Kelinci Virtual Bisa Gantikan Kelinci Asli untuk Percobaan di Lab

16 Maret 2018 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi hewan percobaan di laboratorium. (Foto: tiburi via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hewan percobaan di laboratorium. (Foto: tiburi via pixabay)
ADVERTISEMENT
Penggunaan beberapa jenis hewan seperti tikus, kelinci, dan lainnya sebagai hewan percobaan di laboratorium mungkin terlihat menyedihkan.
ADVERTISEMENT
Namun, ada kabar baik dari hasil riset tim peneliti dari University of Oxford yang mengembangkan software simulasi komputer untuk menggantikan hewan percobaan di laboratorium itu. Software bernama "Virtual Assay" itu mampu membuat suatu model buatan virtual dari sel jantung manusia dan melakukan simulasi percobaan dari 62 obat kepada sel tersebut.
Hasil dari simulasi ini sejalan dengan data klinis. Bahkan, model virtual ini mampu menebak apakah obat percobaan berpotensi berbahaya bagi jantung.
Menurut para peneliti, hasil simulasi virtual ini bahkan lebih baik dibanding hasil percobaan pada kelinci yang ketepatannya ternyata hanya 75 persen daripada data klinis.
"Strategi sekarang untuk penilaian pada cardiotoxicity, kerusakan otot jantung, memerlukan kombinasi dari studi sebelum uji klinis dengan menggunakan berbagai hewan spesies lain," ujar Elisa Passini, pemimpin tim studi sekaligus peneliti di departemen ilmu komputer University of Oxford.
ADVERTISEMENT
"Fase penilaian ini bisa menggunakan lebih dari 60 ribu hewan per tahunnya, dan dari sisi inilah model kami bisa masuk menjadi pengganti," tambahnya seperti dilansir Gizmodo.
Kelinci (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kelinci (Foto: Shutterstock)
Terobosan ini jugalah yang membuat mereka mendapatkan hadiah dari National Centre for the Replacement, Refinement, and Reduction of Animals Research (NC3Rs) di 2017.
"Percobaan obat dalam simulasi komputer adalah suatu hal yang telah ditunggu-tunggu oleh industri farmasi dan saya bangga bahwa juri kami memilih studi ini sebagai pemenang hadiah tahunan 3Rs kami," papar Vicky Robinson, CEO dari NC3Rs.
Tim Passini memenangkan hadiah dana sebesar 30 ribu dolar Amerika atau sekitar Rp 400 juta. Hal ini diharapkan bisa memantapkan langkah tim tersebut untuk melawan matinya hewan-hewan lab atas nama "ilmu pengetahuan".
ADVERTISEMENT
Keunggulan Software Virtual Assay
Software ini memiliki beberapa keunggulan, salah satunya adalah cukup mudah untuk digunakan oleh orang-orang non-spesialis. Selain itu software ini juga dapat menilai bahaya zat dengan lebih baik pada tubuh manusia.
Virtual Assay terbukti memiliki keunggulan dalam mendeteksi zat penyebab terjadi aritmia pada tubuh, dengan angka 89 persen.
Passini menjelaskan, Virtual Assay telah digunakan oleh beberapa perusahaan farmasi untuk pengembangan obat. Ia juga menambahkan, timnya sedang berencana menggunakan software itu untuk mempelajari dampak obat terhadap kemampuan jantung dalam mengalirkan darah ke seluruh tubuh.