Ilmuwan Ciptakan Mineral yang Bisa Serap Karbon Dioksida dari Atmosfer

15 Agustus 2018 20:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Awan hitam pekat di Aceh (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)
zoom-in-whitePerbesar
Awan hitam pekat di Aceh (Foto: ANTARA FOTO/Rahmad)
ADVERTISEMENT
Sekelompok ilmuwan berhasil menciptakan cara cepat untuk memproduksi magnesit, mineral yang bisa menyerap dan menyimpan karbon dioksida. Jika mineral ini nantinya bisa diproduksi dalam skala industri, maka ini akan membuka kemungkinan bagi manusia untuk bisa menghilangkan gas karbon dioksida dari atmosfer dan menyimpannya selama jangka waktu yang panjang.
ADVERTISEMENT
Penemuan para ilmuwan ini terbilang penting. Pasalnya, karbon dioksida yang ada di atmosfer adalah gas yang memicu pemanasan global. Maka dengan diciptakannya mineral ini, para peneliti berharap kita bisa melawan dan memperlambat efek pemanasan global akibat keberadaan gas tersebut.
Hasil penemuan atas cara cepat membuat magnesit ini telah dipresentasikan dalam konferensi Goldschmidt yang berlangsung sejak 12 hingga 17 Agustus 2018 di Boston, Amerika Serikat.
Saat ini para ilmuwan sedang berupaya untuk memperlambat pemanasan global dengan cara menghilangkan karbon dioksida dari atmosfer. Akan tetapi, sayangnya, upaya ini banyak menemui batasan ekonomis dan praktis yang serius dalam mengembangkan teknologinya.
Kini, dengan adanya penemuan terbaru ini, maka para ilmuwan menawarkan solusi atas permasalahan pemanasan global tersebut. Mereka memaparkan, dengan cara pembentukan dan kristalisasi magnesit yang cepat pada suhu rendah ini, satu ton magnesit yang terbentuk dapat menghilangkan sekitar setengah ton karbon dioksida dari atmosfer.
ADVERTISEMENT
"Pekerjaan kami ini menunjukkan dua hal. Pertama, kami telah menjelaskan bagaimana dan seberapa cepat magnesit terbentuk secara alami. (Padahal) ini adalah proses yang memakan waktu ratusan hingga ribuan tahun di permukaan Bumi. Hal kedua yang telah kami lakukan adalah menunjukkan jalan pintas yang mempercepat proses ini secara dramatis," jelas pemimpin proyek pembuatan cepat magnesit ini, Professor Ian Power dari Trent University, Ontario, Kanada, dilansir Phys.org.
Ilustrasi Awan (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Awan (Foto: Pixabay)
Dalam hasil riset yang dipresentasikan di konferensi Goldschmidt itu, para peneliti mampu menunjukkan bahwa dengan menggunakan mikrosfer polystyrene sebagai katalis, magnesit akan terbentuk dalam 72 hari. "Menggunakan mikrosfer berarti bahwa kami dapat mempercepat pembentukan magnesit berdasarkan jumlah yang diinginkan. Proses ini terjadi pada suhu kamar, yang berarti bahwa produksi magnesit sangat hemat energi,” tutur Power.
ADVERTISEMENT
"Untuk saat ini, kami mengakui bahwa ini adalah proses eksperimental, dan perlu ditingkatkan sebelum kita bisa yakin bahwa magnesit dapat digunakan dalam penyerapan karbon (mengambil CO2 dari atmosfer dan menyimpannya secara permanen sebagai magnesit),” ujar Power lagi,
Menurutnya, proyek ini akan tergantung pada beberapa variabel, seperti harga karbon yang merupakan unsur pembentuk magnesit (MgCO3) dan penyempurnaan teknologi sekuestrasi yang digunakan dalam proyek ini. Meski begitu, ia mengatakan bahwa timnya yakin bisa mewujudkan proyek besar ini.
Lautan Awan di Mangunan (Foto: Flickr / yopi priyatna)
zoom-in-whitePerbesar
Lautan Awan di Mangunan (Foto: Flickr / yopi priyatna)
Mengomentari penemuan ini, Professor Peter Kelemen dari Columbia University mengatakan terkesan dan tertarik atas terobosan Powell dan tim risetnya.
"Ini benar-benar menarik bahwa kelompok (riset) ini telah menyusun mekanisme kristalisasi magnesit alami pada suhu rendah, seperti yang telah diamati sebelumnya -tetapi tidak dijelaskan- dalam pelapukan batuan ultrabasa. Potensi untuk mempercepat proses juga penting, berpotensi menawarkan jalan yang relatif mudah dan murah untuk penyimpanan karbon, dan bahkan mungkin langsung menghilangkan CO2 dari udara," pujinya.
ADVERTISEMENT