Kemenkes: Kasus Cacar Monyet Belum Ditemukan di Indonesia

15 Mei 2019 11:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang anak dan perempuan terinfeksi Monkeypox di Afrika. Foto: AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seorang anak dan perempuan terinfeksi Monkeypox di Afrika. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat Indonesia agar tidak panik dengan adanya pemberitaan mengenai adanya penyakit cacar monyet atau monkeypox yang kemungkinan dapat masuk ke Indonesia. Meski demikian, masyarakat diimbau juga untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan.
ADVERTISEMENT
“Sampai saat ini belum ditemukan kasus monkeypox di Indonesia,” jelas Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Anung Sugihantono, dalam pernyataan tertulis Kemenkes.
Cacar monyet atau monkeypox adalah penyakit akibat virus yang ditularkan melalui binatang (zoonosis). Penularan dapat terjadi melalui kontak dengan darah, cairan tubuh, atau lesi pada kulit atau mukosa dari binatang yang tertular virus.
Penularan pada manusia, menurut Anung, terjadi karena kontak dengan monyet, tikus gambia dan tupai, atau mengonsumsi daging binatang yang sudah terkontaminasi. Inang utama dari virus ini adalah binatang pengerat (rodent) seperti tikus. Kasus penularan cacar monyet dari manusia ke manusia sangat jarang ditemukan.
Seorang anak terinfeksi Monkeypox di Afrika, yang mendapatkan pengobatan. Foto: AFP
Anung menjelaskan bahwa cacar monyet telah menjangkiti wilayah Afrika Tengah dan Barat, yang meliputi negara Republik Demokratik Kongo, Republik Kongo, Kamerun, Republik Afrika Tengah, Nigeria, Ivory Coast, Liberia, Sierra Leone, Gabon, and Sudan Selatan.
ADVERTISEMENT
Pencegahan cacar monyet
Anung menyatakan, penyebaran cacar monyet dapat dicegah. Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat seperti cuci tangan dengan sabun, menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi paparan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik, menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, serta menghindari kontak dengan hewan liar atau mengkonsumsi daging yang diburu dari hewan liar (bush meat).
Pelaku perjalanan yang baru kembali dari wilayah terjangkit cacar monyet diminta segera memeriksakan dirinya jika mengalami gejala-gejala seperti demam tinggi yang mendadak dan pembesaran kelenjar getah bening dan ruam kulit dalam waktu kurang dari 3 minggu setelah kepulangan. Pelaku perjalanan ini diharapkan menginformasikan kepada petugas kesehatan tentang riwayat perjalanannya.
ADVERTISEMENT
Kepada petugas kesehatan, Anung juga mengingatkan agar senantiasa menggunakan alat pelindung, minimal sarung tangan dan masker, saat menangani pasien atau binatang yang sakit.
Gejala penyakit cacar monyet
Masa inkubasi atau waktu interval dari infeksi sampai timbulnya gejala cacar monyet biasanya adalah sekitar 6 sampai 16 hari, tetapi bisa juga berkisar antara 5 sampai 21 hari. Gejala yang timbul berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati atau pembesaran kelenjar getah bening, nyeri punggung, nyeri otot, dan lemas.
Selain itu muncul juga ruam pada kulit di bagian wajah yang kemudian kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ruam ini berkembang mulai dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai ruam tersebut menghilang.
Seseorang terinfeksi Monkeypox di Afrika, yang mendapatkan pengobatan. Foto: AFP
ADVERTISEMENT
Cacar monyet biasanya merupakan penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 sampai 21 hari. Kasus yang parah lebih sering terjadi pada anak-anak dan hal ini terkait dengan tingkat paparan virus, status kesehatan pasien, dan tingkat keparahan komplikasi.
Sejauh ini dari 10% kasus kematian akibat cacar monyet yang dilaporkan, sebagian besar korbannya adalah anak-anak. Secara umum, kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit cacar monyet ini.
Anung menegaskan, penyakit cacar monyet hanya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan laboratorium. “Tidak ada pengobatan khusus atau vaksinasi yang tersedia untuk infeksi virus Monkeypox. Pengobatan simptomatik dan suportif dapat diberikan untuk meringankan keluhan yang muncul.”.
Kejadian luar biasa dan kasus terakhir
ADVERTISEMENT
Cacar monyet pernah menjadi kejadian luar biasa (KLB) di beberapa wilayah. KLB cacar monyet pada manusia pertama kali terjadi di Republik Demokratik Kongo pada tahun 1970.
Pada tahun 2003 dilaporkan juga adanya kasus cacar monyet di Amerika Serikat, akibat riwayat kontak manusia dengan binatang peliharaan anjing padang rumput (prairie dog) yang terinfeksi oleh tikus Afrika yang masuk ke Amerika. Tahun 2017 terjadi kejadian luar biasa di Nigeria.
“Bulan Mei 2019 dilaporkan seorang warga negara Nigeria menderita monkeypox, saat mengikuti lokakarya di Singapura. Saat ini pasien dan 23 orang yang kontak dekat dengannya diisolasi untuk mencegah penularan lebih lanjut,” jelas Anung.