Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Jokowi Sebut Racun Kalajengking sebagai Komoditas Termahal, Benarkah?
30 April 2018 12:26 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
"Apa komoditas paling mahal di dunia? Pasti banyak yang menjawab emas. Bukan emas. Ada fakta yang menarik yang saya dapat dari informasi yang saya baca. Komoditas yang paling mahal di dunia racun dari kalajengking," ujar Jokowi di Hotel Sahid, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta Pusat.
"Harganya 10 juta dolar AS per liter. Jadi kalau Pak Bupati, Gubernur mau kaya, cari racun kalajengking," lanjut Presiden.
Namun begitu, Jokowi sebenarnya ingin mengatakan bahwa tak ada yang lebih mahal dan lebih berharga daripada waktu.
"Tapi yang paling mahal adalah waktu. Ini yang perlu digarisbawahi, waktu," ujarnya.
Apa yang dikatakan Jokowi soal racun kalajengking ini menarik. Sebab, hal ini membuat sebagian orang bertanya-tanya, apa benar harga racun kalajengking semahal itu?
ADVERTISEMENT
Dari situs tersebut disebutkan juga 9 cairan lainnya yang termasuk berharga paling mahal di dunia, antara lain racun ular King Cobra hingga darah manusia. Dijabarkan di sana harga per liter dari masing-masing cairan termahal di dunia tersebut, dan racun kalajengking disebut sebagai cairan termahal di dunia.
Semua yang disebutkan itu adalah komoditas bebentuk cairan, tidak ada yang berbentuk padat dan gas. Jadi, bisa dibilang apa yang disebutkan Jokowi soal racun kalajengking memang memiliki dasar dan barangkali ia memang membaca informasi soal racun kalajengking itu dari situs tersebut.
ADVERTISEMENT
Namun yang perlu digarisbawahi, situs tersebut menyebutkan daftar cairan paling mahal di dunia, bukan komoditas paling mahal di dunia secara keseluruhan yang bisa saja berbentuk selain cairan, seperti padat atau gas.
Di situs tersebut dijelaskan, racun kalajengking ini mahal karena di dalamnya terdapat protein berharga yang berpotensi untuk digunakan sebagai obat untuk penyakit autoimun, seperti radang usus, artritis reumatoid dan multiple sclerosis.