasi kan kita harus menghentikan penurunan tanahnya tersebut. Pertanyaannya bisa apa enggak? Secara teori itu bisa,” kata Heri.
Cara menghentikan penurunan tanah tersebut adalah dengan menghentikan pengambilan air tanah yang berlebihan.
ADVERTISEMENT
Heri menuturkan, dalam beberapa kasus di dunia penghentian pengambilan air tanah terbukti berhasil menghentikan penurunan tanah. “Nah jadi mitigasi terbaik dari penurunan tanah itu adalah menghentikan pengambilan air tanah,” tegasnya.
Selama ini, menurutnya, dari seluruh kebutuhan air di Jakarta, baru 40 persen yang bisa disediakan oleh pemerintah. Sementara 60 persen lainnya masih diambil dari air tanah.
“Jadi pemerintah PDAM itu baru bisa 40 persenan lah. 60 persen kan ambil dari air tanah,” ujarnya lagi.
Mengutip lansiran New York Times, kurangnya ruang terbuka hijau juga menjadi penyebab Jakarta untuk tenggelam. Saat ini 97 persen lahan Jakarta sudah tertutup semen dan bangunan sehingga air hujan yang turun mengalir begitu saja tanpa ada yang masuk lagi ke tanah.
ADVERTISEMENT
Maka selain menghentikan pengambilan air tanah yang berlebihan, memperluas ruang terbuka hijau di Jakarta juga menjadi upaya yang perlu untuk dilakukan.