Ini Alasan Sebaiknya Kita Tidak Pelihara Gurita

17 Mei 2019 4:28 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Binatang gurita. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Binatang gurita. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Selama ribuan tahun, memelihara ternak telah terbukti bermanfaat bagi manusia. Hewan seperti domba dan sapi telah beradaptasi dengan baik dengan pola kehidupan peternakan; kehadiran mereka memberikan keuntungan yang tak dapat disangkal.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, baru-baru ini, muncul satu hewan yang mulai diternak oleh manusia dengan jaminan keuntungan yang sangat buruk, yaitu gurita. Menurut para ilmuwan, gurita tidak boleh diternakkan bukan hanya karena akan merusak kecerdasan mereka, tetapi juga memberikan dampak buruk terhadap lingkungan di sekitar peternakan.
Permintaan global untuk gurita sebagai makanan memang terus meningkat dari waktu ke waktu. Tahun lalu, harganya melonjak di tengah buruknya pasokan terhadap pesanan, diperkirakan akan tetap tinggi hingga pengujung tahun 2019.
Hasil tangkapan gurita di alam bebas juga bervariabel dan hal inilah yang membuat pasokannya tidak dapat diandalkan. Maka, demi memenuhi permintaan pasar, peternakan gurita pun dimulai sebagai solusi.
Gurita di laut. Foto: Pixabay
Di beberapa negara, upaya beternak gurita telah memasukkan percobaan modifikasi genetik untuk mempercepat budidaya cephalopoda.
ADVERTISEMENT
Penelitian tentang gurita pun terus meningkat di seluruh dunia, sebagai cara untuk mendukung perkembangbiakan dan menjaga keawetan hidupnya hingga dewasa. Di antara sampelnya ialah eksperimen pertanian gurita di Meksiko yang telah melaporkan terobosan-terobosan dalam dekade terakhir, dan sebuah perusahaan makanan laut di Jepang yang berhasil menetaskan telur gurita pada tahun 2017. Mereka memperkirakan akan mulai memasarkan gurita tahun depan.
Semua usaha memelihara gurita ini tentu saja bukan tanpa risiko. Beberapa dampak lingkungan tak menyenangkan yang ditimbulkan olehnya adalah polusi nitrogen, polusi fosfor dari kotoran hewan, penyebaran penyakit, dan hilangnya habitat untuk beberapa hewan berukuran lebih kecil daripada gurita.
Bagaimanapun, masalah lingkungan terbesar dari model peternakan tersebut adalah pola makan gurita yang hampir sulit dikendalikan. Makhluk air ini adalah karnivora yang membutuhkan protein serta minyak ikan sebagai asupan bagi tubuh mereka, larva gurita hanya mengonsumsi makhluk hidup. Ini berarti, bagi para peneliti, memberi hewan air yang diternakkan sama halnya dengan memberi tekanan tambahan pada ikan liar dan invertebrata untuk digiring menjadi pakan.
Gurita Foto: Pixabay
"Sekitar sepertiga dari tangkapan ikan global diubah menjadi pakan untuk hewan lain, kira-kira setengahnya digunakan untuk akuakultur. Banyak wilayah perikanan yang mengalami penangkapan berlebihan dan akhirnya menurun," tutur seorang peneliti yang menulis esai The Case Against Octopus Farming, seperti dikutip Science Alert.
ADVERTISEMENT
Gurita membutuhkan banyak makanan untuk menjaga dirinya tetap hidup, setidaknya dia mengonsumsi pakan sebanyak tiga kali bobot tubuhnya sendiri. Untuk memastikan kebutuhan mereka terpenuhi di peternakan akan menciptakan lebih banyak korban hewan dan memberi tekanan lebih besar pada kondisi perikanan yang sudah menurun. Oleh karenanya, ketika peternakan gurita mulai diramaikan oleh banyak negara, kemungkinan akan mengurangi ketahanan pangan bagi manusia secara global.
Bahkan, jika masalah pangan tersebut bisa diselesaikan, menjaga gurita di peternakan tetaplah suatu tindakan kejam. Gurita terkenal akan kecerdasan dan keterampilan memecahkan masalah, rutin mengasah otak mereka untuk menghindari kebosanan, dapat membuka guci, mengenali manusia secara individu, mengingat teka-teki yang telah dilatih oleh manusia, bahkan melarikan diri dari akuarium penangkaran.
ADVERTISEMENT
Maka, tatkala kebiasaan melatih kecerdasan itu dihilangkan, gurita cenderung menunjukkan perilaku mengkhawatirkan di penangkaran, termasuk kanibalisme, dan memakan ujung tentakel mereka sendiri yang disebabkan penyakit menular. Juga, di lingkungan tanpa stimulasi, hewan-hewan ini akan menjadi frustasi dan sangat bosan.
"Di luar kesehatan dan keselamatan biologis mereka, gurita cenderung menginginkan stimulasi kognitif tingkat tinggi, serta peluang untuk mengeksplorasi, memanipulasi, dan mengendalikan lingkungan mereka," ujar para ilmuwan yang tergabung dalam Issues in Science and Technology.