Italia Larang Anak-anak yang Belum Divaksin Masuk Sekolah

16 Maret 2019 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Imunisasi / Vaksin Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Imunisasi / Vaksin Foto: ANTARA/Fahrul Jayadiputra
ADVERTISEMENT
Setelah melewati perdebatan alot selama berbulan-bulan, akhirnya pemerintah Italia secara resmi merilis aturan bahwa anak-anak yang belum divaksin tidak boleh masuk sekolah. Aturan berisi larangan masuk sekolah untuk anak-anak tanpa vaksin ini disebut juga sebagai hukum Lorenzin atau Lorenzin law.
ADVERTISEMENT
RAI News sebagai media siaran publik nasional Italia, memberitakan bahwa para orang tua di Negeri Pizza itu telah diberi waktu sampai 10 Maret 2019 untuk melengkapi dokumen yang menunjukkan bawah anak-anak mereka telah menjalani sejumlah vaksinasi penting yang disyaratkan untuk masuk sekolah, termasuk menerima vaksin campak.
Peraturan ini sendiri dibuat setelah dalam beberapa tahun terakhir kerap terjadi wabah campak di Eropa. Terutama pada 2018 lalu. Termasuk di Italia.
Kini di Italia, anak-anak di bawah usia 6 tahun yang belum divaksin tidak bisa masuk taman kanak-kanak ataupun sekolah. Sementara untuk anak-anak berusia antara 7 hingga 16 yang belum divaksin, maka orang tua mereka harus membayar denda.
Vaksinasi yang diwajibkan dalam aturan ini meliputi vaksin cacar air, polio, gondong, rubella, dan tentu saja yang paling krusial saat ini adalah campak.
ADVERTISEMENT
"Tidak vaksin, tidak sekolah," kata Giulia Grillo, Menteri Kesehatan Italia, kepada La Repubblica, sebagaimana dikutip IFL Science. "Sekarang, semua orang punya waktu untuk mengejar ketinggalan."
Ilustrasi Ayah dan Anak di Italia Foto: Shutter Stock
Dampak Aturan Wajib Vaksin
Setelah aturan ini diterapkan, Kota Bologna di Italia dikabarkan memiliki sedikitnya 300 anak yang berisiko diskors dari sekolah. Di wilayah Campania, diperkirakan masih ada 700 anak yang belum divaksin karena orang tua mereka belum kunjung memenuhi persyaratan dokumen yang dibutuhkan oleh anak-anak mereka.
Adapun untuk seluruh wilayah di Italia, masih belum jelas berapa banyak anak yang akan menghadapi skors dari sekolah-sekolah secara nasional.
Aturan mengenai vaksin untuk anak-anak sekolah ini pertama kali diajukan pada tahun 2017 oleh mantan menteri kesehatan Beatrice Lorenzin sebagai respons terhadap wabah yang telah mencengkeram Italia.
ADVERTISEMENT
Usulan terhadap aturan ini mendapat banyak pertentangan sehingga proses pelegalan aturan ini berjalan lambat dan baru bisa terwujud pada tahun ini. Itu juga setelah wabah campak semakin ganas menyerang Eropa, termasuk Italia.
Ilustrasi Vaksin Campak Rubella Foto: Shutterstock
IFLScience melansir, pada tahun 2018 Eropa melaporkan 82.596 kasus campak, tiga kali lebih banyak dari tahun 2017, dan 15 kali lebih banyak dari tahun 2016. Dorongan untuk disahkannya hukum Lorenzin ini pun semakin kuat dan akhirnya terlaksana.
Italia sendiri bukanlah negara pertama yang mewajibkan imunisasi untuk anak-anak mereka. Australia telah lebih dulu mewajibkan vaksinasi pada tahun 2017 dan telah melihat kesuksesan nyata dengan tak ada lagi wabah campak di Negeri Kanguru itu.
Sementara di Italia, pada 10 Maret lalu Kementerian Kesehatan Italia telah mengumumkan bahwa cakupan vaksinasi anak-anak di Italia sudah meningkat. Cakupan nasional untuk anak-anak yang lahir pada tahun 2015 adalah 95,46 persen, di atas ambang batas minimum 95 persen yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
ADVERTISEMENT
Pada ambang 95 persen ini, "kekebalan kawanan" di Negeri Menara Pisa itu berarti cukup kuat untuk mencegah penyebaran penyakit secara signifikan. Itulah yang memang diharapkan oleh Giulia Grillo, Menteri Kesehatan Italia saat ini.
"Semua anak memiliki hak untuk pergi sekolah, tetapi saya yakin bahwa kita akan memahami bahwa kesehatan adalah kebaikan tertinggi, serta hak-hak konstitusional," kata Grillo dalam sebuah pernyataan yang dia unggah di Facebook.