Hidup di Jakarta Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes Melitus

4 Mei 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Kota Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kota Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hasil sebuah riset mengungkapkan bahwa hidup di Jakarta ternyata meningkatkan risiko obesitas dan diabetes melitus. Riset ini dilakukan oleh sekelompok peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) dan Leiden University Medical Center pada tahun 2013 sampai 2015 lalu.
ADVERTISEMENT
Riset yang hasilnya telah dipublikasikan di jurnal Scientific Reports pada 25 Mei tahun lalu ini mengungkapkan bahwa indeks massa tubuh seseorang meningkat 0,15 kilogram per meter persegi tiap satu tahun ia tinggal di Jakarta. Bila rata-rata tinggi badan laki-laki di Indonesia 160 sentimeter, maka berat badan naik sebesar 0,4 kilogram per tahun.
Dicky Levenus Tahapary, dosen FK UI sekaligus peneliti utama dalam riset ini, menduga kuat bahwa gaya hidup urban, seperti konsumsi makanan cepat saji yang berkalori tinggi dan lebih banyak menghabiskan waktu duduk di depan komputer, sebagai pemicu pertambahan berat badan ini.
“Selain itu, tinggal di perkotaan dikaitkan dengan peningkatan kegemukan di daerah perut (obesitas sentral). Tinggal di kota menambah lingkar perut rata-rata 0,5 sentimeter per tahun,” tulis Dicky di The Conversation.
Ilustrasi perut. Foto: shutterstock
Indeks massa tubuh dan lingkar perut merupakan penanda adanya penumpukan lemak dalam tubuh. Jadi, kondisi ini terkait erat dengan obesitas dan risiko diabetes melitus.
ADVERTISEMENT
“Obesitas, kondisi medis berupa kelebihan lemak tubuh, menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan individu seperti diabetes melitus atau kencing manis,” jelas Dicky.
Adapun diabetes melitus sendiri merupakan beban yang besar bagi Indonesia karena dikaitkan dengan timbulnya berbagai komplikasi seperti jantung, gagal ginjal, kebutaan, amputasi, dan stroke. Selain itu, penyakit ini juga dikaitkan dengan beban pembiayaan kesehatan yang tinggi.
Ilustrasi sakit jantung Foto: Shutterstock
Menurut Dicky, ada empat langkah penting untuk mencegah obesitas dan diabetes mellitus, yaitu menjaga pola makan yang sehat, menerapkan pola hidup aktif, mengenali faktor risikonya, dan memeriksakan kesehatan diri secara berkala.
“Perlu diingat bahwa hampir tiga dari empat penyandang diabetes melitus di Indonesia tidak mengetahui dirinya menyandang diabetes melitus kalau tidak menjalani pemeriksaan darah,” kata Dicky.
ADVERTISEMENT
Jadi, bila Anda punya risiko terkena diabetes melitus --misalnya karena memiliki riwayat keluarga kandung dengan diabetes, jarang makan sayur dan buah, jarang beraktivitas fisik, memiliki tekanan darah tinggi, dan kegemukan-- maka sebaiknya Anda memeriksakan gula darah setidaknya setahun sekali.