Kenapa Kita Sering Sulit Tidur di Tempat Baru?

8 Desember 2017 19:17 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jam tidur yang berantakan. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Jam tidur yang berantakan. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Sering merasa susah tidur saat menginap di tempat baru? Terpaksa harus bergonta-ganti posisi agar menemukan posisi yang nyaman agar bisa mulai tidur? Bahkan sering merasa seperti ada yang memperhatikanmu di gelapnya malam?
ADVERTISEMENT
Jangan buru-buru takut, kejadian susah tidur di tempat baru bukanlah akibat dari adanya mahkluk-makhluk yang berniat mengganggumu, ternyata menurut peneliti semua itu adalah akibat ulah otakmu sendiri.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology, oleh Masako Tamaki dan tim peneliti dari Laboratorium Pembelajaran Kognitif dan Perseptual Brown University, ditemukan alasan kenapa kita sulit tidur di lokasi baru. Alasan itu mengatakan otak kita yang berada dalam mode siagalah yang menyebabkan hal itu terjadi.
Mode siaga itu terjadi karena tubuh mengalami First-Night-Effect (FNE) atau Efek Malam Pertama yang sebenarnya dianggap sebagai sebuah gangguan tidur yang normal oleh para peneliti. Tetapi, sebelum adanya studi ini para peneliti masih belum memahami secara mendalam atas fenomena tersebut.
ADVERTISEMENT
Maka untuk mempelajari hal itu, Tamaki dan timnya pun mencoba mempelajari keadaan otak saat mengalami FNE dengan menggunakan teknik neuroimaging. Mereka kemudian menganalisis otak para subjek dan menghitung berapa kali otak mereka tertidur saat FNE.
Mereka menemukan bahwa otak saat FNE menunjukkan pola tidur yang asimetris, dengan satu sisi otak tidur sementara sisi lainnya tetap aktif.
Mimpi buruk sebabkan keringat saat tidur (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Mimpi buruk sebabkan keringat saat tidur (Foto: Thinkstock)
Bahkan dalam temuan Tamaki, sisi otak yang dalam mode siaga saat FNE itu sangat responsif pada rangsangan dari luar, seperti suara derik pintu atau suara hewan di kejauhan. Selain itu, mereka juga menemukan bahwa sisi otak yang tidak tidur adalah sisi kiri, tanpa ada alasan yang pasti.
Menurut Yuka Sasaki, anggota tim peneliti, tidur tapi satu sisi otak tetap bekerja juga dapat ditemukan di hewan-hewan lain.
ADVERTISEMENT
"Kita mengetahui bahwa mamalia laut dan beberapa burung memliki pola tidur unihemispheric yaitu satu sisi otak bangun dan sisanya tidur," kata Sasaki dilansir dari Popular Science.
Menurut Sasaki, otak kita kemungkinan besar memiliki miniatur yang mirip dengan sistem siaga yang dimiliki paus dan lumba-lumba.
Kini, para peneliti tengah berusaha menemukan cara untuk bisa mematikan mekanisme yang sering mengganggu orang itu. Sasaki menambahkan, sebenarnya tiap orang bisa mematikan mode siaga itu sendiri karena otak manusia sangat fleksibel.
Jadi sebelum tidur di lokasi baru, pastikan lokasinya aman dan nyaman demi kualitas tidur yang baik. Dan tentunya, supaya kamu bisa tidur nyenyak tanpa ada gangguan.