Ilmuwan Temukan Virus yang Bisa Musnahkan Populasi Amfibi di Brasil

4 Juli 2019 8:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Untuk pertama kalinya, virus mematikan yang mampu memusnahkan populasi amfibi terdeteksi pada sejumlah katak liar yang hidup di Hutan Atlantik, Brasil. Penemuan ini memicu kekhawatiran apakah virus tersebut akan menyebabkan “bencana” bagi populasi amfibi di wilayah tersebut.
ADVERTISEMENT
"Penemuan ini menimbulkan kekhawatiran, karena ini adalah ranavirus pertama kali yang ditemukan di wilayah alam sini. Epidemi (virus ini) pernah dilaporkan pada 2006 dan 2009, tetapi itu terjadi di peternakan katak, bukan di alam liar," kata Joice Ruggeri dari Biology Institute dari University of Campinas (IB-UNICAMP), sebagaimana dari IFL Science.
"Virus ini telah terdeteksi di alam, di tempat lain di dunia, dan dikaitkan dengan penurunan populasi amfibi, kelompok vertebrata yang paling terancam punah di Bumi," imbuh Ruggeri lagi selaku peneliti utama dalam riset penemuan virus ini. Laporan hasil penelitian soal temuan virus ini telah diterbitkan dalam Journal of Wildlife Diseases .
Virus yang disebut sebagai Ranavirus ini telah dikaitkan dengan penurunan atau kepunahan amfibi di dunia. Virus ini dapat menyebabkan ulserasi kulit, edema, dan pendarahan internal pada amfibi, tetapi tidak akan memengaruhi manusia.
Katak pohon bermata merah. Foto: Trond Larsen via Conservation International
Dalam penelitian ini, para peneliti mengumpulkan katak liar dan berudu dari dua kolam di selatan kota Pass Fundo pada November 2017. Dari seluruh katak dan berudu yang dikumpulkan, mereka menemukan ada beberapa spesies invasif dan asli yang mati dan sekarat, serta diidentifikasi terkena virus ini.
ADVERTISEMENT
Secara khusus, para peneliti menemukan banyak berudu mati di dua kolam tersebut. “Kami sekarang menganalisis semua data yang dikumpulkan, yang seharusnya memberikan jawaban menarik mengenai hubungan antara berbagai patogen yang mengancam populasi anuran (kelompok katak dan kodok) di Hutan Hujan Atlantik,” ujar Ruggeri.
Dalam satu kolam yang tidak terdapat amfibi asli, lebih 20 berudu katak lembu Amerika atau American bullfrog (Rana catesbeiana) ditemukan mati. Sedangkan di kolam lain yang tidak terdapat berudu, tingkat ranavirus di sana tercatat lebih rendah.
American bullfrog merupakan amfibi asli Amerika Utara yang telah dibawa ke lebih dari 40 negara di empat benua untuk pertanian dan konsumsi manusia. Brasil adalah produsen terbesar kedua di dunia hewan tersebut, yang membuat para peneliti percaya bahwa virus itu menyebar dari peternakan katak.
ADVERTISEMENT
"Berkembang biaknya katak sebagai bisnis mengalami pasang surut. Beberapa peternakan katak telah ditinggalkan sejak tahun 1990, dan sebagai hasilnya, banyak hewan melarikan diri ke alam liar," ujar Luis Felipe de Toledo, peneliti lainnya dalam riset ini.
Katak Litoria pinocchio. Foto: Oliver, Richards & Donnellan, 2019
Selain terinfeksi Ranavirus, dua katak yang ditemukan ternyata juga terinfeksi jamur yang disebut Batrachochytrium dendrobatidis (Bd) atau jamur amfibi chytrid. Jamur ini bisa menyebabkan chytridiomycosis dan telah berkontribusi terhadap hilangnya banyak spesies.
Jamur ini bisa mengganggu keseimbangan cairan dan elektrolit yang pada akhirnya menyebabkan jantung berhenti berfungsi. Dalam 50 tahun terakhir, setidaknya telah terjadi penurunan keanekaragaman hayati secara global yang memengaruhi 501 spesies amfibi.
"Ini satu lagi ancaman bagi hewan-hewan. Jamur telah dikaitkan dengan kepunahan amfibi di Brasil. Sekarang kami telah menemukan kasus infeksi oleh Ranavirus. Kami bertanya-tanya apakah itu juga tidak menyebabkan penurunan atau kepunahan (amfibi)," kata Toledo.
ADVERTISEMENT