Hilang Selama 38 Tahun, Lebah Raksasa Asli Indonesia Ditemukan Kembali

22 Februari 2019 13:09 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:03 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lebah raksasa Wallace atau Megachile pluto Foto: Clay Bolt
zoom-in-whitePerbesar
Lebah raksasa Wallace atau Megachile pluto Foto: Clay Bolt
ADVERTISEMENT
Jika kita bandingkan dengan lebah madu yang punya penampilan ramah, lebah raksasa Wallace akan terlihat lebih menyeramkan. Mungkin ini karena ukurannya yang sebesar ibu jari orang dewasa dan capit raksasa mirip kumbang rusa yang menghiasi kepalanya.
ADVERTISEMENT
Lebah ini sempat menghilang selama 38 tahun terakhir sehingga para ilmuwan menduga hewan ini sudah punah. Beruntung, lebah yang disebut terbesar di dunia ini telah kembali ditemukan di Indonesia, tepatnya di Maluku Utara.
Seekor lebah betina berwarna kehitaman ini ditemukan oleh tim gabungan ahli biologi dari AS dan Australia. Mereka menemukan lebah raksasa Wallace atau Megachile pluto ini hidup di dalam sarang rayap di sebuah pohon setinggi dua meter.
"Benar-benar menakjubkan untuk bisa melihat serangga 'bulldog terbang' yang sebelumnya keberadaannya kita tidak ketahui apakah masih ada atau tidak," ujar Clay Bolt, fotografer spesialis yang berhasil mendapatkan foto pertama lebah tersebut.
"Bisa melihat betapa cantik dan besarnya spesies ini saat hidup, bisa mendengar suara kepakan sayap raksasanya saat ia terbang melewati kepada saya adalah perasaan yang luar biasa," tambah dia kepada The Guardian.
ADVERTISEMENT
Lebah raksasa ini pertama kali diketahui keberadaannya pada 1858 oleh penjelajah asal Inggris, Alfred Russel Wallace. Ia menemukannya di Indonesia, yakni di Pulau Bacan, Maluku.
Wallace mendeskripsikan lebah betina temuannya sebagai "serangga besar mirip tawon dengan capit mirip kumbang rusa".
Meski lebah ini memiliki ukuran besar, ia jarang ditemukan dan dipelajari. Tidak banyak yang diketahui mengenai kehidupannya, seperti cara ia membuat sarang.
Terakhir kali lebah ini terlihat oleh peneliti pada 1981. Kala itu Adam Messer, entomolog atau ahli ilmu serangga asal AS, menemukannya di tiga pulau berbeda di Indonesia.
Waktu itu, Messer sempat mengamati bagaimana si lebah raksasa menggunakan rahang bawahnya untuk mengumpulkan getah dan kayu. Ia menggunakan bahan-bahan tersebut untuk membuat sarangnya yang anti rayap.
ADVERTISEMENT
Baru sekarang ini keberadaan si lebah ditemukan kembali. Temuan atas lebah betina ini memberi harapan bahwa spesies ini masih hidup di hutan-hutan di Indonesia.
Tapi hidupnya sedang terancam. Penggundulan hutan secara besar-besar di Indonesia mengganggu habitatnya, serta ukuran dan kelangkaannya, membuat lebah raksasa Wallace jadi target para kolektor. Sedihnya, tidak ada perlindungan legal terhadap perdagangan lebah raksasa Wallace.
Robin Moore, ahli konservasi biologi dari Global Wildlife Conservation, mengatakan bahwa ada risiko saat memberitakan temuan lebah raksasa ini.
Ia berkata, sangat penting bagi para ahli konservasi untuk membuat pemerintah Indonesia menyadari kehadiran lebah ini dan mengambil langkah untuk melindungi spesies serta habitatnya.
"Dengan membuat lebah ini sebagai yang terdepan untuk dilestarikan, kami percaya bahwa spesies ini bisa memiliki masa depan cerah dibanding kalau kita membiarkannya untuk hilang begitu saja," imbuh dia.
ADVERTISEMENT