Kenapa Ada Perokok Berat yang Tak Kena Kanker Paru?

28 November 2018 16:10 WIB
Seorang laki-laki sedang merokok. (Foto: Reuters/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang laki-laki sedang merokok. (Foto: Reuters/Beawiharta)
ADVERTISEMENT
Seperti yang telah banyak orang ketahui, salah satu faktor pemicu timbulnya kanker paru pada seseorang adalah aktivitas merokok. Namun, mungkin kita juga pernah menjumpai seseorang atau bahkan banyak perokok berat yang tetap "sehat" dan tak terkena kanker paru meski telah merokok bertahun-tahun.
ADVERTISEMENT
Misalnya, mungkin saja ada seorang kakek di kompleks rumahmu yang sejak muda telah merokok tapi tidak terkena kanker paru. Atau bahkan mungkin kamu punya eyang sendiri yang masih merokok di usia senjanya tapi hingga kini tetap selamat dari kanker paru.
Mengapa mereka tetap sehat? Mengapa ada orang-orang tertentu yang tak terkena kanker paru meski sudah bertahun-tahun mengisap banyak rokok?
Dokter spesialis patologi anatomi di National Cancer Center (NCC) Rumah Sakit Kanker Dharmais, dr. Evlina Suzanna, SpPA(K), mengatakan masing-masing orang punya faktor risiko terkena kanker yang berbeda-beda. “Jadi orang-orang bisa berisiko terkena (kanker paru), bisa juga tidak terkena,” kata Evlina di acara konferensi pers bertajuk “Lung Cancer and Me: Beda Jenis, Beda Perjalanan” di Jakarta, Rabu (28/11).
dr. Evlina Suzanna, dokter spesialis patologi anatomi di RS Kanker Dharmais. (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
dr. Evlina Suzanna, dokter spesialis patologi anatomi di RS Kanker Dharmais. (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
Alasan kenapa ada orang yang bisa terkena kanker paru dan ada yang tidak, menurut Evlina, adalah karena genotipe alias kondisi genetik masing-masing orang tersebut. “Genotipe seseorang berbeda-beda. Ada istilah kerentanan genetik. Misal kasus Angelina Jolie, kalau kita lihat, dia punya kerentanan genetik kanker payudara,” papar Evlina.
ADVERTISEMENT
Evlina menuturkan sampai saat ini belum ada teknologi yang bisa mengetahui bagaimana “misal si eyang ini meski dia merokok begitu lamanya dia tidak terkena kanker paru.” Meski begitu dia menegaskan, semua orang sebenarnya memiliki risiko terkena kanker, sekalipun bukan kanker paru, dan itu bisa dipicu oleh rokok.
“Jadi rokok itu tidak saja (memicu) kanker paru, tapi bisa juga jadi kanker payudara, bisa juga kanker mulut rahim, tergantung rentannya di tubuh seseorang itu apa.”
Evlina menerangkan kebiasaan merokok adalah bagian dari gaya hidup yang menjadi salah satu faktor risiko kanker, selain kondisi genetik. “Yang lainnya (faktor risiko kanker selain kondisi genetik) itu adalah mutasi (gen) akibat gaya hidup. Jadi tergantung nanti gen di dalam badannya mana yang lemah terhadap risiko yang tertentu,” ujarnya.
Ilustrasi paru-paru (Foto: bykst)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi paru-paru (Foto: bykst)
Menambahkan keterangan Elvina, Brigjen TNI dr. Alex Ginting S, Sp.P(K), mengungkapkan sebuah data menarik terkait korelasi antara merokok dan kanker paru. Dokter spesialis paru dari RSPAD Gatot Soebroto itu mengungkapkan bahwa 7 sampai 8 orang dari 10 penderita kanker paru stadium 3 sampai 4, ternyata adalah perokok.
ADVERTISEMENT
“Jadi artinya ada hubungan korelasi antara rokok sebagai faktor risiko,” tegasnya.
Alex juga menyampaikan bahwa dibanding orang yang tidak merokok, perokok aktif memiliki tingkat risiko hingga 13,6 kali lipat lebih besar untuk terkena kanker pada usia-usia yang akan datang. Selain itu, ia menambahkan, para perokok pasif juga punya peluang 4 kali lipat besar untuk terkena kanker.
Brigjen TNI dr. Alex Ginting S. 
 (Foto: Sayid Mulki/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Brigjen TNI dr. Alex Ginting S. (Foto: Sayid Mulki/kumparan)