Kisah Remaja 17 Tahun Bikin Reaktor Nuklir di Halaman Rumahnya

27 Oktober 2018 12:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi zat radioaktif. (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi zat radioaktif. (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Pada 1994 lalu di Michigan, Amerika Serikat, ada seorang remaja berusia 17 yang berhasil membuat reaktor nuklir di halaman rumahnya.
ADVERTISEMENT
Dalam laporan Snopes, remaja bernama David Hahn ini berhasil membuat Breeder Reactor atau Reaktor Pembiak, reaktor yang memiliki kemampuan untuk melakukan "pembiakan", yaitu suatu proses di mana selama reaktor beroperasi (terjadi reaksi fisi) akan dihasilkan bahan dapat belah baru yang lebih banyak dari pada bahan dapat belah yang dikonsumsi.
Dalam prosesnya, pembiakan ini membuat material di sekitarnya menjadi radioaktif.
Menurut penjelasan Departemen Energi AS pada 1971, reaktor tersebut memproduksi lebih banyak bahan bakar dibanding mengonsumsinya. Jika reaktor ini bisa digunakan pada pembangkit listrik tenaga nuklir, ia bisa memberikan energi panas yang diperlukan untuk menciptakan listrik dan juga secara memproduksi materi fisi yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik lain.
Konsep reaktor ini sempat populer pada tahun 1970-an. Namun seiring berkembangnya teknologi modern dan juga ilmu geologi yang membuat penambangan uranium jadi lebih murah, konsep itu mulai ditinggalkan.
Ilustrasi zat radioaktif. (Foto: minka2507 via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi zat radioaktif. (Foto: minka2507 via pixabay)
ADVERTISEMENT
Cara David Hahn membuat reaktor nuklir
Lalu bagaimana seorang remaja bisa membuat reaktor nuklir seperti itu di halaman belakang rumahnya? Jadi menurut Snopes yang mengutip Harper's, Hann menggunakan beberapa produk rumah tangga dan menggunakan pengetahuan kimianya untuk mendapatkan material bagi reaktor buatannya.
Awalnya ia mulai mengumpulkan material radioaktif dari alat pendeteksi asap rumahan yang mengandung isotop radioaktif amerisium-241 dalam jumlah kecil. Bahkan Hahn menghubungi pihak perusahaan pembuat alat pendeteksi asap untuk memesan banyak alat tersebut dengan alasan untuk tugas sekolah.
Lalu untuk mendapatkan isotop radioaktif torium-232, Hahn mengumpulkan mantel lentera gas dan membakarnya hingga menjadi abu. Kemudian radium-226 berhasil Hahn dapatkan dari sebuah kaleng cat tua yang ia beli dari toko antik tak jauh dari rumahnya. Sementara itu tritium Hahn dapatkan dengan membeli mainan senjata yang menyala dalam gelap dan teropong panah.
ADVERTISEMENT
Hahn juga pernah berpura-pura menjadi profesor untuk membeli uranium dari perusahaan asal Cekoslowakia yang sering menjual uranium ke pihak universitas. Dari situ ia berhasil mendapatkan material sampel mengandung uranium-235 dan uranium-238.
Ilustrasi uranium. (Foto: WikiImages via pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi uranium. (Foto: WikiImages via pixabay)
Setelah bertahun-tahun mengumpulkan berbagai material dan berkat skematik dari buku kimia ayahnya, Hahn berhasil membuat reaktor tersebut.
Harper's menulis: "Hahn mengeluarkan radium dan amerisium yang bersifat sangat radioaktif dari masing-masing penutupnya, dan setelah menghancurkannya, mencampurkan isotop tersebut dengan serutan berilium dan aluminium di dalam sebuah bungkusan aluminum foil."
Kemudian Hahn menutupi bola radioaktif ini dengan "selimut" yang dibuat dari kubus abu torium dan bubuk uranium yang dibungkus foil. Mereka ditumpuk dalam pola saling bergantian dengan kubus karbon dan dibuat menempel dengan lakban.
ADVERTISEMENT
Dari sini Hadh tampaknya berhasil menciptakan beberapa material fisi baru. "Sangat radioaktif," kata Hahn dikutip dari Harper's.
"Tingkat radiasi setelah beberapa minggu jauh lebih besar dibanding saat pembuatan. Saya tahu telah berhasil mentransformasikan beberapa material radioaktif. Meski tidak ada tumpukan kritis, saya tahu bahwa ada beberapa reaksi yang terjadi di reaktor pembiak selama satu menit lebih," tambahnya.
Kemudian ketika alat penghitung radiasi Geiger Hahn mulai menemukan adanya penyebaran radiasi cukup jauh dari rumahnya, Hahn memutuskan untuk mulai membongkar reaktornya.
"Terlalu banyak barang radioaktif di satu tempat," ujar dia.
Ilustrasi radiasi. (Foto: ChadoNihi via pixabay.)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi radiasi. (Foto: ChadoNihi via pixabay.)
Hahn memasukkan butiran torium ke dalam kotak sepatu yang ia sembunyikan di rumah ibunya, meninggalkan radium serta amerisium di gudangnya, dan menyimpan sisa peralatannya ke bagasi mobilnya sendiri.
ADVERTISEMENT
Dilaporkan bahwa semua ini terjadi pada dan semua ini akan tetap menjadi rahasia Hahn jika ia tidak ditangkap polisi pada Agustus 1994.
"Ketika polisi membuka bagasi mobilnya mereka menemukan sebuah kotak peralatan yang dikunci dengan gembok dan dibungkus lakban. Ditemukan juga lebih dari 50 kubus dibungkus foil yang berisikan bubuk abu-abu, disk kecil, dan objek metal berbentuk silinder, jam merkuri, mantel lentera, gambaran jam, sejenis bijih, kembang api, tabung penghisap debu, dan beberapa jenis zat kimia dan juga asam," tulis Harper's.
Polisi-polisi tersebut secara khusus merasa takut terhadap kotak peralatan yang Hahn peringatkan mengandung radioaktif dan membuat mereka takut itu merupakan sebuah bom atom.
Bom Atom Fat Man (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Bom Atom Fat Man (Foto: Wikimedia Commons)
Akhirnya rumah ibu Hahn dibersihkan dari zat-zat radioaktif. Gudang tempat Hahn berkarya pun dihancurkan dan puing-puingnya dibuang di sebuah fasilitas pembuangan di tengah-tengah Gurun Salt Lake.
ADVERTISEMENT
Di sana, sisa-sisa penelitian Hahn diamankan bersama berton-ton sisa-sisa radioaktif dari hasil produksi bom atom, fasilitas produksi plutonium, dan situs industri yang terkontaminasi
Setelahnya nasib Hahn sendiri memburuk. Ia mengalami depresi yang diduga akibat bunuh diri ibunya pada 1996. Hahn juga mengaku bahwa dirinya menderita skizofrenia paranoid.
Kemudian pada 27 September 2016, Hahn meninggal dunia di usia 39 tahun. Menurut keterangan ayahnya, kematian Hahn disebabkan oleh keracunan alkohol.
"Saya sangat bangga dengan anak saya, dan saya benar-benar terpukul dia (Hahn) telah pergi," kata Kenneth Hahn, ayah David Hahn, kepada Ars Technica."Dia harusnya masih bisa memberikan hal lebih kepada dunia," imbuhnya.