ITS Ciptakan Aplikasi Terapi Penyembuhan Stroke dan Osteoporosis

1 Februari 2018 20:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
MedCap, aplikasi terapi stroke dan osteoporosis (Foto: ITS for Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
MedCap, aplikasi terapi stroke dan osteoporosis (Foto: ITS for Kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebuah aplikasi alat bantu terapi yang inovatif berhasil diciptakan oleh tim peneliti dari Departemen Teknik Komputer Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
ADVERTISEMENT
Aplikasi yang diberi nama Medical Capture (MedCap) ini diciptakan untuk membantu penyembuhan pasien stroke dan osteoporosis. Memanfaatkan sistem capture berbasis tiga dimensi, aplikasi ini mampu memberikan manipulasi gerakan terapis ke pasien sebagai bentuk representasi penyembuhan stroke dan osteoporosis.
Tim peneliti yang mengembangkan aplikasi ini beranggotakan tiga dosen dan satu mahasiswa, yakni Dr Supeno Mardi Susiki Nugroho ST MT, Dr I Ketut Eddy Purnama ST MT, Christyowidiasmoro ST MT MSc dan Harista Agam.
Bermodalkan komputer dan kamera kinect (stereovision), tim ini merancang sebuah aplikasi fisioterapis berbentuk 3D yang bekerja dengan menangkap gambar atau citra menggunakan dua arah sudut pandang yang berbeda.
Supeno Mardi Susiki Nugroho memaparkan, kamera kinect memiliki dua buah kamera utama, yaitu kamera depth dan kamera RGB, serta sebuah pemancar inframerah.
ADVERTISEMENT
“Kamera depth digunakan untuk mengetahui jarak kedalaman objek dari kamera, sedangkan kamera RGB digunakan untuk mengetahui bentuk tekstur atau permukaan objek,” beber Uki, sapaan dosen Teknik Komputer ITS ini, Kamis (1/2).
MedCap, aplikasi terapi stroke dan osteoporosis (Foto: ITS for Kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
MedCap, aplikasi terapi stroke dan osteoporosis (Foto: ITS for Kumparan)
Cara kerja MedCap adalah mencatat gerakan seorang pasien fisioterapi, kemudian gerakan tersebut disimpan dalam memori dan dimanipulasikan oleh avatar 3D. Pasien kemudian akan menirukan gerakan avatar yang tampil di monitor dengan menitikberatkan posisi gerakan dalam tiga sumbu koordinat, yaitu sumbu x, y, dan z.
Dalam suatu demo, peraga mempraktekkan diri sebagai pasien. Ia kemudian melakukan beberapa gerakan terapi. “Gerakan pasien bisa dinilai secara otomatis berdasarkan tingkat kesamaan, kelincahan, dan keluwesan,” ujar Uki.
Ide pembuatan aplikasi MedCap ini berawal dari keinginan untuk membantu para penderita stroke dan osteoporosis agar dapat melakukan rehabilitasi secara mandiri. Terlebih bagi para pasien di daerah terpencil, khususnya di pedesaan yang sulit menemukan layanan fisioterapi di dekat tempat tinggal mereka.
ADVERTISEMENT
Hadirnya aplikasi ini seolah mempertemukan secara tidak langsung pasien dengan fisioterapis. “Jika gerakan terapis ini dilakukan secara rutin dan benar, Insya Allah pasien bisa pulih dan bergerak aktif seperti sediakala secara perlahan,” tutur Uki.
Bila layar monitor yang sedang menggunakan aplikasi ini dilihat secara saksama, di sana terdapat tiga animasi. Animasi pertama menunjukkan gerakan fisioterapi pada tulang dan titik sendi, animasi kedua berbentuk avatar lengkap dengan postur tubuh, dan animasi ketiga menunjukkan gerakan pasien saat berlatih.
Menurut I Ketut Eddy Purnama, Ketua Departemen Teknik Komputer yang menjadi bagian dari tim peneliti ini, ada beberapa hal yang masih perlu dikembangkan untuk mengisi sejumlah kekurangan pada aplikasi ini.
“Sejauh ini, kamera kinect hanya mampu menangkap gerakan seseorang yang memiliki ketinggian postur tubuh antara 1,5 sampai 2 meter. Jarak optimal hanya 2 meter dari kamera, sehingga masih perlu pengembangan lagi,” pungkasnya.
ADVERTISEMENT